Brilio.net - Lumpur Lapindo, tentu mendengar kalimat tersebut kamu sudah tidak asing ya? Semburan lumpur Lapindo merupakan peristiwa yang sempat menggegerkan masyarakat Indonesia beberapa tahun silam. Lumpur yang muncul dari pengeboran yang dilakukan oleh Lapindo Brantas Inc ini telah menimbulkan kerugian dan dampak yang luar biasa terhadap kehidupan masyarakat yang ada di sekitar Sidoarjo, Jawa Timur.
Keberadaan lumpur ini kian harinya semakin meluas dan membuat masyarakat harus kehilangan tempat tinggal. Sampai saat ini lumpur selalu keluar dari pusat semburan dan belum ditemui solusi untuk menghentikan semburan lumpur.
Martyana Dwi Cahya (23), menemukan terobosan baru dalam memanfaatkan bubuk lumpur Lapindo sebagai campuran dari beton geopolimer. Penelitian terhadap penggunaan bubuk lumpur Lapindo sebagai pengganti semen ini dilakukan untuk memenuhi syarat kelulusan S1 di Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Penggunaan lumpur Lapindo tersebut ditulis dalam tugas akhir yang berjudul 'Kuat Tekan Beton Geopolimer dengan Bahan Utama Bubuk Lumpur Lapindo dan Kapur'.
"Dalam tugas akhir ini saya menggunakan lumpur Lapindo dan kapur sebagai pengganti semen dengan takaran tertentu," jelas Martyana kepada brilio.net, Rabu (15/4)
Saat ini pembuatan beton masih tergantung pada penggunaan agregat kasar, agregat halus, air dan semen. Penggunaan semen sebagai salah satu perekat beton untuk dunia kontruksi juga menuai kritikan. Semen menyumbang 7% dari seluruh karbon dioksida yang dihasilkan dari berbagai sumber, angka ini membuat semen menjadi salah satu penyumbang efek pemanasan global yang cukup besar.
Hal yang membuat wanita asal Semarang ini menggunakan bubuk lumpur Lapindo sebagai salah satu solusi untuk mengurangi penggunaan semen tanpa mengurangi kualitas dari semen itu sendiri. Dengan penelitian ini, maka masyarakat dapat mendapatkan pemahaman baru bahwa bencana semburan lumpur Lapindo dapat dimanfaatkan.
Semen banyak mengandung silika dan alumina sebagai salah satu unsur pembentuk semen. Dan ternyata pada bubuk lumpur Lapindo juga terdapat kandungan silika dan alumia yang cukup besar, sehingga memiliki karakter yang hampir sama dengan semen. Dengan tambahan kapur, maka kerja dari bubuk lumpur Lapindo akan lebih maksimal lagi. Penelitian dari Martyana juga telah diikutkan dalam konferensi nasional ke-7 teknik sipil yang saat itu berlangsung di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
Wah, penelitian bahwa lumpur Lapindo dapat diolah menjadi campuran beton ini merupakan kabar baik dalam menyikapi bencana lumpur Lapindo. Pemerintah dan berbagai pihak diharapkan dapat lebih mengembangkan penelitian yang memanfaatkan lumpur Lapindo, sehingga lumpur Lapindo tidak berakhir jadi bencana yang tidak punya solusi. Gimana? apa kamu berniat meneliti kegunaan lain dari lumpur lapindo?