Brilio.net - Banyak anak muda yang menganggap nama Kartono jadul, nggak kekinian. Seringkali anak dengan nama Kartono dikira sebagai sebagai pelampiasan orangtua yang terobsesi dengan Kartini tapi anak yang terlahir malah laki-laki.
Ada juga yang menyematkan label Kartono untuk anak laki-laki yang feminin. Atau jadi bahan ledekan, ada Kartini kok gak ada Kartono?. Kenapa hanya setiap kelahiran Kartini yang seorang perempuan. Tapi, tidak ada peringatan untuk Kartono, yang notabene seorang pria.
Nama Kartono memang tak ada dalam kamus pahlawan Indonesia, tetapi sering terlontar. Mirisnya bukan untuk menggambarkan hal yang positif melainkan sebagai suatu ledekan. Padahal sosok Kartono itu beneran ada kawan!
Iya.. beneran ada. Kamu pasti nggak nyangka Kartono itu memiliki hubungan keluarga yang sangat dekat dengan Kartini. Dari namanya yang mirip-mirip mungkin kamu ngiranya mereka itu saudara kembar. Tapi ternyata bukan.
Bernama lengkap Raden Mas Panji Sosrokartono, Kartono ini kakak kandung Kartini yang selisih umurnya dua tahun. Mereka sama-sama lahir bulan April. Kesamaan itu membuat karakter Kartono dan Kartini serupa. Itu membuat mereka sangat dekat. Namun sayang mereka ditakdirkan dengan nasib yang berbeda.
Bila Kartini sudah memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia, lain halnya dengan Kartono. Semenjak SD, guru-guru nggak pernah mencekoki muridnya dengan cerita perjuangan Kartono. Hingga duduk di bangku SMA, tak pernah ada nama Kartono yang tertulis di buku sejarah.
Kartono ternyata juga lebih beruntung ketimbang Kartini. Jika Kartini sudah dipingit pada usia 12 tahun, Kartono mendapat dukungan penuh dari ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, untuk sekolah tinggi hingga ke negeri Belanda.
Dikutip dari buku "Bunga Rampai Sikap Hidup Drs RMP Sosrokartono sebagai Pedoman bagi Generasi Penerus" tulisan Moesseno Kartono, sosok Kartono berhasil menamatkan belajarnya di Leiden University, Belanda, jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur.
Kartono juga menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa suku Nusantara, yang membuatnya dijuluki “si Jenius” oleh teman-temannya. Pria kelahiran 10 April 1877 ini tercatat sebagai sosok pribumi pertama yang meraih gelar sarjana.
Kartono juga merupakan orang Indonesia pertama yang pandai mengusai banyak bahasa (Polyglot). Kelebihan itu membuatnya sempat menjadi wartawan di salah satu surat kabar ternama di Amerika Serikat, New York Herald Tribune. Bahkan, Kartono dipuji mantan Wakil Presiden RI pertama, Mohammad Hatta, sebagai salah satu manusia cerdas dari Indonesia.
Sosok Kartono yang tak pernah kita ketahui sebelumnya adalah pahlawan yang tak kalah keren dengan Kartini. Sepeninggal Kartini, Kartono meneruskan perjuangan adiknya dengan cara yang berbeda. Jiwa sosial yang dia miliki memaksanya untuk mendirikan sekolah dan perpustakaan di Bandung. Kartono dengan tulus hati mengabdi untuk dunia pendidikan Indonesia.
Tuh kan... Kartono beneran ada. Keren lagi kisah hidup dan perjuangannya. Jadi jangan lagi ya asal ucap nama Kartono, apalagi untuk meledek temanmu.