Brilio.net - Sebuah patung manusia berukuran lumayan besar kokoh berdiri di pertigaan menuju Jalan Jenderal DI Panjaitan, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Patung seseorang yang sedang membuat knalpot itulah simbol Purbalingga sebagai produsen knalpot terbesar. Sekaligus penghormatan kepada Sultoni, tokoh pencetus produksi knalpot di Purbalingga.
Beberapa waktu lalu, brilio.net melakukan peliputan khusus ke Purbalingga menyusuri dusun-dusun penghasil knalpot yang melejitkan nama Purbalingga sebagai daerah produsen knalpot. Dan memang tak ada yang keliru dengan sebutan itu, karena memang banyak desa yang sebagian warganya beraktifitas membuat dan menjual knalpot.
Salah satu tempat produsen knalpot adalah Dusun Pesayangan, Kecamatan Purbalingga Lor. Masuk ke jalan Dusun Pesayangan, kita memang langsung disambut dengan aneka produk knalpot mobil maupun motor. Tak hanya knalpot, beberapa warga juga membuat gamelan dari logam kuningan.
Knalpot hasil produksi warga Purbalingga yang siap dipasarkan
Ketika brilio.net mengunjungi rumah salah satu bengkel industri knalpot milik warga, tampak aneka knalpot dipajang. Bengkel itu membuat knalpot dengan label VRC Knalpot. Di bengkel tersebut ada beberapa pekerja sedang membuat knalpot dengan berbagai bentuk. Bengkel itu milik Budi yang pengelolaannya dibantu oleh dua orang yang masih keluarganya, yakni Hamid Rofik dan Satrio Yudho.
Menurut Hamid Rofik, di kampungnya saja ada 35 home industri yang beroperasi. Tak hanya knalpot, Pesayangan juga menghasilkan gamelan serta dandang yang dari bahan dasar drum bekas. Di usaha yang dirintisnya, VRC Knalpot mempekerjakan total 50 orang karyawan. "Dalam sehari knalpot yang dihasilkan kurang lebih 150 unit,” katanya kepada brilio.net.
Sekitar 70% warga Pesayangan menggantungkan hidup dari dunia industri knalpot. Warga pun sangat terampil membuat knalpot. Biasanya untuk produksi mereka akan membaginya menjadi empat tahap. Pertama membuat pola di atas lempengan aluminium. Kedua, tahap pemotongan. Ketiga, membentuknya menjadi bulat atau hampir bulat. Keempat, menambahkan saringan di dalamnya.
Lantaran prospek usaha knalpot yang terus membaik. Industri rumahan knalpot Purbalingga ini pun menyebar di berbagai wilayah lain, antara lain Desa Galuh Kecamatan Bojongsari, Desa Gemuruh Kecamatan Padamara, Desa Babakan Kecamatan Kalimanah, dan Desa Kembaran Kulon Kecamatan Purbalingga yang hanya dibatasi sungai dari Dusun Pesayangan.
Namun, hingga kini Dusun Pesayangan masih menjadi sentra utama industri knalpot ini. Hasil produksi dari Purbalingga ini tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Dalam memasarkan produknya, mereka menggunakan media daring untuk menjangkau konsumen luar kota.
Warga juga memiliki beberapa bengkel di tepi Jalan Kiswadi untuk transaksi. Beberapa produsen pernah mendapat permintaan knalpot sebanyak 5.000 unit knalpot yang harus dicapai dalam waktu satu bulan. Namun semuanya tak menyanggupi karena kriteria knalpot yang diminta dirasa memberatkan. Selain itu juga karena merasa tidak mampu memenuhi karena prosesnya masih manual.
Patung penghormatan untuk Sultoni, sang perintis usaha knalpot
Kesuksesan warga Purbalingga menggeluti usaha knalpot tak lepas dari jasa Sultoni. Dia adalah perintis usaha knalpot. Patungnya saja dibuat untuk menghormati jasa-jasanya. Patung Sultoni dibangun pada tahun 2000 pada masa pemerintahan Bupati Triyono Budi Sasongko. Pada rentang waktu dua periode pemerintahannya, tahun 2000-2010, Triyono juga membuat replika knalpot mobil raksasa yang tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI). Replika berbahan platser ini punya berat 1,1 ton dengan panjang 12 meter dan diameter 4,8 meter.
