Brilio.net - Yogyakarta memiliki makanan khas yang populer yaitu Gudeg. Di kota pendidikan ini kamu bisa dengan mudah mendapatkan makanan berbahan dasar gori alias nangka muda tersebut. Mulai dari gudeg basah, hingga gudeg kering dapat kamu temukan di sudut-sudut Jogja. Gudeg sendiri biasa dikonsumsi untuk sarapan, makan siang ataupun saat kamu kelaparan tengah malam.
Nah, bagi kamu pecinta gudeg atau sedang berkunjung ke Jogja, berkunjunglah sebentar ke Jalan Sosrowijan, Malioboro, Yogyakarta. Tepatnya di depan Hotel Grage Ramayana. Bukan tempat makan gudeg mewah yang sering ditayangkan di acara kuliner layar kaca, tapi ini gudeg yang dijajakan di pinggir jalan yang terkenal legendaris. Mbah Lindu pembuat sekaligus penjual gudeg ini sudah berumur 96 tahun. Bahkan, banyak orang menyebut nenek ini adalah penjual gudeg tertua di Yogyakarta.
"Kulo mboten kelingan tahun pinten, pokoke kawit zaman duit niki tasih duit benggol (saya lupa sejak tahun berapa, pokoknya sewaktu zaman uang benggol)," kata Mbah Lindu alias Setyo Utomo kepeda brilio.net, Selasa (19/1).
Di usianya yang sudah hampir seabad dengan 5 orang anak, 15 cucu dan 8 orang cicit Mbah Lindu belum terpikirkan untuk beristirahat dari pekerjaannya. Mbah Lindu masih semangat dan senang berjualan gudeg. Setiap hari Mbah Lindu ditemani anaknya Ratiyah berangkat dari rumah mereka di Klebengan, Depok, Sleman sekitar pukul 05.00 WIB. Sesampainya di pos ronda tempatnya berjualan, Mbah Lindu langsung menyiapkan dagangannya yang terdiri dari gudeg, nasi, bubur dan aneka tambahan lauknya seperti ayam kampung, telur, tahu, tempe, krecek dan sambel goreng tempe.
"Jauh sebelum saya lahir, simbok memang sudah jualan gudeg di sini," terang Ratiyah.
Mbah Lindu juga masih turun tangan sendiri untuk menyiapkan dagangannya di tumah. Setiap hari sepulang berjualan sekitar pukul 10.00 WIB, Mbah Lindu langsung menyiapkan kembali bahan-bahan untuk meracik gudeg. Karena gudeg harus diungkep semalaman untuk hasil yang enak. Esok paginya, sekitar pukul 01.00 WIB Mbah Lindu harus sudah bangun untuk memanaskan lauk-pauk dan masak nasi. Sehabis subuh, sekitar pukul 05.00 WIB dia berangkat lagi berjualan. Salut!
Recommended By Editor
- Tak disangka, buah tangan unik dari clay tepung ini banjir peminat
- Cinta film religi Indonesia, komunitas ini promosi hingga mancanegara
- FOTO: Festival Kampung Lampion Kali Code, 'tampar' modernisasi Jogja
- Lotek legendaris porsi jumbo ini nikmatnya minta ampun, cobain ya!
- Jogja ternyata masih punya 600 bangunan bersejarah bernilai budaya