Brilio.net - Pedagang kaki lima yang sering mangkal di jalanan sering luput dari pandangan kita. Terkadang malah kita menutup mata jika mereka diusir oleh para personel Satpol PP. Padahal banyak dari mereka merupakan orang tua yang sudah renta yang untuk berjalan saja kadang harus tertatih-tatih demi sesuap nasi.
Berawal dari situlah sekelompok alumni mahasiswa UNESA, UNEJ, UM, UI, IPB dan ITS membuat sebuah komunitas sebagai wadah untuk membantu memasarkan dagangan mereka lewat online. Komunitas ini kemudian diberi nama KAKI LIMA dan sudah berdiri sejak tahun 2014.
"Awalnya sih ketika ketua kami, Yogie Anggita Baskara, sering membeli dagangan orang jualan di pinggiran atau makanan di warung-warung kecil begitu," ujar Tera Silfia, salah seorang admin di KAKI LIMA kepada brilio.net, Selasa (30/6). "Pada suatu ketika mereka tergusur karena ada pembangunan pelebaran jalan dan ruko-ruko besar, lalu kita pelan-pelan menyusun konsep untuk bagi-bagi makanan di bulan Ramadan tahun lalu, tapi makanan itu kita beli dari pedagang kaki lima yang sudah kita kenal."
Langkah ini mendapat sambutan antusias sehingga kegiatan dilanjutkan. "Lama kelamaan komunitas ini berkembang, setiap ada pedagang kecil di mana pun berada di seluruh Indonesia kami foto dan bagikan ke media sosial dan alhamdulillah dana pun juga terkumpul dari para donatur," lanjutnya.
Meski awalnya berpusat di Surabaya, namun komunitas ini sudah bergerak ke berbagai kota lainnya. Di antaranya Sidoarjo, Malang, Tulungagung dan berbagai kota di Madura. Selain memasarkan dagangan para pedagang kaki lima secara online, mereka juga mengadakan berbagai agenda seperti datang ke rumah pedagang untuk menyambung silahturahmi, bagi-bagi makanan di jalanan dan lain-lain.
BACA JUGA:
Kesetiaan Mbah Yudo ke Keraton, 12 tahun kerja bergaji Rp 15.000/bulan
Mbah Dumiyo, usia 90 tahun tetap semangat jualan 'es jadul'
Usia senja, Mbah Temo semangat jualan peyek demi untung tak seberapa
Kisah Mbah Sugeng, tak mau minta-minta meski tinggal di kos reyot
Cara ibu membahagiakan kamu lebih dari yang kamu sadari
Gigihnya Mbah Kom, 32 tahun jajakan sapu lidi meski tak melihat
Kisah Mbah Srilah jaga tradisi membuat stagen dengan alat tenun kayu