Brilio.net - Kisah ini diceritakan Jerry Yulanto. Pria keturunan Tegal dan Manado ini ingin menggugah orang untuk senantiasa bersyukur atas apa yang didapatnya. "Ya intinya bersyukur. Melihat ke bawah. Jangan selalunya melihat ke atas. Nggak akan pernah cukup," ujar Jerry mengawali obrolannya dengan brilio.net, Selasa (1/12).
Dan kisah Jerry ini bisa menginspirasi siapa saja akan pentingnya kerja keras, cermat, tahu mana kebutuhan dan keinginan agar gaji atau pendapatan yang diterima tidak selalunya dirasa kurang. "Gaji saya di tempat kerja sekarang yang segitu-gitu aja. Tapi saya tahu mana kebutuhan dan keinginan," ujar karyawan properti dengan jabatan supervisor di wilayah Cikarang ini.
Jerry bercerita bahwa awal kehidupannya hingga sampai titik sekarang dilalui dengan banyak rintangan. Suami Novi Arliany ini mengaku pernah bekerja serabutan hingga sopir mobil rental. Dirinya baru mulai mendapat pekerjaan yang layak pada tahun 2010. Diterima di perusahaan yang bergerak di bidang properti di Cikarang sebagai senior staf pengelola atau estate managemen. Kala itu Jerry masih seorang bujangan.
Setahun kemudian pada 2011, setelah mendapat pekerjaan yang dianggapnya layak, Jerry mempersunting Novi, teman sekantornya. Keduanya kemudian mengontrak rumah cluster di kawasan tempat keduanya bekerja, sehingga bisa menghemat ongkos perjalanan dari rumah ke tempat kerjanya.
"Gaji saya saat itu Rp 2,7 juta dan gaji istri Rp 2 juta/bulan. Awal menikah jangankan punya rumah, motor saja nggak punya. Karenannya untuk menunjang kegiatan sehari-hari pakai mobil istri yang dia punya sejak sebelum kami menikah," kata Jerry.
Rumah kontrakan Jerry Yulanto pada masa-masa awal menikah.
Sadar bukan berasal dari keluarga kaya,Jerry dan istri kompak mencari tambahan penghasilan di luar kantor. Mulai dari sewa-sewain atau jual rumah, ruko, kavling sampai gudang. Hasil dari bisnis tambahan tersebut dikumpulkan sedikit demi sedikit, hingga mereka bisa membeli sebidang kavling/tanah seluas 153 meter persegi di cluster yang sama dengan rumah awal seharga Rp 130 juta. Jerry bermimpi dapat membangun rumah idaman untuk keluarganya sendiri dan anak-anaknya kelak.
Kavling tanah yang dibeli Jerry.
"Setelah 10 bulan menikah, Alhamdulillah istri saya hamil. Senangnya luar biasa dan hasrat untuk memiliki rumah pun semakin besar. Tapi dengan tabungan hasil dari kerjaan tambahan yang kami punya rasanya tidak akan cukup untuk membangun rumah diatas kavling kami, karena tabungan hanya sekitar Rp 100 juta. Ditambah lagi waktu itu dapat musibah rumah kontrakan kami kemasukan maling yang menimbulkan kerugian sekitar Rp 20 jutaan karena perhiasan istri digondol maling," lanjut Jerry dalam ceritanya.
Namun Jerry dan istri percaya dengan perkataan orang dahulu, selalu ada hikmah dibalik musibah. Hal itu pun benar dan terjadi pada mereka. Seminggu setelah kemalingan ada seorang ibu datang ke rumah mereka mencari kavling di cluster sekitar tempat tinggal mereka. Akhirnya kavling dijual seharga Rp 275 juta. Dengan kata lain ada keuntungan lebih dari 100% dari investasi 1 tahun.
"Dan pada saat yang bersamaan ada klien istri saya yang mau menjual rumahnya seharga Rp 425 juta di cluster lain tapi masih di perumahan yang sama. Dengan uang hasil jual kavling Rp 275 juta plus tabungan kami Rp 100 juta, masih kurang Rp 50 juta untuk bisa mendapatkan rumah tersebut. Setelah dinegosiasikan akhirnya dikasihlah rumah itu dengan harga Rp 400 juta. Masih ada kurang Rp 25 juta lagi entah dari mana, kami nekat membeli rumah itu, bismillah aja dah," tutur Jerry.
Jerry masih inget betul ia membayar rumah barunya itu dengan cara menyicil sampai 8 kali selama 5 bulan. Karena uang hasil penjualan kavlingnya juga dicicil oleh pembelinya. Dasar otak calo, rumah yang sedang dikontrak ternyata mau dijual juga sama pemiliknya seharga Rp 300 juta.
Akhirnya Jerry mencarikan pembeli dan menjualkan rumah yang dikontraknya seharga Rp 330 juta. Ia mendapat lagi keuntungan sekitar Rp 30 juta dari penjualan rumah yang sedang dikontraknya, sehingga lunaslah rumah yang Jerry dan istri beli seharga Rp 400 juta tadi.
"Alhamdulillah setelah anak saya lahir dengan sehat dan sempurna, tidak lama kemudian kami menempati rumah baru kami," ucapnya penuh rasa syukur.
Rumah baru Jerry.
Setelah melahirkan, istri Jerry lalu berhenti kerja. Sekarang istrinya fokus merawat anak di rumah sambil melanjutkan mulai dari bisnis jual beli properti, jualan pancake, jualan baju di bazzar, pasar kaget, jualan donat, sampai jualan kue. "YANG PENTING BISA MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP bukan GAYA HIDUP. karen kalau memenuhi gaya hidup enggak akan ada cukupnya," tegas Jerry.
Jerry menambahkan mereka berdua mulai kehidupan sama-sama dari nol, tanpa bantuan siapapun termasuk bantuan dari orang tua, karena orang tua mereka berdua bukan orang kaya.
"Orang tua kami hanya cukup membekali kami ilmu dari bangku sekolah hingga kuliah. Kami berdua berjuang bekerja keras bersama-sama untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Mungkin sebagian orang akan berfikir saya beruntung, tapi 1 hal yang pasti, keberuntungan enggak akan didapat tanpa usaha, karena di sini saya cerita yang enak-enaknya saja, yg susahnya enggak saya ceritain, bisa bikin novel kalau saya ceritakan semuanya. Intinya perjuangan untuk sampai dititik sekarang ini engga semudah yang dipikirkan," pungkas Jerry.
Jerry dan istri Novi Arliany dan anak pertama mereka.
Jerry berharap dengan kisah nyata yang ia bagikan dapat menginspirasi orang lain dan memotivasi untuk tetap bekerja keras. "Sekarang lagi mencoba bisnis ekspedisi. Baru jalan dua tahun dan sedang masa-masa sulitnya," kata Jerry yang baru saja dikaruniai buah hati keduanya.
Recommended By Editor
- Warung ini tak pernah jualan, semua menu digratiskan untuk dhuafa
- Pelajar Indonesia borong tujuh medali dari kompetisi ilmiah di Taiwan
- Persahabatan wanita Yahudi dan Muslim asal Bantul yang menginspirasi
- Foto wisuda mahasiswi cantik ini bikin netizen terharu
- Contoh sederhana kejujuran warga Jepang yang menginspirasi