Brilio.net - Jelajah budaya di Kota Surakarta atau Solo memang tak cukup untuk dilakukan sehari atau dua hari. Banyak sekali bangunan bersejarah menarik yang layak dikunjungi. Salah satu bangunan sejarah yang wajib dikunjungi saat berwisata ke Solo adalah Pasar Gede Harjonagoro yang merupakan pasar tertua di Solo.
Pasar Gede Harjonagoro dibangun pada masa sinuhun Paku Buwono X tahun 1923. Berada di Jalan Urip Sumoharjo, Pasar Gede Harjonagoro terletak berdekatan dengan kantor Bupati Solo dan tak jauh pula dari Keraton Kasunanan Surakarta.
Pasar Gede Harjonagoro yang merupakan pasar tertua di Solo. (Romdlon/brilio.net)
Dari luar, kamu akan disuguhi bangunan pasar khas zaman dulu yang merupakan perpaduan dari arsitektur Jawa dan Belanda. Tangan dingin Thomas Karsten, insinyur yang juga mendesain Pasar Johar Semarang, membuat tampilan depan pasar ini tak bakal jemu untuk dilihat. Karsten membuat interior bangunan dengan struktur benteng lebar dan panjang, salah satu contohnya ada pada tampilan sembilan jendela yang ada di muka pasar. Atap yang dibuat cukup tinggi membuat kesan tak sumpek ada di pasar ini.
Karsten membuat bangunan Pasar Gede Harjonagoro ini dua lantai. Ruang pengelola pasar ditempatkan di lantai atas tepat di balik sembilan jendela besar itu. Dengan ditempatkan di atas, maka pengelola pasar bisa lebih leluasa untuk mengontrol keadaan pasar di berbagai arah.
Suasana jual beli di Pasar Gede Harjonagoro. (Romdlon/brilio.net)
Ada sekitar 1.005 pedagang di pasar ini yang terdiri dari 246 pedagang oprokan, 126 pedagang kios, dan 633 pedagang los. Kesemuanya itu menjual berbagai jenis dagangan yang dibutuhkan oleh masyarakat Solo.
Lalu apa istimewanya pasar ini dibandingkan pasar lainnya?
Jika kamu datang ke pasar ini saat pagi hari, maka kamu akan banyak menemui jajanan pasar yang masih tradisional banget seperti cenil, gethuk, lepet, maupun gembili. Bisa dikatakan kalau Pasar Gede Harjonagoro adalah surganya jajanan pasar saat pagi hari. Yang paling legendaris yang bisa ditemui di sini adalah pecel ndeso. Selain itu kamu juga bisa merasakan sensasi makan dawet telasih sambil berdiri. Waw!
Dawet Telasih Bu Dermi yang sudah tiga generasi selalu diburu wisatawan. (Romdlon/brilio.net).
Pasar Gede Harjonagoro juga menjadi sentra jamu di Solo. (Romdlon/brilio.net)
Tak hanya itu, Nur Rahmadi, Lurah Pasar Gede Harjonagoro menegaskan jika pasar ini menjadi salah satu sentra buah di Jawa Tengah. Banyak sekali pedagang grosir buah yang bermarkas di pasar ini.
"Segala buah impor dan ekspor ada disini. Pedagang grosir buah di pasar ini bahkan yang menguasai distribusi buah di berbagai daerah di Jawa Tengah seperti Semarang dan Pekalongan," cerita Nur Rahmadi kepada brilio.net, Senin (9/11).
Bangunan Pasar Gede Harjonagoro sebelah barat yang khusus menjadi sentra buah. (Romdlon/brilio.net)
Keberadaan gedung Pasar Gede Harjonagoro yang di sebelah barat seakan mempertegas keberadaan pasar ini sebagai sentra buah. Bangunan yang baru selesai dikembalikan sesuai aslinya itu dikhususkan sebagai sentra transaksi perdagangan buah.
Yang lebih menarik lagi menurut Nur Rahmadi, Pasar Gede Harjonagoro ini sejak dulu dikenal dengan sebutan "pasar ndoro" yang berarti pasarnya para juragan. Sebutan itu melekat karena banyak sekali kalangan menengah ke atas yang menjadikan pasar ini untuk mencari keperluan sehari-hari, termasuk warga etnis Tionghoa. Apalagi memang pasar ini letaknya sangat dekat dengan kawasan Pecinan Solo.
Maka tak heran jika saat Imlek, Pasar Gede Harjonagoro jadi salah satu pusat perayaan. Ketika perayaan Imlek, pasar ini akan dipenuhi dengan lampion-lampion di berbagai sudut pasar.
Gimana, tertarik mengunjungi pasar super legendaris ini?
Recommended By Editor
- Nggak melulu Jogja, Solo juga bisa jadi alternatif liburanmu
- 10 Kota berhawa sejuk di Indonesia yang siap menyambut liburanmu
- 10 Kebiasaan orang Bali ini bikin turis kangen berat, kamu mau tahu?
- 10 Cara agar kamu nyaman traveling di musim hujan, mau tahu!
- 8 Hal yang pasti kamu rasakan kala pertama kali mengenali dengan Bali