Brilio.net - Rasis. Ya, kata yang terdengar simpel tersebut sebenarnya memiliki makna yang mengerikan. Di belahan dunia mana pun hal ini memang masih sulit untuk dihapuskan. Begitulah perjuangan yang dijalani oleh Ranti Aryani (43), seorang wanita Indonesia berjilbab yang sempat mengalami diskriminasi di Amerika Serikat (AS).
Ranti adalah dokter gigi di Amerika dan juga mantan perwira Dental Corps di USAF (United States Air Force atau Angkatan Udara Amerika Serikat). Lalu bagaimana kisah Ranti berjuang mempertahankan hijabnya di negeri orang?
Kepada brilio.net, Kamis (15/10), Ranti bercerita bahwa sejak pindah dan menuntut ilmu pascasarjana kedokteran gigi di United States Air Force (USAF), Maxwell-Gunter Air Force Base, Montgomery, Alabama, perlakuan diskriminasi telah sering diterimanya.
"Walau pun pada akhirnya saya berhasil menjadi murid militer angkatan udara itu. Namun peristiwa serangan World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 ternyata masih menghantui institusi itu," ujar wanita yang juga menulis buku tersebut.
Sejak hari pertama menjadi murid pada bulan Juli tahun 2003, Ranti dipersulit dalam menuntut ilmu. Ranti diwajibkan untuk mengenakan seragam lengan pendek. Dia juga sempat diasingkan untuk dan tidak diperbolehkan untuk praktik di institusi tersebut.
"Di saat yang lain bisa praktik sendiri, saya hanya dijadikan sebagai Airman (asisten), padahal saya menempuh pendidikan yang sama dengan mereka," lanjutnya.
Tidak sampai di situ saja, ketika para dokter gigi muda lainnya mendapat ruangan sendiri-sendiri, hak tersebut tidak didapatkan oleh Ranti. Dia harus mengusung alat-alat praktiknya dari satu ruangan ke ruangan lainnya untuk menangani keluhan para prajurit.
Diskriminasi itu terlihat secara institusi tapi tidak terlalu dirasakan secara personal. Para kolega Ranti kala itu mau menerima dia menggunakan jilbab. Para prajurit yang dia tangani pun merasa tidak masalah ketika kasus giginya ditangani wanita berwajah melayu itu.
"Bahkan mereka mau memberikan surat rekomendasi kepada institusi yang kebanyakan tertulis 'Please consider this lady to stay. She's a wonderful person. Hijab doesn't bother her to work as a denstist'," kata Ranti membacakan salah satu surat rekomendasi dari koleganya sambil terharu.
Di saat semua kawannya hanya memerlukan waktu satu bulan saja untuk menyelesaikan pendidikan di akademi militer itu, Ranti harus memperjuangkannya statusnya yang mengambang selama 14 bulan lamanya. Dengan berani Ranti memperjuangkan kasusnya tersebut hingga ke birokrasi tertinggi di institusi tersebut, yaitu di Pentagon. Bahkan setelah Pentagon menolak permohonannya untuk mengenakan jilbab, dia tetap berjuang lewat dewan pertimbangan.
"Hillary Clinton juga sempat membantu saya," kata Ranti menyebut mantan Menteri Luar Negeri USA itu. Mereka saling berkomunikasi melalui surat elektronik. Tapi sayangnya Ranti harus menelan pil pahit ketika dewan pertimbangan memutuskan untuk memberhentikannya dari USAF secara terhormat.
Keluar dari USAF, tak berarti perlakuan diskriminatif menjauh dari Ranti. Namun, akhirnya dia bisa mengelola klinik giginya sendiri bersama sang suami di Philadelpia. Saat ini wanita yang pernah mendapat penghargaan American Top Dentists pada 2011 oleh sebuah lembaga konsumen ini memiliki rata-rata seribu pasien setiap tahun. Pasiennya lebih banyak warga negara Amerika dibandingkan warga negara Indonesia.
"Warga Indonesia tinggal agak jauh dari klinik kami," katanya.
Walau begitu Ranti bersyukur saat ini diskriminasi hijab dan agama sudah terlihat berkurang, tidak seperti dulu lagi. Menurutnya masyarakat Amerika juga mulai sadar dan paham bahwa anggapan Islam selalu identik dengan terorisme adalah pemikiran yang keliru.
Meski karirnya sebagai perwira harus berhenti, namun Ranti juga membuktikan kesuksesannya dengan menulis buku yang berjudul "In God We Trust: Merentang Hijab dari Indonesia sampai Amerika". Buku tersebut bercerita tentang perjuangan Ranti dalam mempertahankan hijabnya di negeri yang minoritas muslim.
Recommended By Editor
- Kisah haru Ranti Aryani, mantan perwira AU AS berhijab dari Indonesia
- Bambang Hertadi, taklukkan lima benua dengan sepeda, ampuh banget!
- Kisah Pak Dede, penjual mainan sederhana di Bandung yang bikin haru
- Cerita Pulau Rote, dari toleransi sampai sandal jepit boleh di pesawat
- 8 Sosok kakek-nenek perkasa, masih semangat kerja meski berusia senja