Brilio.net - Sebatang selang merah yang terhubung antara dua nosel, di truk GTM (gas transport module) dan rangkaian alat penurun tekanan (PRS/pressure reduction system), bergerak kecil serupa denyutan akibat tekanan gas yang mengalir di dalamnya. Layaknya nadi yang berdenyut mengalirkan darah bagi kelangsungan kerja organ tubuh, selang itu pun demikian dalam dimensi yang berbeda, yakni kelangsungan produksi bakpia di CV Tugu Jogja Istimewa.

Aliran gasnya tak boleh putus. Begitu gas dari bejana tekan GTM habis, akan langsung digantikan dengan GTM yang baru. GTM, PRS, serta boiler ini terletak di sisi kiri gedung utama di Jalan Raya Tajem 198, Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Ketiganya menjadi pusat dari sistem peredaran gas untuk mencukupi kebutuhan tungku pemasak bakpia.

Performa dalam memasak menjadi sangat penting bagi produsen Bakpia Tugu Jogja ini mengingat metode pemasakan itu pula yang menjadi keunikan dari bakpia ini dibandingkan merek lainnya. Jika umumnya bakpia dimasak dengan dipanggang, maka Bakpia Tugu Jogja dengan dikukus.

CV Tugu Jogja Istimewa sendiri baru awal Juni 2018 menggunakan CNG (biasa disebut Gaslink) dari sebelumnya memakai LPG (Liquid Petroleum Gas). Peralihan ini adalah bagian dari upaya perusahaan melakukan efisiensi. Gas bumi, salah satu jenisnya CNG, diketahui memberikan banyak keuntungan bagi penggunanya karena berkualitas, efisiensi pembakarannya tinggi, dan harganya kompetitif. Gas bumi juga mendukung dalam kampanye ramah lingkungan.

Menurut Tegar Pranata, PPIC & Production Manager PT Agrinesia Raya yang merupakan induk dari CV Tugu Jogja Istimewa, keputusan perusahaannya untuk beralih dari LPG ke CNG diambil setelah menerima rekomendasi dari perusahaan-perusahaan lain yang lebih dulu menggunakan CNG. "(CNG) Safety, dan operasionalnya yang baik," katanya kepada brilio.net, Selasa (4/12).

Untuk memulai peralihan, dia mengaku tak banyak investasi baru yang harus dikeluarkan. "Hanya berupa bangunan yang kita siapkan untuk penyimpanan lokasi PRS dan juga boiler yang compatible dengan bahan bakar CNG," jelasnya.

Sedangkan dari sisi kesiapan sumber daya manusianya, diberikan pengetahuan mengenai keamanan operasional. Dari proses persiapan hingga efektif bisa digunakan, lanjut dia, hanya dibutuhkan waktu dua bulan.

Pada tahap awal ini, pihaknya menjalin kontrak kerja sama berdurasi satu tahun dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Sesuai kontrak, volume gas yang disalurkan ke CV Tugu Jogja Istimewa adalah 15.000-18.000 meter kubik per bulannya. Namun dalam realisasinya ternyata angka serapan jauh lebih tinggi. "Tiap bulan yang terpakai 23.000 meter kubik," lanjut Tegar.

Selama hampir tujuh bulan penggunaan, manfaatnya sudah langsung bisa dirasakan. Kehadiran Gaslink sangat membantu perusahaan dalam menjalanan proses operasionalnya. CV Tugu Jogja Istimewa tidak lagi khawatir dengan pasokan gas yang menjadi sumber denyut nadi perusahaan.

Bahkan, peralihan dari LPG ke CNG juga telah mendorong peningkatan kapasitas produksi bakpia menjadi lebih stabil karena pasokan gas yang lancar. "Sebelumnya pakai LPG terkadang supply LPG 50 kg habis," tutur Tegar. Sayangnya, Tegar enggan menjelaskan tentang seberapa besar efisiensi yang berhasil perusahaan lakukan lewat peralihan bahan bakar ini.

