Brilio.net - Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) meluluhlantakkan semua sektor kehidupan, termasuk dunia usaha. Selama penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hampir semua bisnis membatasi atau bahkan menutup usaha mereka, termasuk industri kuliner.

Salah satunya dialami Broadway Group, sebuah grup usaha yang bergerak di bidang bisnis leisure, food, and beverage sejak tahun 2010. Selama PSBB hingga masa transisi di era kenormalan baru saat ini, grup usaha ini tetap menutup Ms Jackson dan Lei Lo, restoran dan cafe milik mereka di Jalan Senopati, Jakarta Selatan. Kondisi saat ini tentu menjadi tantangan berat.

Milenial Digital © 2020 brilio.net Ms Jackson, restoran milik grup usaha Broadway Group yang hingga kini masih tutup akibat pandemi Covid-19. 

Padahal sejumlah restoran dan tempat makan di bilangan Senopati sudah kembali membuka usaha mereka di masa transisi ini. Lantas, apa yang membuat grup usaha ini mengambil keputusan berbeda dengan tetap menutup bisnis kuliner di saat yang lain telah kembali dibuka?

“Kami belum berencana membuka Ms Jackson hingga sebulan ke depan. Kami sadar, usaha kuliner konvensional paling merasakan dampak ekonomi dari pandemi ini. Namun, sebagai grup usaha yang dipimpin milenial, semangat inovasi telah mengalir di darah kami. Era normal baru ini menjadi momentum yang tepat bagi kami untuk membangkitkan semangat tersebut dengan melakukan gebrakan bisnis baru,” jelas CEO Broadway Group Jakarta Vinnie Kinetica Rumbayan dalam keterangan resmi yang diterima Brilio.net, Rabu (15/7/2020).  

Milenial Digital © 2020 brilio.net CEO Broadway Group Jakarta Vinnie Kinetica Rumbayan

Padahal dalam beberapa tahun terakhir, grup usaha ini mengandalkan lini bisnis F&B, salah satiunya melalui Ms Jackson, yang telah meraih penghargaan Paranoia Awards 2019 versi Hardrock FM dalam kategori ‘Bar of the Year’. Lalu mengapa Vinnie justru mengambil keputusan untuk tetap menutup bisnisnya di masa transisi ini? Kemudian, gebrakan seperti apa yang bakal diterapkan grup usaha ini?

Vinnie mengaku keputusan tersebut diambil setelah melakukan banyak diskusi dan bertukar pikiran dengan gabungan pengusaha muda, terkait tantangan bagi pengusaha muda dalam menghadapi masa kenormalan baru ini. Dari situlah pada pertengahan Juni lalu grup usaha ini menggelar private gathering di Ms Jackson yang mengangkat tema “Breaking The New Normal, Millennials Navigates”.

Milenial Digital © 2020 brilio.net

Dalam kesempatan tersebut, Broadway Group menginisiasi sebuah diskusi untuk membentuk sebuah aktivitas atau gerakan yang mampu mendorong dan mengimbau seluruh milenial, khususnya yang memiliki bisnis di bidang digital, agar mengambil kemudi memajukan ekonomi digital di era normal baru. Beberapa influencer dan pengusaha muda seperti Karin Novilda hadir dan turut mendukung kegiatan ini.

“Kebangkitan Indonesia pasca dihantam gelombang pandemi tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah. Masyarakat juga dapat berpartisipasi dengan saling membantu untuk sama-sama bangkit dari keterpurukan. Salah satu penggeraknya adalah kaum milenial yang diharapkan tetap optimistis menghadapi tantangan pandemi Covid-19 dan bersiap menyambut kondisi new normal pasca pandemi,” tutur Karin.

Apalagi, Indonesia akan menikmati masa bonus demografi hingga tahun 2030. Artinya, sebanyak 130 juta jiwa yang berusia produktif dapat mengambil kesempatan baru untuk mengembangkan bisnis di era digital. Karena itu, milenial menjadi kunci utama kesiapan sumber daya manusia dalam mengimplementasikan ekonomi digital di Indonesia.

Milenial Digital © 2020 brilio.net

Dalam menyongsong era industri digital, pemerintah juga menargetkan terciptanya 1.000 technopreneur pada tahun 2020, dengan valuasi bisnis mencapai USD 100 miliar dan total nilai e-commerce sebesar USD 130 miliar.

“Sekarang adalah saatnya kami, Broadway Group untuk mengevaluasi dan mengolah kembali strategi bisnis kami untuk ke depan. Sebagai pengusaha milenial, salah satu kelebihan kami adalah ketangkasan dan keberanian untuk beradaptasi dengan kondisi untuk terus bergerak maju dan tumbuh bersama masyarakat,” lanjut Vinnie.

Seharusnya, dengan kebijakan PSBB transisi mampu memulihkan bisnis kuliner yang sempat terpuruk akibat penerapan PSBB beberapa bulan belakangan. Namun, menurut Vinnie justru sebaliknya, tantangan bagi bisnis kuliner akan semakin besar. Berdasarkan data survei dari Gabungan Pengusaha Industri Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), industri makanan-minuman penjualannya diperkirakan akan turun 20-40%.

Hal ini disebabkan imbauan pemerintah bagi industri restoran untuk mengurangi 50% kapasitas pengunjung dari waktu sebelum masa pandemi COVID-19. Hal inilah yang menjadi titik balik bagi Broadway Group untuk mulai melirik kesempatan yang muncul setelah pandemi. Misalnya, inovasi digitalisasi model bisnis dalam menyambut kenormalan baru, bahkan merintis bisnis yang bergerak di bidang ekonomi digital.