Brilio.net - Belanda yang pernah menjajah bumi Indonesia selama 350 tahun meninggalkan jejak-jejak sejarah di sejumlah tempat di Indonesia, termasuk di gugusan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Saksi bisu kekejaman penjajah Belanda masih tegak berdiri di antaranya di Pulau Kelor, Pulau Cipir, dan Pulau Onrust. Tak sedikit yang justru menyisakan misteri yang hingga kini belum terjawab.

Pulau Kelor misalnya, sejatinya bernama Pulau Kherkof yang diambil dari bahasa Belanda kerkhoven (makam). Dikatakan demikian karena pulau kecil yang luasnya hanya 2 hektar ini merupakan tempat dimakamkan ratusan pejuang Indonesia.

Di pulau kecil nan cantik yang berpasir putih dengan air laut yang relatif masih jernih ini dulunya digunakan Belanda sebagai garis depan untuk menghalau musuh yang datang dari lautan lepas. Saksi bisu pertahanan Belanda bisa dilihat dari keberadaan sisa-sisa Benteng Martello.

Benteng yang terbuat dari batubata merah ini dibangun VOC pada abad ke-17. Benteng Martello adalah benteng anti meriam berbentuk lingkaran yang dilengkapi dengan senjata api yang bisa melakukan manuver 360 derajat untuk menahan serangan Portugis. Kendati benteng ini porak poranda diterjang tsunami akibat letusan gunung Krakatau pada 1883, namun sebagian besar bangunan masih berdiri kokoh.

Menelusuri jejak penjajah Belanda di Kepulauan Seribu

Bekas rumah sakit di Pulau Cipir di kawasan Kepulauan Seribu.

Pulau Kelor juga menyimpan sejarah kelam berupa tengkorak-tengkorak para tahanan politik dan pejuang Indonesia yang dihukum mati pada zaman penjajahan lalu dikubur di pulau ini. Kuburan tersebut dikenal sebagai kuburan Kapal Tujuh yang diambil dari Peristiwa Kapal Tujuh (Zeven Provincien). Para tahanan ini sebelumnya ditawan di Pulau Onrust.

Menelusuri jejak penjajah Belanda di Kepulauan Seribu

Makam di Pulau Onrust.


Tak jauh dari Pulau Kelor, terdapat Pulau Cipir atau Pulau Kahyangan. Di pulau ini juga terdapat benteng VOC. Menariknya, di pulau ini terdapat sumber air tawar yang jernih dan bersih. Sama seperti Pulau Kelor, Pulau Cipir juga menyimpan banyak jejak sejarah Belanda pada abad ke-19. Di pintu masuk pulau ini terdapat sebuah prasasti tua. Di pulau ini juga terdapat rumah sakit tua yang dibangun pada 1670. Sayangnya, bangunan rumah tua ini sudah tidak utuh lagi. Namun beton gedung rumah sakit masih berdiri kokoh.

Menelusuri jejak penjajah Belanda di Kepulauan Seribu

Bekas rumah sakit di Pulau Cipir.


Di pulau ini ada sebuah bangunan yang tak beratap dan tak berjendela yang konon dijadikan tempat untuk eksekusi mati para pejuang Indonesia. Sama seperti di Pulau Kelor, benteng Belanda di pulau ini juga berbentuk lingkaran. Tapi tidak seperti benteng Mortello, benteng di pulau ini hanya sebatas benteng pertahanan biasa. Di benteng ini terdapat sejumlah meriam buatan Belgia yang kondisinya sudah berkarat.

Satu lagi saksi sejarah penjajahan Belanda di deretan Kepulauan Seribu masih berdiri kokoh di Pulau Onrust. Di masa penjajahan, pulau ini dijadikan sebagai galangan kapal. Sama seperti pulau lain di sekitarnya, di pulau ini juga terdapat benteng pertahanan.

Pada periode 1911 dan 1933, Pulau Onrust dijadikan sebagai sanatorium TBC. Sama seperti Pulau Cipir, Pulau Onrust juga dijadikan tempat karantina haji yang baru pulang dari Makkah. Kemudian selama 1933 sampai 1940, pulau ini dijadikan sebagai tempat tawanan para pemberontak yang terlibat Zeven Provincien. Bahkan pada 1940, Pulau Onrust juga dijadikan tempat tawanan orang-orang Jerman yang dituduh dalam gerakan NAZI pro Hitler yang ada di Indonesia.

Selanjutnya pada 1942, setelah Jepang menguasai Batavia, Onrust dijadikan penjara bagi tahanan kelas berat. dan tahanan politik, salah satunya adalah DN Aidit yang kemudian menjadi tokoh PKI. Lantas di masa Indonesia merdeka hingga awal 1960-an, Pulau Onrust dijadikan rumah sakit karantina bagi penderita penyakit menular terutama lepra. Kemudian periode 1960-1965 pulau ini sempat dijadikan tempat penampungan para gelandangan dan pengemis.

Menelusuri jejak penjajah Belanda di Kepulauan Seribu

Diduga makam SM Kartosoewirjo.

Yang menarik, di pulau ini terdapat banyak makam, termasuk dua makam tak bernama dengan bendera Merah Putih. Konon, salah satu makam tersebut adalah tempat dikuburkannya petinggi DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang dieksekusi pada pemerintahan Presiden Soekarno dengan ditembak mati pada 5 September 1962.

Namun ada kabar yang menyebutkan bahwa SM Kartosoewirjo bukan dimakamkan di Pulau Onrust, tapi di Pulau Ubi yang lokasinya berdekatan dengan Pulau Onrust. Hanya saja Pulau Ubi sudah tenggelam akibat abrasi air laut.

Menelusuri jejak penjajah Belanda di Kepulauan Seribu

Meriam Cipir.


Lantas, siapa yang dimakamkan di Pulau Onrust? Entahlah. Yang jelas, keberadaan pulau-pulau ini makin meneguhkan bahwa penjajahan Belanda masih menjadi ingatan sejarah.