Brilio.net - Inggris dikenal sebagai salah satu negara yang melahirkan banyak startup. Nggak heran jika Indonesia dan banyak negara di dunia belajar dari Negeri Ratu Elizabeth ini. Hal tersebut dibuktikan dengan penandatanganan kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Inggris di di Gedung II BPPT Thamrin, Jakarta, Selasa (12/10) lalu.

Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dalam bidang inovasi dan teknologi di Jakarta itu dilakukan Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Jumain Appe dan Menteri Luar Negeri Bidang Asia dan Pasifik Inggris, Alok Sharma, disaksikan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik.

Ristekdikti  2016 brilio.net

foto: brilio.net/yani andryansjah

"Kami akan memilih beberapa startup yang sudah memungkinkan masuk industri. Nanti akan kami seleksi dan akan kami tentukan sekitar 15 startup (pemilik) yang akan kami kirim ke Inggris untuk melihat bagaimana kondisi startup di sana. Tujuannya agar Indonesia bisa mempercepat proses inovasi menjadi lebih baik," kata M Nasir.

Kerjasama antara Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti dengan The Royal Academy of Engineering of the United Kingdom (The Academy) di bawah lini kegiatan 'People' dalam Newton Fund ini tujuannya untuk mendukung dan meningkatkan kapasitas Indonesia dalam lingkup pengajaran rekayasa keteknikan, riset dan inovasi. Rencananya bakal ada dua program dalam kerjasama ini, yakni Industry Academia Partnership Programme dan Leaders in Innovation Fellowship (LIF).

Ristekdikti  2016 brilio.net

foto: brilio.net/yani andryansjah

Kedua pihak akan memberikan dana hibah kepada konsorsium universitas dan industri kedua negara yang bergerak di bidang rekayasa keteknikan. Nantinya juga ada pendanaan intensif pelatihan secara penuh untuk teknopreneur Indonesia. Hibah inovasi untuk proyek-proyek bersama di bidang peningkatan teknologi nilainya cukup fantastis lho, sekitar 800 ribu poundsterling atau hampir Rp 13 miliar.

Sementara Sharma menegaskan Inggris berada di garis depan dalam inovasi global. Karena itu dia berharap lewat kerjasama ini kedua negara dapat berkembang bersama.

"Di masa inovasi seperti ini, negara-negara tidak seharusnya bekerja sendiri-sendiri dalam menjawab tantangan global. Kolaborasi merupakan kunci dalam memajukan masyarakat kita," ujar Sharma.

Saat ini Kemenristekdikti sedang melakukan penelitian untuk menentukan startup yang akan dipilih. Rencananya, ke-15 startup Indonesia akan diberangkatkan pada November mendatang. Mereka akan berada di Inggris selama dua pekan.