Brilio.net - Kalau kamu jalan-jalan ke Desa Dero, Harjobinangun, Pakem, Sleman, DI Yogyakarta, kamu bakal menemukan lahan padi yang di bawahnya terdapat kolam ikan dan udang. Salah satunya adalah lahan milik Antonius Hartono yang membudiyakan udang galah bersama padi (ugadi). Lahan milik Hartono ini sempat didatangi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sri Adiningsih Sidarta.
Budidaya udang galah yang benihnya ditabur pada 13 Februari ini baru yang pertama kali di lahan Hartono. Bibit udang merupakan bantuan dari pemerintah provinsi. Tidak mudah untuk budidaya udang galah karena udang ini sangat sensitif, PH dan suhu harus sesuai. "Suhunya itu 26-27, PH-nya 6-8," ujarnya Jumat (5/6). Bibit udang Hartono juga banyak yang mati sewaktu dibawa karena mobilnya goyang-goyang sehingga bak penampung bibitnya guncang.
Udang galah di lahan Hartono ini digunakan pupuk organik. Bibit udang disebar 20 hari setelah padi ditanam, agar air dari kolam udang tidak merendam tanaman padi karena bisa menghambat tumbuhnya padi. Setelah 100 hari, padi dipanen (sesuai masa panen padi jenis Ciherang) dan udang dipindahkan ke kolam lain yang lebih dalam untuk dipelihara selama satu bulan lagi sebelum dipanen.
Selain udang galah, juga ditebar ikan graskap. "Ini aman, karena ikan ini enggak makan udang. Mereka makannya rumput. Jadi adanya ikan graskap bisa membantu pertumbuhan padi juga," jelas Hartono.
Selama di lahan padi, udang galah tidak diberi makan apa-apa karena sudah mendapat makanan dari alam. Untuk lahan 1.000 meter persegi, Hartono memberinya dengan 10.000 ekor benih udang. Dalam waktu empat bulan, udang sudah siap panen. "Minimal 135 kilogram, kalau bagus bisa 2 kuintal. Per kilo dijual Rp 70.000, isinya bisa 28 ekor," urai dia. Jadi, pendapatan tambahan Hartono diperkirakan minimal Rp 9.000.000 per 4 bulan.
Untuk sistem pertanian minapadi yang dia terapkan ini, awalnya Hartono menggunakan modal sendiri. Waktu itu dia menaburkan benih ikan nila dengan harga bibitnya Rp 20.000 per kg. Dia membeli sebanyak 200.000. Setiap panen per tiga bulan hasilnya hampir satu kuintal dengan harga jual Rp 17.000. Dari ikan ini, dia mendapat peningkatan penghasilan Rp 1 juta lebih.
Di kolam pemindahan nila, juga ada ikan gurame dan mas. Diungkapnya, gurame bisa dijual Rp 28.000 per kg, namun waktu panennya memang lebih lama yaitu bisa sampai 6 bulan.