Tegar juga mengakui bahwa penggunaan CNG tidak selalu berjalan lancar. Hanya saja, kendala itu tidak sampai mengganggu proses produksi. "Sifatnya teknis, seperti ada trouble tiba-tiba saja sparepart-nya tidak ready pada saat itu," pungkas dia.

Kontrak kerja sama antara CV Tugu Jogja Istimewa dengan PT PGN sendiri berlangsung selama satu tahun. Perjanjian ini memiliki nilai strategis bagi keduanya. Untuk CV Tugu Jogja Istimewa, kerja sama telah terbukti membawa efek positif bagi perusahaan. Adapun bagi PGN, hal ini adalah momentum perusahaan untuk memperluas jaringan pelanggan di wilayah Yogyakarta.

CV Tugu Jogja Istimewa merupakan pelanggan pertama PGN di wilayah Yogyakarta. Sejauh ini di Yogyakarta dan sekitarnya belum terbangun jaringan pipa gas PGN. Kendati begitu, hal ini tak menyurutkan semangat PGN untuk melayani di Yogyakarta. Penyaluran Gaslink di Yogyakarta ini sendiri dilakukan oleh PT Gagas Energi Indonesia, anak perusahaan PGN.

Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama dalam keterangan resminya di awal perjanjian mengaku, pihaknya sangat antusias adanya kerja sama dengan CV Tugu Jogja Istimewa. "Tersedianya moda transportasi CNG Gagas Energi di kota ini, maka kami telah siap melayani industri lain yang ingin merasakan manfaat gas bumi. Sehingga dapat berkontribusi kepada kemajuan ekonomi Yogyakarta," tegas Rachmat.

Sementara itu, Stakeholder Management & Corporate Communication Supervisor PT Gagas Energi Indonesia, Chitra D Ramadhani, optimistis volume pemakaian Gaslink di CV Tugu Jogja Istimewa bisa terus meningkat jika dilihat dari tren pemakaiannya setiap bulan. Kerja sama dengan CV Tugu Jogja Istimewa ini sekaligus bisa dijadikan indikator PT Gagas memperluas pelanggan di Yogyakarta.

Chitra mengaku, untuk dapat menyalurkan Gaslink di Yogyakarta bukan hal yang mudah. "Tetapi ini kami jadikan sebagai tantangan dan harapannya baik volume dan jangkauan Gagas untuk pelanggan di Jogja bisa lebih luas," urai dia kepada brilio.net, Kamis (13/12).

gaslink jogja  2018 brilio.net

Truk pengangkut gas atau yang dikenal gas transport module (GTM) menyalurkan Gaslink di CV Tugu Jogja Istimewa/foto: brilio.net/fefy dwi haryanto

Memperluas pelayanan di Jogja

Sejauh ini sudah cukup banyak industri maupun komersial di Yogyakarta atau Jawa Tengah yang tertarik dan ingin tahu lebih banyak terkait Gaslink. Khusus Yogyakarta, menurut dia, sebagai kota wisata memiliki potensi penggunaan energi yang cukup besar meliputi banyak sektor, di antaranya ada sektor komersial jasa seperti laundry, rumah makan, serta hotel.

"Kami cukup yakin bahwa Gagas dapat memperluas pasar di Jogja," katanya. Selain Bakpia Tugu, sementara ini sudah ada satu lagi pelanggan di Yogyakarta yang dalam waktu dekat rencananya akan menjalin kerja sama, yakni perusahaan laundry.

Di Yogyakarta sendiri banyak usaha laundry yang telah menggunakan gas LPG. Kepada mereka ini sebenarnya bisa langsung beralih ke Gaslink. Mereka hanya perlu menyiapkan pipa instalasi dari alat penurun tekanan (PRS) yang disiapkan PT Gagas menuju peralatan laundry mereka.

