Oktaviani Wulansari, Miss Deaf dari Indonesia! Sungguh brilio!

Ovik menyisihkan 15 kandidat dalam seleksi yang digelar Yayasan Putri Tuna Rungu Indonesia dan Asosiasi Duta Indonesia.

14 Juni 2015 18:11

Brilio.net - Memiliki keterbatasan pendengaran dan berbicara, tak lantas membuat Oktaviani Wulansari (22), patah arang. Gadis kelahiran Solo, 19 Oktober 1992, ini telah memiliki banyak capaian dalam hidupnya yang dapat membanggakan orangtuanya.

Oktaviani yang akrab disapa dengan Ovik memang sudah tunarungu sejak lahir. Menurut penuturan Heni Widyawati, ibunda Ovik, awalnya dirinya tidak mengetahui kelainan Ovik sampai usia Ovik menginjak enam bulan. Ovik sesekali masih bisa merespons ketika namanya dipanggil atau diajak bercanda. Namun selepas usia itu, Ovik sama sekali tidak bisa memberikan respons atas suara.

"Ketika kami bawa ke rumah sakit, semuanya sudah terlambat. Ovik divonis tunarungu," ujar Heni ketika ditemui brilio.net di kediamannya di Solo, Jumat (12/5).

Menurut Heni, telinga kiri Ovik mengalami gangguan 90 persen, sedangkan telinga kanannya 80 persen. Namun Ovik tidak pernah menggunakan alat bantu dengar karena tidak pernah merasa nyaman. Ia memilih belajar bahasa isyarat. Toh dengan kondisi Ovik seperti itu, Heni merasa masih beruntung karena anaknya tidak rendah diri. Sebaliknya Ovik justru tumbuh menjadi gadis yang cerdas, cantik, mudah bergaul, dan mandiri.

Namun perilaku diskriminasi dan ledekan juga kerap dialami Ovik. Pada saat itu seperti itu, orangtuanya, Heni dan Bambang Supeno, tak jemu menumbuhkan semangatnya. Pola pikir orangtua yang selalu menanamkan bahwa dirinya tak berbeda dengan orang lain pada umumnya itulah yang membentuk pribadi Ovik hingga dewasa.

"Hingga pada saat SMA, Ovik menemukan passionnya yaitu di bidang modelling. Untunglah fisik Ovik juga mendukung untuk modelling karena tingginya mencapai 175 cm," kata ibu Ovik lagi.

Ovik pun serius belajar modeling di beberapa sekolah modeling di Solo. Mulai dari tahun 2010, Ovik mengikuti berbagai peragaan busana, mulai Solo, Semarang, dan Jakarta, serta menyabet banyak juara sampai akhirnya dia dinobatkan menjadi Miss Deaf Indonesia, sebuah ajang kontes kecantikan bagi penyandang tunarungu. Sebelum dinobatkan sebagai Miss Deaf Indonesia, Ovik menyisihkan 15 kandidat dalam seleksi yang digelar Yayasan Putri Tuna Rungu Indonesia dan Asosiasi Duta Indonesia.

"Bukan semata-mata kemenangan yang ingin saya inginkan. Lebih dari itu, saya ingin semua ini bisa menjadi motivasi bagi teman-teman disabilitas yang lain. Mereka tidak perlu minder, karena semangat yang kuat dan kerja keras bisa membuat kaum disabilitas tampil setara, tanpa batas," ujar Ovik saat dihubungi melalui SMS.

Saat ini Ovik sedang menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya dengan jurusan Psikologi melalui beasiswa Bidikmisi. Ovik tak membantah bahwa keterbatasan pendengaran bagi penyandang tunarungu sering memunculkan diskriminasi. Salah satunya lapangan pekerjaan. Dia menyebut, misalnya, perempuan tunarungu tidak bisa bekerja sebagai sekretaris karena tidak bisa menerima telepon.

"Tapi percayalah, ketika satu pintu tertutup akan selalu ada pintu lain yang terbuka. Keyakinan seperti ini harus dimiliki para penyandang disabilitas, termasuk penyandang tunarungu," pungkas Ovik.