Brilio.net - Di tengah situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang, dunia bisnis menjadi salah satu sektor yang cukup terpukul. Banyak perusahaan megap-megap menghadapi krisis saat ini. Tak jarang mereka melakukan pemangkasan biaya operasi sampai mengambil keputusan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Bagi mereka yang pesimistis, kondisi saat ini layaknya “kiamat”. Tak ada lagi yang bisa dilakukan, selain pasrah. Sebaliknya, di mata kelompok optimistis, di tengah keterpurukan masih ada jalan.
Muncul pertanyaan, mungkinkah di tengah kondisi yang tidak menentu saat ini untuk menjalankan bisnis? Ya, peluang usaha tetap ada dan bisa dilakukan demi kelangsungan hidup. Memang sih dalam kondisi saat ini, butuh tenaga dan perhatian ekstra jika mau menjalankan usaha.
Wajar jika saat ini banyak orang menjajal dunia baru. Bermodalkan tabungan yang ada, mereka mencoba menjalankan bisnis kecil-kecilan, salah satunya digital printing. Nah ini fenomena menarik. Di saat hampir semua sektor bisnis tiarap, digital printing masih bisa bertahan di masa pandemi. Kok bisa?
“Ada dua sisi yang harus dilihat di masa pandemi. Pertama, banyaknya pekerja yang harus di-PHK. Tapi, banyak juga pelaku usaha baru, termasuk di bidang digital printing meski dalam skala kecil. Karenanya proses belajar dan mendalami pengalaman sangat penting dalam hal ini," ujar CEO Garuda Digital Printing Jeffrey Santoso yang sudah berpengalaman menjalankan bisnis digital printing sejak 2013 silam.
Menurut dia, berbisnis digital printing bisa menjadi salah satu pilihan tepat karena bersifat jangka panjang. Pelaku bisnis bisa terus menjalankan usaha ini meski pandemi telah berakhir. Jadi bukan hanya sekadar penyambung hidup semata, namun bisa menjadi mata pencaharian baru.
Tak jarang usaha dari yang tadinya sekadar hobi atau menghilangkan rasa iseng, jika dilakukan secara sungguh-sungguh bisa menuai sukses. Berbisnis di masa situasi sulit seperti sekarang memang membutuhkan kesabaran ekstra. Tentu saja akan banyak tantangan berbisnis di situasi yang tidak nyaman ini.
“Dalam perjalannya tidak mudah. Garuda dari awal berdiri hingga saat ini banyak kendala yang dihadapi. Hingga akhirnya kini bisa membuka layanan jasa cetak MMT atau banner, stiker label makanan, jersey printing, UV printing offset dan lainnya," kata Jeffrey.
Nah di tengah perkembangan teknologi seperti sekarang, sistem online terbukti cukup membantu pelaku usaha untuk tetap bertahan. Jeffrey menyontohkan cara Garuda digital printing Semarang yang membuka sistem cetak online. Segala bentuk transaksi dilakukan secara daring, mulai dari pemesanan, konsultasi serta hasil pun dikirim lewat online. Selain itu pelaku usaha harus berani menawarkan harga kompetitif, murah namun hasilnya tidak murahan. Selain itu pelayanan juga harus memuaskan.
Lantas, mengapa bisnis digital printing relatif masih bisa bertahan di tengah pandemi? Berikut alasannya.
1. Permintaan label dan kemasan meningkat
Di masa pandemi, permintaan cetakan label dan kemasan meningkat akibat tingginya kebutuhan di sektor bisnis makanan (FnB), obat-obatan, dan kebutuhan rumah tangga. Meski peningkatannya tidak terlalu signifikan namun peluang ini bisa menjadi “oase” untuk menjaga kelangsungan bisnis percetakan di masa pandemi.
2. Makin banyak yang membutuhkan panel pemisah
Imbuan menjaga jarak sosial ternyata berdampak pada tingginya permintaan panel pemisah (separation panel). Tidak jarang sejumlah perusahaan dan restoran yang masih beroperasi dan menjalankan bisnisnya mendesain ulang interior mereka dengan menempatkan panel pemisah di antara meja karyawan atau pelanggan. Uniknya, panel pemisah ini secara visual dan desainnya dibuat menarik untuk memberikan kenyamanan. Nah untuk membuat visual panel pemisah lebih dekoratif, dibutuhkan jasa digital printing.
3. Maraknya penggunaan masker dan face shield
Di awal penyebaran Covid-19, masker kesehatan sempat menjadi barang langka. Persediaan terbatas sementara permintaan tinggi. Kondisi ini belakangan memunculkan ide bagi perusahaan untuk membuat masker sendiri dengan desain yang disesuaikan menurut keinginan.
Tak jarang perusahaan mencantumkan logo atau pesan pada masker tersebut. Masker kemudian bukan lagi sebagai alat pelindung kesehatan, namun menjadi souvenir untuk dibagikan. Bahkan saat ini banyak loh masker dekoratif yang bergambar mulut sehingga orang yang mengenakannya terlihat tidak sedang memakai masker.
Belakangan penggunaan pelindung wajah (face shield) juga menjadi tren di masyarakat. Tidak sedikit pelindung wajah tersebut dibuat kustom dengan desain yang menarik tanpa menihilkan fungsinya sebagai alat pelindung wajah di masa pandemi. Kini masker dan pelindung wajah dengan cetakan kustom sangat laris.
4. Imbauan protokol kesehatan menggunakan banner
Sebelum ada pandemi, kamu pasti sering melihat banner yang ditempatkan di pusat-pusat perbelanjaan. Ya, banner merupakan media promosi yang dicetak menggunakan print digital dengan ukuran tertentu, berbentuk portrait atau vertikal.
Tapi sekarang, banner tidak hanya dijadikan media promosi untuk pelaku usaha, tapi juga dimanfaatkan memuat imbuan dan peringatan kepada masyarakat tentang protokol kesehatan.
5. Meningkatnya permintaan pakaian olahraga dan fesyen casual
Di masa pandemi, imbauan untuk tetap di rumah saja membuat banyak orang memilih berolahraga untuk menjaga stamina dan imunitas tubuh. Rupanya, tren ini juga berdampak pada meningkatnya permintaan print digital activewear (pakaian olahraga). Aturan bekerja dari rumah juga membuat permintaan fesyen casual meningkat dibanding busana formal.
Recommended By Editor
- Ini alasan penggunaan tanda tangan digital lebih aman di masa pandemi
- 5 Alasan investasi Bitcoin kini semakin dilirik kalangan milenial
- Harga sepeda MTB Polygon Rayz dan spesifikasinya, gesit & keren
- Harga sepeda lipat Pacific Veloce dan spesifikasinya, desain stylish
- Harga sepeda anak Polygon dan spesifikasinya, nyaman serta kokoh