Brilio.net - Kamu pasti sudah tidak asing lagi kan dengan dongeng luar negeri seperti Cinderella, Snow White, dan Sleeping Beauty yang sudah tenar di dunia kan? Ingatkah kamu dengan dongeng Kancil Mencuri Timun? Tahukah kamu kalau dongeng ini akrab dengan anak-anak di negeri Belanda. Tidak kalah tenar dengan Cinderela dan kawan-kawannya.
Di tangan Ki Ledjar (78) dari sudut kota Jogja, cerita Kancil Mencuri Timun ini memulai perjalanannya keliling dunia pada dekade 80-an. Ki Ledjar yang memiliki nama asli Djariman Soebroto ini adalah seorang dalang yang juga memiliki keahlian membuat wayang. Ki Ledjar berkreasi membuat wayang kancil, dongeng yang tenar di kalangan anak-anak zaman dahulu.
Bukan tanpa alasan Ki Ledjar menjadikan kancil sebagai tokoh utama wayang yang dia buat. Kancil dikenal sebagai hewan yang licik dan penuh tipu daya. Padahal, pada kenyataannya cerita kancil itu sendiri banyak memuat pesan moral tentang kejujuran, kepandaian dan nilai-nilai kebersamaan.
Bagi Ki Ledjar wayang kancil ini merupakan salah satu cara menanamkan budi pekerti kepada anak sejak dini."Sayangnya entah kenapa kurang diapresiasi oleh pemerintah Indonesia," kata Ki Ledjar ketika ditemui brilio.net di kediamannya yang sederhana di Jalan Mataram Yogyakarta. Padahal, lanjut Ki Ledjar selama 30 tahun ini dirinya banyak dapat undangan dari negara-negara di Eropa dan Amerika.
Wayang kancil buatan Ki Ledjar mendunia bermula pada tahun 1980an. Seorang mahasiswa asal Belanda yang sedang menulis skripsi tentang cerita wayang 'Sebodro Larung' mendatanginya. Mahasiswa Belanda itu memesan satu set figure wayang pada Ki Ledjar yang biasa digunakan pada episode Sembodro Larung.
Mahasiswa dari Belanda itulah yang kemudian membawa nama Ki Ledjar sebagai pembuat wayang kulit sampai tenar ke negeri Kincir Angin tersebut. Ternyata di Belanda sudah akrab dengan dongeng kancil.
Usut punya usut anak-anak di Belanda mengenal dongeng kancil melalui buku-buku yang ditulis oleh para pujangga dari Indonesia. Buku-buku tersebut mudah di akses di Belanda. "Semakin tenar ketika dongeng tersebut diceritakan langsung lewat wayang saya," lanjut bapak tujuh anak tersebut.
Tahun lalu Ki Ledjar diundang langsung oleh Walikota Den Haag untuk mementaskan wayang kancilnya. Dia bersama sang cucu, Ananta Wicaksana berangkat dengan membawa 90 koleksi wayang miliknya. Koleksi tersebut kemudian dipamerkan di atrium Balaikota Den Haag bersama dengan wayang burung bangau yang merupakan ikon kota Den Haag.
Koleksi wayang kancil milik Ki Ledjar sekarang ini menjadi koleksi beberapa museum di berbagai negara. Antara lain Museum di British, Inggris, University of London, The Übersee Museum di Bremen, Jerman, Arno Mozoni-Fresconi di Hamburg Jerman, Museum Volkenkundig Belanda, Museum Of Anthropology Canada, Tamara Fielding Museum di New York. Di Negeri Belanda, ada lima museum yang menyimpan wayang buatan Ki Ledjar.