Brilio.net - Popularitas Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Amikom Yogyakarta atau STMIK Amikom Yogyakarta saat ini sudah tidak perlu diragukan. Apalagi setelah pendirinya, Suyanto, berhasil dalam pembuatan film Battle of Surabaya, yang ikut mendongkrak popularitas kampus ini. Tetapi, tak banyak yang tahu bagaimana sejarah berdirinya kampus yang lahir 29 Desember 1992 ini.

Kisah Suyanto dirikan Amikom, dari rumah kontrakan kini diakui UNESCO

Kepada brilio.net, Rabu (13/5), Suyanto bercerita bagaimana dia merintis Amikom. Kala itu, pada tahun 1990-an, sambil berkuliah pascasarjana di UGM Yogyakarta, Suyanto bersikeras mewujudkan cita-citanya memiliki sebuah lembaga pendidikan yang akan besar di masa datang. Pria yang menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (UGM) ini pun akhirnya memilih mendirikan kampus berbasis Teknologi dan Informasi. Ia yakin kelak ilmu pengetahuan berbasis IT adalah pengetahuan yang populer.

Ketika itu pula, alamaternya UGM juga membuka program D3 Teknologi Informasi. Namun hal itu tidak membuat pria kelahiran Madiun, 20 Februari 1960 ini khawatir sedikitpun. Ia tetap menjaga sikap positive thinking dan optimismenya. Dirinya justru berpandangan, ketika UGM mulai membuka program D3 Teknologi Informasi, itu berarti orang-orang akan semakin mengenal arti pentingnya teknologi informasi, karena pengetahuan ini belum banyak diminati.

Awalnya Suyanto mendirikan perguruan tinggi tersebut dengan biaya yang sangat pas-pasan, bahkan dirinya menggunakan rumah kontrakan untuk dipakai sebagai gedung perkuliahan. Ia juga terpaksa harus nunggak beberapa bulan setelah bedirinya perguruan tinggi tersebut. "Dulu saya sewa rumah itu dengan harga Rp 6 juta. Saya tidak nawar, saya langsung menyewanya selama dua tahun, tapi mbayarnya nycicil," kata Suyanto.

Pria yang kini menjadi profesor ini menuturkan, pada awalnya jumlah mahasiswa yang diterima hanya 44 orang. Mereka semua masuk di jurusan Manajemen Informatika. Berkat tekat dan keulatannya, akhirnya Suyanto berhasil membesarkan perguruan tinggi yang dibesarkan dengan keringatnya itu.

Suyanto menuturkan keberhasilannya memanajemen kampus karena ia menerapkan metode "Training Unggulan", yaitu sebuah training yang ia berikan kepada seluruh civitas akademika yang ada di kampusnya. "Menurut saya, itu yang membuat kami bertumbuh dengan cepat. Dalam training tersebut, kita akan diajari untuk self confidance, positive attitude, high motivation, social capability, dan empaty," tutur Rektor Amikom tersebut.

Bahkan kini Amikom dijadikan contoh oleh lembaga dunia UNESCO sebagai Perguruan Tinggi Swasta Dunia dengan Model Private Entrepreneur. Sebuah model pembelajaran kampus, di mana mahasiswanya diajarkan untuk melakukan bisnis privat seperti mendesain web, membuat sistem keamanan atau iklan kreatif, lalu dijual kepada pasar dengan keuntungan yang diperoleh sepenuhnya menjadi milik mahasiswa bersangkutan, tanpa dikurangi sedikitpun oleh kampus.