Brilio.net - Sepakbola memang identik dengan keriuhan suporter. Sepakbola nggak ada suporter maka nggak seru. Pada laga-laga yang mendatangkan tim papan atas, suporter pasti akan mendukung dengan sepenuh hati.
Dan memang, ulah suporter sepakbola banyak yang bikin sensasi. Kasus yang paling sering terjadi ialah kerusuhan dan gangguan jalannya pertandingan. Banyak juga korban jiwa yang berjatuhan akibat suporter yang tidak taat kepada peraturan.
Yang terbaru terjadi saat laga Indonesia vs Fiji. Pertandingan yang digelar di Stadion Patriot, Bekasi Sabtu (2/9) lalu ini menelan korban jiwa dari kalangan suporter. Dikutip dari Merdeka, Kamis (7/9) Catur Yuliantoro tewas karena kembang api yang meledak di menit-menit terakhir. Petasan tersebut terbang dari tribun selatan ke tribun timur.
Muncul banyak pertanyaan, kenapa suporter kok bisa mudah membawa kembang api? Padahal seharusnya tidak boleh dibawa masuk ke dalam stadion. Polisi dinilai kurang tanggap dalam memeriksa barang bawaan suporter.
Peraturan dan pedoman tentang pengamanan stadion sebenarnya sudah banyak. Fdration Internationale de Football Association (FIFA) sebagai organisasi dunia tentang sepak bola sudah mengeluarkan pedoman untuk penyelenggaraan pertandingan sepakbola di stadion. Peraturan itu tertuang dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations.
FIFA mengatur tentang manajemen massa, pengamanan, dan penanganan saat keadaan darurat. Hal ini mengatur secara spesifik bagaimana caranya panitia bisa merespon bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Dalam manajemen massa, FIFA mewajibkan adanya steward atau orang sipil yang ditugasi untuk mengawasi suporter. Biasanya steward berasal dari kalangan suporter itu sendiri. FIFA juga mengatur pengawasan menggunakan CCTV atau polisi yang bertugas. Rencana tindakan apabila terjadi kerusuhan seperti jalan keluar, arah gerak suporter juga harus diperhitungkan. Pergerakan penonton juga diawasi dengan ketat. Penonton tidak boleh melewati 4 area yang sudah dibagi-bagi di setiap stadion.
Alat deteksi juga dipasang pada titik penting seperti pintu masuk suporter. Rencana dan pengoperasian harus berkoordinasi dulu dengan aparat keamanan yang bertugas. Petugas keamanan bahkan bisa tidak mengizinkan suporter masuk apabila membawa barang terlarang atau alasan lainnnya.
Alasan tidak boleh masuk stadion seperti di bawah pengaruh narkoba atau minuman keras, membawa senjata api atau tajam, atau barang berbahaya lainnya seperti kembang api. Bendera atau spanduk yang memancing provokasi atau tindakan tidak bermoral juga bisa ditolak untuk memasuki stadion.
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) memiliki komitmen besar terhadap suporter. Bahkan PSSI akan membuat divisi khusus yang bertugas melakukan pendekatan terhadap suporter dan komunitas sepak bola. "PSSI mengetahui bahwa perhatian terhadap fans di Indonesia perlu mendapatkan porsi khusus. Divisi khusus area fans dan 'community engagement' ini secara langsung akan bertindak untuk mengatasi hal-hal dan kejadian sekitar fans dan pendukung sepak bola Indonesia," kata Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria.
foto: Twitter @humasRESBKSKOTA
Sementara itu, FIFA punya aturan khusus tentang bahaya api. Ada prosedur khusus menangani hal ini. Dilansir dari laman FIFA, aksi suporter yang memakai api sebagainya harus melewati penilaian resiko dari pihak berwajib. Hal ini juga harus diikuti oleh sebuah rencana penanganan untuk mengatisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Bahkan ada pembagian ring dalam stadion untuk mengatur suporter. Yakni ring 1 meliputi zona dalam stadion, ring 2 adalah tempat pemeriksaan karcis, tempat penjualan makan/minun dan sebagainya. Sedang ring 3 adalah tempat untuk pemeriksaan tiket pertama, penggeledahan barang bawaan, dan area parkir. Terakhir, ring 4 adalah zona luar stadion seperti jalan raya dan fasilitas publik lainnya.
Walaupun dengan penanganan ketat seperti itu, nyatanya suporter tetap lihai dalam menyembunyikan barang berbahaya. Barang seperti mercon, minuman keras, spanduk provoakasi masih saja lolos dari pemeriksaan petugas keamanan. Setidaknya sudah banyak kasus
Recommended By Editor
- Melihat cara beberapa negara mengatur medsos, bagaimana Indonesia?
- Buang karier demi ISIS, kisah lulusan sekolah penerbangan ini tragis
- Kenapa tragedi kemanusiaan di Rohingya tak kunjung usai?
- Banyak tertangkap, kenapa koruptor nggak jera rampok uang rakyat
- Kenapa cowok semakin berani tampil feminin di media sosial?