Brilio.net - Kisah inspirasi ini bisa kamu jadikan pelajaran. Berawal dari kegagalan bisnis ayam membuat Khalid Mustofa, warga Desa Plosorejo, Blitar, Jawa Timur, beralih ke biji kakao. Sempat mengalami pasang surut, akhirnya dia berhasil mendirikan sebuah tempat pengolahan cokelat yang diberi nama Kampung Coklat. Usahanya ini sekarang memiliki omzet yang cukup fantastis.

"Kampung cokelat ini berdiri belum lama, baru sepuluh bulan. Namun omzetnya sudah Rp 60 juta/hari," tutur Akhsin Al Fata selaku pengelola kampung coklat di bawah pimpinan Khalid Mustofa, belum lama ini. "Pengunjungnya sehari jika hari biasa 500-600 orang, tetapi kalau weekend bisa mencapai 4.000-6.000 orang."

Sepuluh bulan berbisnis cokelat, omzetnya mencapai Rp 60 juta/hari

Sepuluh bulan berbisnis cokelat, omzetnya mencapai Rp 60 juta/hari

Sepuluh bulan berbisnis cokelat, omzetnya mencapai Rp 60 juta/hari

Berdirinya Kampung Coklat ini tentunya membawa angin segar bagi penduduk sekitar. Pasalnya hampir 85 persen dari 132 pegawai merupakan penduduk asli desa Plosorejo, Blitar. Tak hanya itu, Khalid Mustofa juga bekerja sama dengan Gapoktan (gabungan kelompok tani) di mana dia merangkul 200 petani biji kakao dari seluruh Blitar.

Terletak di tanah seluas 32 hektare, Kampung Coklat menawarkan suasana yang alami dan menyenangkan bagi pengunjung. Hanya dengan merogoh kocek sebesar Rp 5.000, pengunjung bisa menikmati sejuknya perkebunan cokelat dengan pohon-pohon yang rindang. Berbagai kuliner khas, seperti mie cokelat, jagung bakar cokelat, bakso, dan makanan-makanan khas desa siap menemani pengunjung untuk sekadar bersantai di sana.

Sepuluh bulan berbisnis cokelat, omzetnya mencapai Rp 60 juta/hari

Sepuluh bulan berbisnis cokelat, omzetnya mencapai Rp 60 juta/hari

Misi Kampung Coklat adalah menawarkan wisata edukasi bagi setiap orang yang mau belajar seluk beluk bisnis cokelat. Terdapat beberapa paket wisata edukasi dimana masyarakat bisa belajar mulai pembibitan biji cokelat hingga diskusi pengolahan pascaproduksi sehingga bisa menjadi bisnis yang cukup menggiurkan. "Misi kami sebenarnya memperkenalkan cokelat yang benar-benar alami, yang dark di mana cokelat sejenis itu belum terbiasa di lidah orang Indonesia, padahal itu yang paling sehat," tambah Akhsin. "Setiap dua hari sekali akan ada pertukaran budaya dari turis mancanegara yang belajar produksi biji kakao di sini."

Ke depannya Kampung Coklat akan membangun home stay untuk tempat menginap para petani dari seluruh Indonesia ketika mereka belajar produksi cokelat. Harapannya, petani bisa mandiri dan menjadikan Indonesia sebagai produsencokelat terbesar di dunia.