Sebelumnya Sultoni adalah pembuat dandang berbahan dasar kuningan. Namun sayang, usahanya tak memungkinkan berlanjut. Pada masa bangkrut itu, Sultoni ditantang oleh salah seorang rekannya untuk mencoba membuat knalpot. Merasa tidak memiliki kemampuan, Sultoni tidak lantas menolak. Dia justru merasa tertantang. Tawaran pembuatan knalpot itu datang pada tahun 1977. Di tahun yang sama, geliat usaha berbahan dasar logam bekas ini mulai tampak. Produk milik Sultoni dititipkan di toko onderdil ibu kota. Dusun Pesayangan, Desa Purbalingga Lor, tempat kelahiran Sultoni kini menjadi pusat industri besar knalpot.
Dusun Pesayangan sejak tahun 1950 an memang telah dikenal sebagai pusat kerajinan logam. Bisnis knalpot Pesayangan menemui masa keemasannya pada pertengan tahun 1990-an. Sayangnya itu tak berlangsung lama. Krisis moneter tahun 1997 memperpuruk kondisi usaha ini. Sentra knalpot di Purbalingga benar-benar kolaps. Namun warga kemudian sedikit demi sedikit mencoba bangkit dan hingga sekarang terus bersinar.
Pekerja membuat knalpot di salah satu bengkel
Tak hanya di Dusun Pesayangan, brilio.net juga mendatangi bengkel knalpot di Dusun Grumbul Peniron Desa Galuh Kecamatan Bojongsari milik Wily Rose Dhani Abdulah. Pemilik usaha dengan merek Jeffelin Knalpot ini menuturkan, para pengrajin knalpot yang telah eksis percaya diri dengan memberikan merek sendiri pada knalpotnya, seperti Jeffelin, Java, DRC, HRS, dan lain sebagainya.
Ia menjamin kualitas knalpot produksi Purbalingga bisa diuji dan dibandingkan dengan produk lainnya. Kelebihan knalpot buatan Purbalingga adalah meningkatkan tenaga mobil serta suara knalpot yang bisa diatur sesuai keinginan konsumen seperti suara bas, suara kering, dan lain-lain.
"Knalpot Purbalingga dibuat oleh para pengrajin yang notabene telah punya pengalaman jam kerja tinggi. Sejak tahun 1970 an. Orang-orang Purbalingga juga ada yang membuat bengkel di luar kota," tutur alumnus Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta ini kepada brilio.net.
Untuk harga knalpot dibanderol berbeda. Seperti knalpot baby burntipe dijual dengan harga Rp300.000, jenis alpino tipe S02 dijual harga Rp500.000, jenis racing Rp300.000 dan beberapa jenis lain yang dipatok harga tak jauh dari itu.
Wily Rose Dhani Abdulah, Pemilik 'pabrik' knalpot merek Jeffelin
Data di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Dinperindagkop) Purbalingga menyebutkan produksi knalpot terus meningkat beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2010 mencapai 313.380 unit dengan nilai produksi kisaran Rp40 miliar. Sedang tahun 2014 produksinya telah menjangkau 595.371 unit dengan nilai produksi hingga Rp81,4 miliar.
Permintaan knalpot yang terus meningkat mendorong warga berbondong-bondong berpartisipasi dalam bidang industri ini. Pada tahun 2010 telah eksis 112 unit usaha dengan total tenaga kerja sebanyak 483 orang. Sedangkan tahun 2015, jumlah Industri Kecil Menengah (IKM) knalpot sudah ada sebanyak 173 unit usaha dengan total tenaga kerja 837 orang.
Industri knalpot Purbalingga juga membuka lebih luas kesempatan berkarir pada masyarakat pada usaha pendukung lainnya, seperti bengkel-bengkel otomotif, bengkel las, hingga jasa pemasaran knalpot. Knalpot Purbalingga ini ditetapkan sebagai salah satu dari 10 produk lokal unggulan di Provinsi Jawa Tengah.
Tantangan terbesar industri knalpot Purbalingga adalah image yang keliru tentang kualitas produk luar negeri lebih bagus. Anggapan meremehkan itulah yang saat ini coba diubah. Beberapa konflik sering terjadi antara warga dan produksen besar. Bahkan saat brilio.net hendak memawancarai sejumlah warga, mereka sempat menolak. Karena khawatir brilio.net adalah suruhan dari perusahaan besar.
TONTON VIDEONYA
INUSTRI KNALPOT PURBALINGGA
Recommended By Editor
- Melihat Desa Wig di Purbalingga, semua warganya ahli mengolah rambut
- Konflik keluarga sebabkan industri kretek Nitisemito runtuh (3-habis)
- Nitisemito akrab dengan Bung Karno dan Paku Buwono X (2)
- Nitisemito, Raja Kretek Nusantara yang ternyata tak pernah sekolah (1)
- Kartini sang penentang peredaran opium di kalangan pribumi (3-habis)