Brilio.net - Bicara soal warisan budaya Indonesia, tentunya sangat beragam. Salah satunya adalah kain. Kain tradisional sendiri juga beragam dan setiap daerah memiliki kain dengan ciri khasnya sendiri. Seperi batik, songket, dan masih banyak lagi.
Dahulu, banyak masyarakat yang enggan menggunakan kain khas tradisional Indonesia karena dianggap kuno dan tidak stylish. Namun, seiring berkembangnya zaman dan juga tren fashion, justru masyarakat tergila-gila dengan kain tradisional.
Ditambah lagi dengan para desainer dan juga brand lokal yang menyulap kain tradisional menjadi item fashion keren. Salah satunya adalah brand lokal asal Yogyakarta, Tako Bag.
Brand lokal ini meluncurkan produk tas unik. Yang menarik adalah tas ini menggunakan kain tenun asli dari para perajin di beberapa daerah di Indonesia.
Founder Tako Bag, Dita Wahyu Nirmala menjelaskan, produknya ini mengusung konsep utama timelessly stylish. Tako Bag menyajikan berbagai design tas perempuan yang fashionable dengan sentuhan tenun.
"Produk kita ini menggunakan tenun hanya sedikit di bagian tas itu untuk membuatnya semakin menarik," ujarnya kepada brilio.net melalui sambungan telepon, Kamis (26/11).
Lantas seperti apa yah tas dari brand Tako Bag? Berikut fakta menariknya.
1. Awal bisnis Tako Bag.
foto: Instagram/@tako.bag
Memiliki motif abstrak membuat dirinya jatuh cinta pada tenun. Dibuat dengan cara manual tanpa ada kesamaan dengan motif lain, juga jadi daya tarik tersendiri. "Tenun ini kan dibuat manual, motifnya berbeda tergantung daerah," ucapnya.
2. Tidak ada motif yang sama.
foto: Instagram/@tako.bag
Brand lokal yang berdiri sejak tahun 2010 ini memiliki keunggulan dua sisi, yakni sisi desain dan kualitas. Dari segi desain sendiri, Dita memaparkan bahwa produk ini original dan multifungsi yang bisa disesuikan dengan aktivitas. Sementara itu, kalau dari sisi kualitas bahan yang digunakan awet, jahitan kuat, hingga sistem quality control dobel.
Selain itu, kain tenun yang diambil dari berbagai daerah Indonesia seperti NTT, Dayak Kalimantan, serta Jepara, masing-masing memiliki kecantikan tersendiri. Pesona tradisonal inilah yang memuat Tako gemar menjadikannya sebagai 'highlight' pada design tas-nya
"Tidak ada satu kain yang persis 100 persen dengan kain lainnya meski dibuat oleh tangan yang sama. Bagian ini yang membuatku tertarik, aku harus memilih bagian tenun yang cocok untuk design tasku," tutur Dita.
3. Menggunakan pewarna alami.
foto: Instagram/@tako.bag
Menurut Dita, banyak kendala yang ia hadapi saat produksi tas ini. Biasanya kendala pada benang tenun yang tidak rapi.
Selain itu juga dari perwarnaan, masih banyak pengrajin yang menggunakan perwarna alami, sehingga warna pada tenun tidak ke luar.
"Tapi untuk beberapa warna, menggunakan pewarna alami justru lebih bagus seperti warna-waran soft," ucapnya.
4. Perpaduan kulit sintetis dan tenun.
foto: Instagram/@tako.bag
Bahan utamanya adalah kulit sintetis atau faux leather, dimana bahan ini perawatannya sangatlah mudah. Dan jenis faux leather yang Tako pakai tidak mengelupas bila terkena jamur saat disimpan ditempat yang lembap.
Sedangkan kehadiran suede dan tenun fungsinya sebagai bahan kombinasi pada bagian-bagian kecil, yang justru menjadi pusat daya tarik pada tas kulit sintetis.
5. Model dan warna.
foto: Instagram/@tako.bag
Tako sendiri memiliki beberapa jenis model tas, seperti clutch, slingbag, daypack, handbag, dan juga postman bag. Sementara untuk warnanya lebih natural seperti hitam, coklat, beige, peach, dan maroon sehingga bisa dipadukan dengan outfit apapun.
6. Cara merawat.
foto: Instagram/@tako.bag
Untuk tenun yang masih menggunakan pewarna alam, menurut Dita memerlukan perawatan ekstra. Contohnya pada bagian tenun, hindari terkena air atau cairan. Bila kotor dapat disikat menggunakan sikat kering. Bila ingin dicuci jangan gunakan air detergen.
Selain itu, untuk bahan kulit sintetisnya sendiri cukup dibersihkan menggunakan baby oil atau lotion, sehingga warnanya langsung kelihatan seperti baru lagi.
7. Dijual online dan offline.
Kendati menggunakan tenun khas, harga tas ini terbilang murah, kisaran Rp 80.000 hingga Rp 350.000. Tas ini bisa dibeli di ecommerce dan juga di toko offline.
"Harga kita terbilang murah karena kita punya rumah produksi sendiri, dan sistem penjualan mandiri. Sehingga tidak ada biaya kongsi. Selain itu, harga jual Tako juga disesuaikan dengan target market wanita muda usia 18-35 Tahun kelas ekonomi menengah," pungkasnya.
Recommended By Editor
- Obat herbal dan jamu, usaha menjanjikan di tengah pandemi
- Memetik laba dari inovasi kopi literan yang hits kala pandemi
- Asyiknya jadi foodgram, kulineran, eksis di medsos, dan dapat uang
- Bercocok tanam di rumah jadi tren, penjual paket berkebun panen laba
- Banyak yang tak tahu, ternyata ada jasa servis KTP