Brilio.net - Julukan pahlawan tanpa tanda jasa memang tepat diberikan kepada para guru yang tanpa lelah membagikan ilmu kepada kita semua. Apalagi para guru yang rela mengajar di kawasan pelosok dan pedalaman yang hampir tidak terjamah oleh tangan-tangan pengajar.
Salah satu dari guru mulia tersebut adalah Firdaus Laili, mahasiswa lulusan Fakultas Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Yogyakarta yang mengikuti program SM3T (Sarjana Mengajar di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal).
Pria asal Wonosobo ini ditugaskan di Desa Long Pada, Kabupaten Malinau. Kabupaten Malinau adalah sebuah kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Bulungan. Kabupaten ini berada di Provinsi Kalimantan Utara yang juga merupakan daerah pemekaran. Sebelum awal tahun 2014, provinsi ini masih masuk dalam wilayah Provinsi Kalimantan Timur.
"Saya ditempatkan di SMA 12 Malinau, yang merupakan satu-satunya sekolah menengah di kecamatan tersebut," ujarnya kepada brilio.net, Senin (6/7)
Perjalanan yang harus ditempuh Firdaus menuju lokasi sangatlah berat. Perjalanan menggunakan perahu tersebut harus ditempuh dalam waktu dua hari satu malam. Walau sebenarnya bisa ditempuh dalam waktu satu hari saja asalkan cuaca dan arus sungai sedang bersahabat.
Tidak jarang orang yang menuju Long Pada tersebut harus menginap di hutan karena kendala alam bila tetap melanjutkan perjalanan.
Sepanjang perjalanan Firdaus juga harus merasa tidak nyaman dalam bergerak karena harus selalu mengenakan life vest (pelampung keselamatan) sepanjang perjalanan. Pelampung ini diperlukan karena Firdaus harus menggunakan perahu kecil yang disebut Ketingting untuk mencapai lokasi.
"Saat itu bawaan juga banyak sekali karena harus bawa bahan makanan seperti perabot rumah tangga juga sembako, karena di sana nggak ada toko atau penjual. Semua harus dibawa dari kota," ceritanya.
Perjalanan melewati sungai pun tidak semudah yang dibayangkan. Firdaus bersama rekan-rekannya beberapa kali harus melewati jeram berbahaya yang penuh dengan bebatuan. Tak jarang, penumpang pun harus turun karena perahu terlalu berat muatannya.
Ada satu jeram besar di mana tidak hanya penumpang yang harus turun, namun juga barang-barang bawaan. Saat akan melewati jeram yang besar, perahu harus mengurangi beban yang dibawa sebanyak mungkin untuk meminimalisir terjadinya perahu karam.
Menurut warga setempat, tidak jarang perahu atau Ketingting karam atau menabrak batu saat melewati jeram. Oleh sebab itu, pengalaman dan kekompakan motoris dan juru batu (orang-orang yang mengendalikan perahu) sangat vital dalam mengendalikan perahu yang dibawa mereka terutama saat melewati jeram.
Namun semua itu tidak menyurutkan semangat Firdaus untuk menuju lokasi, memberi pengetahuan baru bagi mereka yang masih sedikit menjamah ilmu pengetahuan.
Kedatangannya di desa yang belum terjamah listrik tersebut di sambut hangat oleh warga desa dan calon-calon siswanya yang sangat antusias menerima pengetahuan baru.
BACA JUGA:
Awas! 10 Bahan makanan ini nggak boleh kamu simpan di dalam lemari es
VIDEO: Hal-hal yang terjadi pada jasadmu di dalam tanah usai meninggal
Begini penjelasan kenapa maghrib & tengah malam identik dengan mistis
VIDEO: Kisah sepasang sepatu bekas yang akan membuatmu menangis
Sarapan buah bukan cuma buat gaya-gayaan, tapi bikin kamu lebih sehat!
Kamu sering gemetaran? Hati-hati mungkin itu gejala Multiple Sclerosis
Duh, terobsesi dengan makanan sehat bisa bikin gejala gangguan makan!
Cermati ubanmu, bisa jadi itu adalah gejala kanker, hati-hati!
Ini kandungan menu sarapan yang baik, sudahkah sarapanmu memenuhi?
Inilah asal usul kenapa huruf pada keyboard tidak urut abjad!