Brilio.net - Asal mula musik keroncong berasal dari musik Portugis 'Fado' yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga di abad 16. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Indonesia yang ikut serta membentuk musik keroncong.
Kawasan Kotagede, Yogyakarta sebagai kawasan budaya menyimpan potensi kesenian keroncong yang sangat besar. Ini terbukti dengan banyaknya grup keroncong yang ada di kawasan itu yang masih eksis sampai sekarang. Modal sosial tersebut menginspirasi Djaduk Ferianto untuk menginisiasi masyarakat Kotagede melakukan langkah nyata melestarikan musik keroncong.
Perkembangan musik keroncong di Indonesia
foto: id.wikipedia.org
"Kotagede merupakan laboratorium dari keroncong. Perilaku orang kotagede ternyata mempengaruhi musik keroncong versi mereka sendiri. Dan dari mereka lahirlah berbagai jenis lain dari musik keroncong," ungkap Djaduk Ferianto kepada awak media, Kamis (10/12).
Natsir Dabey, seorang tokoh masyarakat asli Kotagede juga menambahkan, di Kotagede sendiri sampai sekarang ada sekitar 22 kelompok keroncong. Pada 2004 lalu Kotagede pernah menyelenggarakan festival keroncong yang berlangsung selama lima hari. Tapi dari 2000 hingga 2015 keroncong selalu timbul tenggelam karena adanya masalah internal personel grup keroncong itu sendiri.
Sudut Kotagede yang sarat akan budaya
foto: initempatwisata.com
Untuk menguatkan status Kotagede sebagai pusat keroncong, maka beberapa kelompok seniman termasuk Djaduk Ferianto akan menyelenggarakan sebuah acara bertajuk Pasar Keroncong Kotagede 2015.
Sesuai namanya, pementasan ini akan menjadi sebuah pasar dimana banyak jenis langgam keroncong yang ditampilkan. Sehingga penonton bisa leluasa memilih musik yang disukai, bahkan penonton akan diberi keleluasaan untuk banyak berinteraksi. Acara ini sendiri bakal digelar pada Sabtu (12/12) sore.
Pasar Keroncong Kotagede 2015
foto: dok panitia Pasar Keroncong Kotagede 2015
Event ini diharapkan menjadi awal pelestarian keroncong yang berkelanjutan. Tak hanya pementasan, tetapi juga peningkatan wawasan kesenian serta ada regenerasi yang mengubah label keroncong tidak hanya dianggap musiknya orangtua.
"Kami akan membuat Kotagede layaknya New Orleans, Amerika. Jika New Orleans merupakan pusat musik Jazz, maka Kotagede akan menjadi pusat musik keroncong," pungkas Djaduk.
Recommended By Editor
- Saka Utara, home decor karya anak muda yang diam-diam telah mendunia
- Mengintip pameran mainan di Creative Toys & Hobbies Expo, bikin ngiler
- Meriahnya Jogja Volkswagen Festival 2015, ada door prize mobil!
- 32 Foto pameran seni terbuka Jogja Street Sculpture Project 2015, top!
- Mencicip menu sarapan ala Amerika buat 'kelas pekerja' di Jogja, top!