Brilio.net - Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga akan memberikan bonus yang bernilai fantastis kepada atlet Indonesia yang berhasil meraih medali, baik emas, perak, maupun perunggu di Asian Games 2018. Tak tanggung-tanggung, dilansir dari Liputan6, nominal bonus tersebut mencapai Rp 1,5 M.
Nantinya, bonus tersebut pun boleh digunakan untuk apa saja oleh para penerima. Nah, oleh sejumlah atlet, sebagian uang yang diterima nanti kebanyakan akan digunakan untuk menyokong kehidupan keluarganya di kampung.
Maklum saja, sebab tidak semua atlet berasal dari keluarga yang mampu. Tak sedikit di antaranya yang justru berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah dan tidak berkecukupan.
Berkaitan dengan hal tersebut, berikut ini telah brilio.net himpun sejumlah kisah haru perjuangan atlet Indonesia di Asian Games yang berasal dari keluarga kurang mampu, Sabtu (1/9).
1. Rio Risky Darmawan.
Rio (kanan bawah) merupakan salah satu atlet dayung yang berhasil meraih emas di nomor nomor lightweight men 8+. Dilansir dari Bola, anak sulung dari 4 bersaudara ini berasal dari keluarga kurang mampu. Ia tercatat sebagai Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) tahun 2018. Ibunya hanyalah ibu rumah tangga, sedangkan sang ayah merupakan buruh tani.
Mengetahui bahwa sang anak menjadi salah satu atlet dayung yang masuk dalam kontingen Indonesia di Asian Games 2018, sang ayah, Nasir pun langsung berangkat dari Sigi, Sulawesi Tengah menuju Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan dengan biaya yang didapat dari berutang. Ketika mendapati bahwa Rio berhasil menyabet medali emas, rasa bangga tak terkira pun meletup-letup di hati orangtuanya.
2. Lalu Muhammad Zohri.
Keberhasilannya dalam meraih gelar juara lari cepat 100 m di Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Finlandia membuat nama Zohri mendadak dikenal publik secara luas. Namun, siapa sangka bahwa di balik prestasi yang membanggakan tersebut, ternyata tersimpan sebuah kisah haru. Dalam sesi latihan, Zohri kerap tidak memakai alas kaki karena tidak mempunyai sepatu.
Sepatu yang dikenakannya saat mengikuti pertandingan di Finlandia itu pun hanyalah sepatu yang terbilang murah bagi seorang atlet atletik. Lebih dari itu, sebelum akhirnya direnovasi oleh pemerintah, Zohri dan keluarganya hanya tinggal di sebuah rumah yang terbuat dari kayu dan anyaman bambu. Sebagian dinding pun hanya ditutupi dengan koran karena sudah lapuk.
Kini Zohri telah berhasil meraih medali perak bersama Fadlin, Eko Rimbawan dan Bayu Kertanegara di tim estafet 4x100 meter putra.
3. Lena dan Leni.
Si kembar yang satu ini merupakan atlet sepak takraw andalan Indonesia. Keduanya mulai menggeluti olahraga tersebut pada tahun 2016 silam. Sewaktu kecil, kehidupan Lena dan Leni bisa dikatakan tidak seberuntung anak-anak kebanyakan karena kondisi ekonomi keluarga yang jauh dari kata berkecukupan. Mereka bahkan sempat menjadi buruh cuci dan memulung demi meringankan beban orangtua.
4. Eko Yuli Irawan.
Eko Yuli merupakan atlet angkat besi andalan Indonesia. Di ajang Asian games 2018, ia berhasil menyumbangkan mesali emas dengan total beban angkatan 311 kg. Namun, siapa sangka bahwa di balik prestasi yang membanggakan tersebut, lelaki kelahiran 1989 ini dulunya pernah menjadi penggembala kambing. Hal tersebut dilakukannya untuk membantu perekonomian keluarga. Wajar saja, sebab sang ibu merupakan penjual sayur, sedangkan sang ayah berprofesi sebagai kuli bangunan dan tukang becak.
5. Jafro Megawanto.
Sebelum menjadi atlet paralayang, Jafro merupakan paraboy atau tukang lipat parasut. Ia mendapat upah Rp 5 ribu dari setiap melipat parasut tersebut. Hal tersebut dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan operasional latihannya, seperti naik ojek menuju tempat latihan.
6. Muhammad Hinayah.
Hinayah adalah atlet panjat dinding yang berasal dari Sumatera Selatan. Ia juga berasal dari keluarga yang kurang mampu. Untuk menyaksikan sang anak yang bertanding di venue panjat tebing Jakabaring Sport City, Palembang pun Herman, sang ayah rela menempuh perjalanan jauh dengan sepeda motor dari Sekayu, Sumatera Selatan. Alex Noerdin selaku Gubernur Sumatera Selatan mengatakan, "Dulu Hinayah kecil setiap sore menggunakan sepedanya selalu datang ke tempat panjang tebing di belakang kantor Pemkab, dia berlatih sendirian," seperti yang brilio.net kutip pada Sabtu (1/9).
7. Aji Bangkit Pamungkas.
Pesilat yang berhasil menyumbangkan medali emas di nomor tarung putra kelas 85-90 kg pada Asian Games 2018 ini juga berasal dari keluarga yang kurang mampu. Sang ayah merupakan mantan kondektur bus dan kini berjualan air isi ulang galon, sedangkan sang ibu dulu sempat menjadi TKW di Taiwan.
Recommended By Editor
- Belum tiba di Indonesia, foto personel iKON keletihan ini tuai simpati
- 15 Atlet cantik ini borong emas Asian Games 2018, ada yang raih enam
- Ini tradisi unik atlet silat usai borong emas, bikin angkat 2 jempol
- Perjuangan 12 atlet hingga cedera di Asian Games ini bikin angkat topi
- Euforia wisuda UI & UGM bawakan lagu Asian Games, suasananya meriah