Terdapat lima langkah mudah jika calon pelanggan ingin menggunakan Gaslink, pertama mengisi formulir berlangganan. Berdasarkan formulir itu, petugas PT Gagas akan melakukan survei lokasi calon pelanggan. Selanjutnya, kedua pihak melakukan penandatanganan kontrak kerja sama pemakaian Gaslink. Kontrak ini diikuti dengan pemasangan peralatan penyaluran gas dan pipa instalasi. Jika semuanya sudah siap, maka penyaluran gas bisa dilakukan.

Kendati demikian, Chitra menyebut, ada tantangan besar yang harus dihadapi ketika akan memperluas jangkauan di Yogyakarta, yakni investasi yang tinggi. Yogyakarta memiliki cukup banyak potensi pasar, tetapi tersebar dengan jumlah pemakaian yang relatif kecil. Ini yang membuat jumlah investasi menjadi relatif lebih besar dibandingkan dengan daerah-daerah lain.

Selain Yogyakarta, pihaknya juga berupaya memperluas jangkauan di daerah lain. PT Gagas dan PGN terus melakukan sosialitasi penggunaan serta manfaat energi baik gas bumi ke seluruh sektor, baik melalui offline maupun online.

Cukup banyak keunggulan dan manfaat yang bisa dirasakan pelanggan Gaslink, di antaranya kepastian kelancaran pasokan karena penyaluran dilakukan 24 jam, penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan karena emisi yang dihasilkan lebih rendah jika dibandingkan dengan emisi bahan bakar minyak, pelanggan membayar sesuai volume yang terpakai. "Efisiensi yang rata-rata didapatkan oleh pelanggan kami di angka 10%-20%," tandas Chitra.

Terkait dengan perluasan penjualan Gaslink di wilayah yang belum terbangun pipa gas ini, pada pertengahan November 2018, PT Gagas meluncurkan 32 unit Gaslink Truck berbahan bakar gas bumi. Ini merupakan wujud keseriusan PGN Group untuk melayani pelanggan-pelanggan di luar jaringan pipa gas bumi.

Menurut Direktur Komersial PT PGN Tbk, Danny Praditya dalam keterangan resmi perusahaan pada saat peluncuran mengatakan, 32 unit Gaslink Truck tersebut akan digunakan untuk memaksimalkan penjualan Gaslink di tiga wilayah operasional PT Gagas Energi Indonesia. Ketiganya adalah Regional I (Jakarta, Bekasi, Bogor, Sukabumi, Purwakarta, Bandung, Serang, Cilegon Lampung), Regional II (Jawa Timur, Semarang, Yogyakarta), dan Regional III (Pekanbaru dan Batam).

Hingga saat ini PGN melalui PT Gagas Energi Indonesia telah berhasil memasarkan Gaslink ke lebih dari 70 pelanggan yang tersebar di sejumlah kota/kabupaten di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Lampung, Batam, Bandung, Yogyakarta, dan Pati.

Sementara itu, kerja sama dengan CV Tugu Jogja Istimewa ini sekaligus menambah panjang daftar pelanggan PGN. Hingga akhir kuartal I 2018, PGN melayani 196.221 pelanggan segmen industri sampai rumah tangga yang tersebar di berbagai provinsi. Di antaranya, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara, dan Papua.

Sedangkan pada kuartal II 2018, PGN berhasil mendapatkan sejumlah kontrak baru, seperti dua kerja sama di Pasuruan, Jawa Timur yakni dengan pabrik infus PT PT Emjebe Pharma di Pasuruan dan produsen permen jahe PT Serba Gurih Indonesia. Selain itu juga dengan dua pabrik di Karawang, yakni pabrik suku cadang mobil PT Hiruta Kogyo Indonesia dan produsen aluminium PT Alexindo. Di Medan, PGN juga bekerja sama dengan produsen kue bolu meranti CV Cipta Rasa Nusantara.