Brilio.net - Affandi memilih tidak melanjutkan sekolah setelah lulus dari AMS di Jakarta sebab sang ayah menginginkannya menjadi arsitek sedangkan dirinya lebih berhasrat menjadi pelukis. Dia mengawali karier lukisnya dari menjadi pelukis reklame bioskop pada tahun 1930an, sambil mengajar juga di Sekolah Rakyat dan memperbaiki rumah-rumah orang Belanda.
Dia fokus pada dunia lukis semenjak lukisannya pertama kali dibeli oleh Sjafei Sumardja pada suatu pameran di pasar malam Bandung. Affandi mendapat dukungan yang besar dari Sjafei sehingga dia mencanangkan program bulanan pada dirinya untuk bekerja sebagai tukang catut karcis bioskop pada 10 hari pertama dan 20 hari berikutnya khusus menggeluti lukis.
Di usianya yang hampir menginjak 60 tahun, yaitu sekitar tahun 1960-an, Affandi menerapkan teknik melukis dengan cara langsung meremas cat dari wadahnya untuk ditumpahkan ke kanvas. Teknik ini ditenemukannya secara tidak sengaja, yaitu ketika tengah melukis tiba-tiba kuasnya patah. Affandi ingin tetap melukis sehingga dia memaksakan cat tumpah ke kanvas lalu menggores-goreskannya menggunakan punggung tangan untuk menghasilkan garis melengkung.
Affandi dalam berkarya mendorong kreativitasnya pada pemuasan emosi dan naluri untuk menciptakan keindahan. Dia melukis cenderung secara spontan sesuai dengan objek serta suasana dan perasaan pada saat itu.
Affandi pernah menggelar pameran lukisan di beberapa kota di dunia seperti Rio de Janeiro, Amsterdam, Honolulu, Tokyo, Kuala Lumpur, London, Paris, Roma serta Brussel. Dia dikenal sebagai pelukis yang mampu menyelesaikan setiap lukisan dalam waktu singkat.