Brilio.net - Ajak temannya untuk gemar membaca, 3 mahasiswa asal Universitas Bengkulu (Unib) membuat gerakan Senin Membaca. Hanya bermodalkan buku satu kardus yang digelar di tikar, mereka menjajakan buku-buku tersebut. Bukan untuk dibeli, tapi untuk dibaca oleh para mahasiswa Unib.
Ide yang cukup unik ini datang satu tahun yang lalu dari tiga mahasiswa tingkat akhir Unib itu. Mereka adalah Siami Khadijah Maysaroh, Lidya Agustin, dan Retno Wahyuningtyas. Meskipun mempunyai latar belakang jurusan yang berbeda, aktivitas mereka yang sesama aktivis sekaligus penggila baca membuat mereka melahirkan ide tersebut.
Minggu malam ketika mereka bertiga sedang berkumpul di kost, tercetuslah ide Senin Membaca. Mereka sepakat untuk membawa koleksi buku bacaannya ke kampus pada esok hari. Mereka membuka lapak di Taman Kupu-kupu Unib yang merupakan lokasi strategis bertemunya mahasiswa dari berbagai jurusan. Jadilah aktivitas mereka membuka lapak baca buku itu dinamai Senin Membaca karena dilakukan rutin tiap hari Senin.
Inisiasi tersebut dicetuskan oleh ketiga penggila buku ini karena keprihatinan mereka atas minimnya kesadaran membaca di lingkungan. Meski menggemari buku, mereka juga menyadari bahwa mereka masih kurang meng-upgrade pengetahuan mereka.
"Banyak teman-teman yang sebenarnya suka membaca tapi mungkin memiliki perasaan serupa, malas mengunjungi perpustakaan yang cenderung kaku dan kutu buku banget," kata Siami Khadijah ketika berbincang dengan brilio.net beberapa waktu lalu.
Apalagi perpustakaan kadang tidak menyediakan buku-buku yang cenderung ngepop maupun buku-buku yang kurang laris di pasaran meskipun itu buku baik. Jadilah mereka membawa berbagai koleksi buku mereka seperti novel, buku tentang lingkungan, feminisme, HAM maupun ekonomi kerakyatan.
Berjalannya waktu, Senin Membaca kini menjadi komunitas dengan 15 relawan dari berbagai semester dan lintas jurusan. Target mereka adalah membawa atmosfer kebiasaan membaca di kalangan mahasiswa. Mereka ingin memunculkan alternatif membaca baru. Karena yang ditarget bukan membeludaknya jumlah pengunjung, mereka tidak berambisi untuk didatangi banyak mahasiswa.
"10 sampai 20 orang yang datang setiap Senin saja kami sudah senang kok," ujarnya.
Dari kekonsistenan mereka membuka lapak setiap Senin pukul 09.00-16.00 WIB, sekarang sebagian besar mahasiswa Unib mengetahui komunitas ini. Bukan cuma mahasiswa yang mampir di lapak mereka, beberapa dosen, aktivis LSM hingga penulis lokal Bengkulu sudah pernah berkunjung.
Mereka yang berkunjung biasanya juga membawa buku untuk disumbangkan dan menjadi bacaan di Senin Membaca. Bahkan mereka juga telah beberapa kali mengadakan kerjasama acara dengan pihak luar seperti Perpustakaaan Daerah Bengkulu.
"Harapannya kegiatan serupa juga bisa diadakan di tempat lain untuk mendorong minat baca," imbuh Siami.