Brilio.net - Saat ini mahasiswa kita tampaknya semakin kreatif ya. Banyak sekali inovasi-inovasi yang muncul karena ide-ide unik mereka. Mulai dari alat-alat sederhana sampai dengan yang rumit semacam robot. Dan berikut ini juga ada satu karya mahasiswa yang sempat dijadikan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang ternyata dapat tembus pasar internasional, yaitu Neuron Dance Pad Simulator.
Neuron Dance Pad Simulator sendiri adalah sebuah inovasi karpet dance berupa matras elektronik yang digunakan untuk mengasah respons motorik dengan hentakan kaki mengikuti ritme lagu. Alat yang dibuat oleh Hanifah Arief Muqaddam, Dhenok Maria Ulva dan Ridzki Muhammad Lutfi ini sudah mulai dibuat sejak tahun 2013 dan berhasil menjadi salah satu peserta di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) pada tahun 2014 lalu.
Pembuatannya berawal dari hobi ada permainan bernama Pump it up di game center. Permainan ini menggabungkan seni olahraga dan motorik dan juga sangat digemari oleh berbagai kalangan, cerita Arief pada brilio.net Minggu (17/5).
Arief menambahkan bahwa untuk proses pembuatannya sendiri hanya membutuhkan waktu selama satu hari. Proses-prosesnya meliputi mempersiapkan cover bagian atas dengan desain menarik dan selanjutnya baru pembuatan komponen elektronik di dalam matras. Setelah penggabungan selesai barulah alat ini bisa digunakan. Sementara untuk manfaatnya sendiri, alat ini dipercaya mampu menjadi alat olahraga alternatif yang dapat membakar kalori sekaligus melatih motorik otak.
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini juga menjelaskan bahwa alat ini sangat mudah untuk digunakan. Yang perlu dilakukan hanya mencolokkan kabel USB di karpet pada laptop, agar nantinya tampilan gamenya dapat dilihat pada monitor. Kemudian bisa langsung memilih lagu dan tingkat kesulitan dan selanjutnya alat sudah bisa digunakan.
Hal yang membanggakan lagi adalah alat ini telah sukses menembus pasar internasional dengan pembeli yang berasal dari Amerika, Norwegia, China, Polandia, Mesir, Filipina, Uni Emirat Arab, dan Jerman. Meskipun memang produk ini masih dibilang terbatas karena merupakan produk UMKM, jelas Arief.
Untuk pemasarannya sendiri, Arief mengaku bahwa mereka mengandalkan peran sosial media seperti website, Facebook, dan Instagram agar produknya lebih bisa dikenal luas. Terlepas dari itu, yang pasti tiga mahasiswa ini sudah membuktikan bahwa inovasi yang mungkin awalnya hanya digunakan untuk PKM juga bisa ditekuni menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan.
Bagaimana nih sobat brilio, berminat mencoba?