Brilio.net - Jika dulu kita beranggapan bahwa kekerasaan terhadap anak paling mungkin dilakukan oleh ibu tiri, sebagaimana dalam kisah Bawang Putih Bawang Merah, tampaknya dewasa ini pandangan tersebut mulai berubah. Bukannya lebih baik, malah lebih parah. Kekerasan terhadap anak bisa dilakukan oleh orangtuanya sendiri.

Kasus kekerasan terhadap anak memang banyak terjadi. Salah satu kasus yang menyedot perhatian publik adalah tewasnya Angeline (8). Kasus ini juga menunjukkan bahwa status anak angkat memiliki kerentanan lebih tinggi menjadi korban kekerasan, ketimbang anak kandung.

Anggota Satgas Perlindungan Anak Dewi Motik Pramono kepada wartawan di Jakarta meminta pemerintah mengetatkan peraturan adopsi anak untuk mencegah terulangnya kasus yang menimpa gadis cilik Angeline pada anak lain di kemudian hari. Ia melihat bahwa hak anak saat ini masih rentan direnggut oleh pihak dewasa. Terlebih dalam status sebagai anak adopsi. "Dengan peristiwa ini, terlihat bagaimana rentannya anak. Apalagi seorang anak angkat," ujarnya, Kamis (11/6).

Dewi berharap semua pihak mau menyadari ada potensi terjadi kasus-kasus kekerasan terhadap anak sehingga hal yang sama tidak terjadi lagi. Untuk mengenang kematian Angeline, pihaknya mengundang masyarakat untuk berpartisipasi dalam acara Menggelar Doa Bersama Untuk Angeline di Bundaran HI Jakarta, malam ini.

Polri juga mengimbau masyarakat untuk mematuhi aturan jika akan mengizinkan anaknya untuk diadopsi untuk menghindari masalah kekerasan terhadap anak yang bisa terjadi di kemudian hari. "Aturan-aturan tentang adopsi anak harus dipatuhi," kata Kadivhumas Polri Irjen Anton Charliyan, kepada wartawan di Mabes Polri.

Menurutnya, dalam proses adopsi, masih banyak orang yang masih mengabaikan syarat-syarat dan aturan yang berlaku. Ia pun meminta keluarga kandung untuk memperhatikan kondisi anak mereka dan patut curiga jika terdapat tanda-tanda kekerasan fisik atau psikis. "Angeline kan sebelumnya terlihat murung, tertekan. Seharusnya pihak-pihak yang melihat ini segera koordinasi dengan polisi sehingga polisi bisa proaktif," katanya.

Angeline merupakan anak kedua pasangan suami istri Rosidi dan Hamidah, asal Banyuwangi, Jawa Timur. Karena tidak memiliki biaya untuk menebus persalinan di RS di Bali, sepasang suami istri yaitu Margaretha yang bersuamikan seorang WNA bersedia membayar biaya persalinan dengan syarat Angeline diserahkan untuk diadopsi.

Delapan tahun setelah diadopsi, pada 16 Mei 2015, Angeline dikabarkan hilang dan keluarga angkatnya berusaha mencari dengan menyebar brosur untuk mencari informasi tentang keberadaan Angeline. Kemudian pada Rabu (10/6), Polda Bali menemukan jasad Angeline yang ternyata dikubur di halaman belakang kediaman Margaretha di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali.

BACA JUGA:

Seorang ibu pasang iklan mencari 'ayah sementara' untuk anaknya

Ayah ini ingin 6 anaknya disuntik mati

Hafit, bocah SD yang kayuh sampan 2 jam seberangi lautan ke sekolah

VIDEO: Kisah haru bocah hafalkan Al-Fatihah demi kirim doa ke ibunya

Anak tukang tambal ban ini hanya butuh 16 bulan hafal al quran 30 juz

Diadopsi sejak usia 3 hari, Angeline tak dibuatkan akta kelahiran

Bocah Angeline hilang sejak 16 Mei ditemukan tewas dekat kandang ayam

Pilu Angeline diadopsi karena ibu kandung tak ada biaya melahirkan