Brilio.net - Ibarat umat Islam menuju Mekkah, umat Katolik menuju Vatikan, bagi pecinta kuda seperti Nirwan Arsuka (40) Kota Sumba yang terkenal dengan kudanya adalah kota yang wajib dikunjungi. Tekadnya ini semakin bulat. Sejak tanggal 22 Agustus 2015 lalu, pria ini memulai perjalanan dari Serang, Jawa Barat kota asalnya menuju Sumba. Dia mulai berangkat sebagai pengelana kuda untuk melakukan perjalanan sejauh 2000 km.
Bersama kudanya yang diberi nama Merpu dan Kutub Dunia ini melakukan perjalanan dengan nama ekspedisi Kuda Pustaka Khatulistiwa. Dari Serang Nirwan berangkat sendirian, sesampainya di Purbalinnga, Jawa Tengah dia kemudian ditemani oleh empat pemuda untuk membantu merawat kudanya selama perjalanan. Mereka adalah Wahyu, Rian, Bayu, dan Olan. Mereka bergantian menaiki kuda dan membawa motor untuk mengangkut logistik.
"Kasihan kudanya kalau ditambah membawa logistik juga, jadi untuk keperluan lainnya kami angkut pakai motor," ujar Nirwan saat dihubungi brilio.net Senin (28/9)
Merpu dan Kutub Dunia. Membelah Jawa menuju Sumba
Nirwan bercerita, dia tidak memiliki target kapan harus sampai ke Sumba. Bagi Nirwan perjalanan tersebut dilakukan dengan aman bagi kesehatan dia dan juga kuda-kudanya. Setiap hari kuda Nirwan berjalan mulai dari pukul 08.00 hingga pukul 15.00, setelah itu kudanya dia istirahatkan.
Santai. tak pasang target kapan sampai di Pulau Seribu Kuda
Setiap kota yang dia singgahi pun selalu dia sempatkan untuk singgah di setiap kota, berkenalan dengan penduduk sekitar juga mengenalkan kepada anak-anak untuk mencintai satwa. Perjalanan itu menurutnya juga sekaligus untuk menguji kekuatan kuda asli Indonesia. Kuda milik Nirwan tersebut berjenis Sandel asal Sumba dan Kuda Pacu Indonesia (KPI) yang merupakan hasil kawin silang dengan kuda impor.
Menurutnya dari perjalanan yang telah dilakukan, sudah bisa membuktikan bahwa kekuatan kuda lokal tidak kalah dibanding kuda luar yang sering dianggap lebih besar dan lebih kuat.
"Kuda lokal jauh lebih tahan dengan kondisi Indonesia, dan lebih kuat staminanya, terbukti lebih kuat minimal dibandingkan dengan kuda yang disilangkan khusus," terangnya
Tak hanya itu, dia juga berharap bisa mengamati perubahan yang terjadi di Indonesia lewat punggung kuda di mana sudah lama tidak ada yang melakukan penjelajahan mempelajari Indonesia dari punggung kuda.
Mengamati Indonesia dari punggung kuda.
Nirwan juga bercerita bahwa dalam perjalanan ini dia mengandalkan bantuan dari masyarakat yang disambanginya untuk mendapat tempat yang layak bagi kudanya beristirahat dan juga makanan kudanya. Masyarakat menurutnya cukup bisa menerima mereka sebagai pengelana dan rela memberikan bantuan.
Saat ini Nirwan sudah kembali melanjutkan perjalanannya menuju Sumba setelah beberapa hari singgah di Jogja. Hati-hati Pak Nirwan, semoga selamat sampai tujuan!