Brilio.net - Ahmed Mohamed, seorang remaja yang memiliki mimpi menjadi seorang insinyur, telah menunjukkan kegandrungannya terhadap dunia teknik dan robotik dengan membuat jam rakitan sendiri. Siswa di salah satu sekolah di Irving, Texas, Amerika Serikat itu kemudian memperlihatkan karya jam digital yang terbuat dari kotak pensil tersebut kepada gurunya.
Namun nahas, remaja 14 tahun ini tidak mendapat pujian, tapi berakhir dengan hukuman setelah pihak sekolah sendiri yang melaporkannya pada polisi, seperti dikutip dari CNN.
"Saya membuat sebuah jam untuk mengesankan guru saya tapi ketika saya menunjukkan padanya, dia pikir itu ancaman baginya. Ini benar-benar menyedihkan, dia menangkap kesan yang salah dari karya ini," kata Ahmed kepada wartawan kepada Rabu (16/9).
"Mereka menangkap saya dan mereka mengatakan kepada saya bahwa telah membuatbom tipuan, sebuah bom palsu," imbuh Ahmed.
Juru bicara petugas kepolisian Irving, James McLellan mengatakan, pihaknya berusaha untuk mempertanyakan remaja itu tentang benda apa itu dan ia memberitahu kita bahwa itu adalah sebuah jam. Pada hari yang sama, polisi mengumumkan remaja tidak akan dijadikan tersangka.
Ahmed, yang bercita-cita untuk masuk ke Massachusetts Institute of Technology (MIT), mengatakan dia senang tuduhan itu dibatalkan dan ia tidak mempermasalahkan jika polisi tidak meminta maaf atas penangkapan ini. Atas kejadian ini, Ahmed berpikir untuk pindah ke sekolah lain.
Kasus tersebut membuat gempar media sosial, hingga dukungan dari banyak pihak bermunculan, mulai dari Presiden AS Barack Obama, calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton, Kementerian Pendidikan Amerika Serikat (AS) Arne Duncan, serta pendiri Facebook Mark Zuckerberg.
"Jam yang bagus Ahmed. Maukah membawa jam itu ke Gedung Putih? Kami harus menginspirasi lebih banyak anak-anak seperti Anda agar menyukai sains. Itu yang membuat Amerika besar," tulis akun @POTUS yang tak lain merupakan Presiden AS Barrack Obama. Atas tawaran ini, Ahmed berencana memenuhi tawaran presiden tersebut.
"Memiliki keterampilan dan ambisi untuk menciptakan sesuatu yang baik harus diapresiasi, bukan ditangkap. Masa depan adalah milik orang-orang seperti Ahmed. Jika kamu ingin datang ke kantor Facebook, saya akan senang sekali bertemu dengan Anda. Tetap berkarya," tulis Zuckerberg.
Ayah Ahmed, Mohammed Elhassan Mohamed, imigran asal Sudan, mengaku kecewa dengan pihak sekolah yang tak mengontaknya segera terkait situasi yang dihadapi anaknya.
Kekecewaan Mohammed bertambah, karena dia menilai sudah ada yang salah dengan persepsi sebagian masyarakat AS, tak lepas dari gejala Islamophobia di sebagian besar kalangan masyarakat Amerika dan Eropa.
"Anak saya bernama Mohamed, orang-orang berpikir Muslim adalah teroris, padahal kami cinta damai, kami bukan teroris," ujar Mohammed.