Brilio.net - Butuh waktu selama 20 tahun bagi Kroasia untuk kembali merasakan babak semifinal Piala Dunia. Ya, Kroasia terakhir kali lolos ke babak semifinal pada Piala Dunia 1998. Kesuksesannya menaklukkan Inggris, membawa Kroasia ke partai puncak melawan Perancis.

Lolosnya tim berjuluk Vatreni ini mencatatkan sejarah baru bagi dunia sepak bola Kroasia. Final Piala Dunia 2018 akan menjadi yang pertama bagi Kroasia sepanjang keikut sertaannya di kompetisi sepak bola empat tahunan ini.

Kroasia tampil gemilang selama Piala Dunia Rusia. Tim asuhan Zlatko Dalic ini belum mengalami kekalahan satu pun sejak penyisihan grup dan keluar sebagai juara Grup D. Penampilan gemilang Kroasia nggak lepas dari sosok sang kapten, Luka Modric.

Tak hanya sebagai kapten, perannya sebagai pemain tengah juga menjadi andalan bagi Kroasia. Keberhasilannya menjadi sosok jenderal lapangan tengah membuat nama Modric dijagokan untik mendapat Golden Ball di Piala Dunia 2018.

Meskipun kini menyandang status sebagai pesebakbola sukses yang diperhitungan, Modric ternyata memiliki kehidupan masa kecil yang biki pilu. Dilansir brilio.net dari 8FactFootballWC, Kamis (12/7) berikut empat fakta masa kecil Modric yang memilukan.

1. Tinggal di daerah zona perang.

Modric lahir di kota kecil Zadar yang masih bagian dari Yugoslavia pada 9 September 1985. Ia menghabiskan masa kecilnya di lingkungan yang penuh ancaman akibat perang sipil.

Situasi tersebut membuat kehidupan keluarganya serba kekurangan. Kedua orangtuanya, Stipe dan Radojka harus bekerja leras di pabrik rajut demi menyambung hidup. Pekerjaan orangtuanya membuat Modric diasuh sang kakek, Luka Modric Sr.

2. Sang kakek ditembak saat usianya 6 tahun.

Modric dan kakeknya memiliki hubungan yang sangat dekat, namun kedekatan tersebut hanya dirasakan pemain Real Madrid ini hingga usianya enam tahun. Saat Kroasia mendeklarasikan kemerdekaannya, orang Serbia merebut daerah di mana Modric dan sang kakek tinggal.

Situasi tersebut membuat tempat tinggal Modric diwarnai peperangan. Modric harus kehilangan sang kakek yang ditembak saat sedang menggembalakan ternak di sebuah bukit.

3. Pindah ke daerah pengungsian.

Kepergian sang kakek dan situasi yang semakin mengecam, membuat Stipe dan Radojka membawa Modric kecil pindah untuk mengungsi di penginapan sederhana di kota Zadar. Saat tinggal di penginapan ini lah, bakat sepak bola Modric ditemukan oleh pelatih klub lokal NK Zadar, Josip Bajlo.

Modric yang memiliki badan kurus dan kecil untuk seusianya kerap menghabiskan waktunya dengan bermain bola di depan penginapan. Di usia tujuh tahun, pesebak bola berusia 33 tahun tersebut mendaftar di akademi NK Zadar.

4. Kerap ditolak klub karena postur tubuhnya kecil.

Meskipun piawai mengolah kulit bundar, namun Modric juga mengalami kegagalan saat mengikuti seleksi di Hajduk Split saat usianya 12 tahun. Ukuran tubuhnya yang terlalu kecil dan lemah secara fisik menjadi alasan yang membuat Modric tak lolos.

Sang pelatih, Tomislav Basic berhasil menyakinkan Modric dan membuat semangatnya kembali muncul. Modric kemudian di terima bermain di Dinamo Zagreb yang membuat karier sepakbolanya semakin moncer.

Hasil kerja kerasnya tersebut membuat Modric bisa membantu keluarganya untuk membeli rumah baru. Talenta luar biasa Modric tersebut membuatnya mampu melalang buana di liga di Erioa dengan bergabung bersama klub besar seperti Tottenham Hotspurs pada 2008 hingga kini berseragam Real Madrid.