Brilio.net - Gadgetmu tak bisa dihubungi gara-gara sinyal jelek? Kejadian itu kerap dialami banyak orang. Berawal dari realitas itulah Syifaul Fuada tergerak membuat alat pembangkit sinyal sebagai bahan skripsinya.
Ide itu tercetus saat Fuada tengah menempu pedidikan di semester 6, dimana ada salah satu mata kuliahnya membahas spesifik tentang pembangkit sinyal. Secara kebetulan, alat tersebut belum tersedia dan tak ada alat peraga yang memadahi. Dari situlah dia mengajukkan topik skripsi tentang pengembangan alat peraga.
“Oscillator itu adalah pembangkit sinyal. Ibarat peredaran darah manusia, Oscillator itu sebagai jantungnya, atau pemroduksi darah, pemompa darah, penghasil darah dari oksigen. Sama seperti Oscillator sebagai penghasil sinyal untuk kemudian di olah untuk keperluan tertentu,” cerita fuada pada brilio.net Sabtu (4/3).
Fuada juga mengungkapkan bahwa sebenarnya Oscillator sendiri ada 2 jenis, yaitu digital dan analog. Mahasiswa yang saat itu mengambil jurusan pendidikan teknik elektro ini memutuskan untuk mengambil bagian analog karena dia ingin menyesuaikan dengan silabus dari mata kuliahnya.
Butuh sekitar 6 bulan membuat alat ini karena memang ada banyak sekali proses yang cukup rumit yang harus dilami pada saat proses pengerjaannya. Ada sekitar 6 tahapan pembuatan alat ini.
Yang pertama Fuada harus melakukan riset sederhana menggunakan alat yang bernama project board guna mengetahui rangkaian elektronika dari si Oscillator yang benar-benar sesuai. Fuada mencoba mencari model rangkaiannya di internet dan mencoba tiap model yang muncul satu-persatu. Setelah menemukan rangkaian sempurna, dia mulai membuat alat peraga dengan desainnya sendiri.
Proses selanjutnya adalah analisis hasil pengukuran Oscillator dan juga pembuatan modul yang kemudian dilanjut dengan proses validasi ahli agar nantinya media ini benar-benar valid dan dapat digunakan untuk pembelajaran. Nah setelah dinyatakan valid, barulah si Oscillator mulai dapat di uji coba.
Sebenarnya alat ini khusus didedikasikan pembuatnya untuk pendidikan. Sistem rangkaiannya dikemas dalam bentuk alat peraga yang dapat digunakan dalam kegiatan praktikum. Dimana hal tersebut dapat membantu para praktikkan untuk memahami prinsip-prinsip pembangkit sinyal dari praktik secara langsung.
Alat ini juga ternyata tidak memiliki efek samping apapun karena memang frekuensi yang dihasilkan di bawah 20 Khz dengan amplitudo yang kecil. Jadi tidak akan membahayakan otak dan organ sensor lain.
Oscillator yang saat ini sudah mulai digunakan untuk praktikum mata kuliah di Universitas Negeri Malang (UNM) ini nantinya akan diproduksi secara massal agar dapat di gunakan di semua perguruan tinggi yang memiliki jurusan teknik elektro.
Selain itu modul praktikumnya pun akan dikembangkan dalam bentuk buku ajar teori yang dapat menjadi referensi untuk siapapun juga. Ternyata selain sebagai skripsi, pembuatan Oscillator juga mendapatkan bantuan dana dari DIKTI dan termasuk salah satu finalis di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-27 di Universitas Diponegoro.
“Perbedaan produk saya dan luar negeri adalah, Oscillator ini dapat diubah-ubah komponen resistor, induktor, dan kapasitornya sesuai tabel praktikum di modul praktikum untuk mahasiswa. Serta dilengkapi dengan buku petunjuk penggunaan yang dapat menjadi acuan saat mahasiswa ingin belajar sendiri,” ungkap Fuada.