Brilio.net - Kali ini brilio.net akan memberi kamu tips untuk bisa produktif menghasilkan tulisan, yang disarikan dari seorang penulis muda, Ahmad Rifai Rifan, yang semasa SMP dan SMA tidak pernah ikutan di kegiatan yang berbau tulis-menulis, tapi ketika 24 tahun, buku yang ditulisnya begitu banyak.
Tak hanya produktif, karyanya juga masuk kategori best seller, seperti The Perfect Muslimah, Tuhan Maaf Kami sedang Sibuk, Man Shabara Zhafira, Ya Allah Siapa Jodohku, dll. Bahkan di beberapa toko buku ternama, sudah disediakan tempat khusus untuk buku-bukunya. Yuk simak tips-tipsnya.
1. Nulis kapan pun dan dimana pun
Rifai mulai menulis ketika semester 6. Dulu, di masa-masa akhir kuliahnya, Rifai justru mampu bikin heran teman-teman kuliahnya karena tak henti-hentinya menerbitkan buku-buku baru. Padahal watu itu dia tengah kerja praktik selama dua bulan di sebuah perusahaan. Selain itu juga menyelesaikan tugas akhir, ada seminar proposal, ada tugas proyek, serta masih ada beberapa kuliah. Kok bisa, kapan nulisnya?
"Nulis kan nggak harus duduk manis dalam kamar sambil menatap layar komputer. Ide-ide kan bisa muncul kapan dan dimana saja. Kalau idenya tiba-tiba muncul waktu di jalan, apa harus nunggu malamnya baru menuliskan?. Ya keburu ilang", ungkap penulis yang juga sarjana teknik ini.
"Menulislah kapan pun dan dimana pun itu selagi sempat. Sekadar cerita, beberapa buku yang baru terbit kebanyakan saya tulis di ruang tunggu jurusan, lho," lanjut Rifai. Kalau merasa ribet dan berat kemana-mana harus sedia laptop, kamu bisa nulis di kertas. Atau kamu bisa pakai tab atau smartphone.
2. Segera ditulis
Kalau sudah muncul ide, segeralah menuliskannya, apalagi pas kamu kebanjiran ide. Jangan sampai ide-ide itu keburu hilang."Tulislah ide-ide dasarnya dulu. Jangan tergoda untuk mendetailkan materi. Tulis yang paling pokok dari ide kita.
Setelah ide pokok sudah tertulis semua, pengayaan isi dan penyuntingan bisa dilakukan pada tahapan berikutnya. Jika kita sudah terbiasa memaksakan diri untuk segera menulis tiap ada ide, maka masalah penundaan dan kemacetan ide bisa lebih mudah dihindari."
3. Manfaatkan media sosial
Mungkin kadang kamu merasa malas untuk menulis dan menyelesaikan tulisanmu menjadi sebuah buku karena merasa tidak kunjung dinikmati dan dihargai pembaca."Dengan mengirimkan hasil tulisan ke media sosial, hal itu akan membangkitkan semangat dalam menulis. Mengapa? Karena tulisan kamu bisa langsung dinikmati orang lain. Ada perasaan seolah pekerjaan kamu terbayar setelah bisa dinikmati oleh orang lain."
Kamu bisa manfaatkan media sosial semisal Facebook (baik itu berupa status maupun catatan) untuk memposting tulisan yang sudah kamu buat. Tulisanmu itu langsung bisa dinikmati oleh pembaca, bahkan kamu bisa mendapat masukan dari kolom komentar apakah tulisanmu menarik atau tidak, serta bermanfaat atau tidak. Atau bisa juga dibalik, dalam artian kamu mengumpulkan status-status atau kicauan-kicauanmu yang setema untuk kemudian dikembangkan jadi tulisan panjang.
"Jangan sepelekan tulisan-tulisan sederhana. Buku saya, 'Izrail Bilang Ini Ramadhan Terakhirku' dan '9 Rahasia Doa Lulus Ujian' adalah beberapa buku saya yang berasal dari kumpulan tulisan di blog. Buku 'God, I Miss You: 100 Cara Mengobati Luka Jiwa Bersama Tuhan', 'Ya Allah, Siapa Jodohku', dan 'Nikah Muda, Siapa Takut?' adalah beberapa buku saya yang berasal dari notes di Facebook. Buktinya semuanya menjadi buku best seller. Buku 'From Kuper To Super' juga materinya kebanyakan terinspirasi dari status Facebook maupun Tweet-tweet saya di Twitter. Dari situ saya kembangkan, jadilah buku yang diminati pembaca," aku ayah Nadhira Aufa Zhafira ini.
4. Menuliskan pembicaraan
Salah satu sumber tulisan adalah dari menuliskan pembicaraan (ceramah, pidato, dll) orang lain yang menarik. Sebenarnya hal ini sederhana, tapi mungkin jarang disadari. Tidak masalah juga menuliskan perkataan sendiri, yang penting menarik.
"Ketika mendengar ceramah agama yang materinya bagus dan runtut, atau mendengar khutbah yang disampaikan dengan alur yang tersusun rapi, saya selalu tertarik untuk merekam materi yang disampaikan itu sebanyak mungkin untuk kemudian saya tuliskan kembali setiba saya di rumah. Jika teman-teman mengamati buku-buku Ustadz Yusuf Mansur, cara ini juga yang seringkali digunakan oleh beliau. Itulah mengapa beliau termasuk Ustadz yang sangat produktif menerbitkan buku."
5. Tulis apa yang dipikir dan dirasa
Sebenarnya tidak ada formula rumit kok untuk menulis. Menulis apa pun itu. Cerpen, artikel, novel, puisi, atau buku. Tulis apa yang kamu rasa dan pikirkan. Tidak perlu berpikir soal EYD, bahasa baku, teknik menyusun kalimat yang indah, dan segala tetek bengek teori kepenulisan. Karena bagi pemula, semua teori itu hanya akan membuat kamu lambat dalam mengekspresikan ide-ide ada di kepala.
Tips ini dipraktikkan Rifai ketika nulis cerpen untuk pertama kalinya pada 2009. Cerpen itu diikutsertakannya dalam lomba. Ternyata langsung menjadi juara dalam kompetisi cerpen islami.