Brilio.net - Masa pandemi Covid-19 dianggap sebagai masa kelam bagi sebagian besar orang. Bisa dimaklumi jika dikatakan demikian, sebab pandemi membuat banyak orang terjebak dalam kondisi sulit, termasuk dari segi ekonomi. Salah satunya momen banyak karyawan kantoran atau pabrik harus kehilangan pekerjaan pada masa pandemi ini.
Dikutip dari liputan6, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menyampaikan dalam rapat kerja bersama dengan Komisi XI DPR RI pada Rabu (25/11), jumlah penduduk usia kerja yang terdampak pandemi Covid-19 sebanyak 29,12 juta orang. Dari jumlah ini dirincikan sebesar 2,56 juta orang pengangguran, bukan angkatan kerja karena Covid-19 sebesar 0,76 juta orang, sebesar 1,77 juta orang tidak bekerja atau dirumahkan, sisanya sebesar 24,03 juta orang bekerja dengan mengalami pengurangan jam kerja.
Bukan hanya itu, hadirnya pandemi sempat membuat Indonesia memasuki masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Masa PSBB ini membuat orang semakin stres karena banyak bisnis rumahan atau usaha mikro yang tak bisa buka. Hal ini membuat pengusaha kalang kabut karena harus mengalami situasi tiada pemasukan, bahkan menanggung rugi.
Namun ada juga sebagian kecil pihak yang merasa bahwa hadirnya pandemi justru membawa keuntungan. Salah satunya usaha mikro penjual makanan beku, atau yang lebih dikenal dengan frozen food. Bisnisini bergerak di bidang penjualan makanan beku seperti nugget, roti, sayuran, buah, makanan laut, hingga camilan anak.
Seperti kita ketahui, masa pandemi membuat banyak orang harus bertahan di rumah demi memutus rantai penyebaran virus corona. Situasi ini membuat orang keluar rumah hanya sekali waktu ketika ada keperluan mendesak. Aktivitas belanja pun tidak sesering biasanya. Sekalinya keluar belanja, sebaiknya sekaligus dalam jumlah banyak. Bahan makanan yang dibeli pun dipilih yang tahan lama. Makanan beku akhirnya menjadi pilihan orang menambah stok bahan makanan di lemari es.
Perlahan bisnis makanan beku menjamur selama pandemi. Salah satunya yang berada di Jalan Lettu Sugiarno, Karangpucung, Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Bisnis frozen food yang menjual makanan beku seperti nugget, sosis, tempura, hingga roti untuk membuat burger ini mengalami peningkatan penjualan selama pandemi.
foto: Brilio.net/Irsandy Dwi; Istimewa
Hal ini dapat dilihat dari jumlahmakanan beku kemasan yang dijual selama satu hari. Sebelum masa pandemi hadir, bisnismakanan beku yang dikelola oleh sang pegawai bernama Rita ini hanya bisa menjual sekitar 40-70 bungkus setiap harinya.
"Kalau lebih, ya paling dua sampai empat bungkus aja sih, Mas," kata wanita berusia 22 tahun itu.
Namun memasuki masa pandemi, kondisi berubah. Jumlah penjualan makanan beku kemasan naik pesat, bahkan bisa dikatakan hingga dua kali lipat. Hal itu terjadi ketika bisnis makanan beku di tempat Rita bekerja ini mulai kembali buka pada bulan April, setelah tutup hampir satu bulan pada awal masa PSBB.
Beberapa hari setelah kembali buka,toko makanan beku yang sudah berdiri sejak akhir 2018 ini akhirnya mulai kebanjiran pembeli. Pada bulan April setelah PSBB, penjualan bisnis ini bisa menyentuh jumlah 100 bungkus dalam satu hari. Jumlah penjualan ini bisa dicapai saat toko buka pukul 9 pagi hingga kembali tutup jelang pukul 6 petang.
foto: Brilio.net/Irsandy Dwi
"Juragan itu nyuruh buka toko lagi bulan April, Mas. Nah, tiga hari pertama sih biasa aja bahkan masih agak sepi. Tapi kira-kira hari keempat atau kelima itu pembeli mulai banyak, Mas. Nah, itu tuh rekor, Mas, bisa laku sampai sekitar 100 bungkus tuh seingat saya," lanjut Rita.
Mulai bulan Juni hingga kini, imbas pandemi pada bertambahnya jumlah penjualan dari bisnis frozen food ini semakin terasa. Rita yang biasa berjaga seorang diri mengeluh pada sang pemilik toko bahwa dia tak sanggup bila harus menjaga toko sendiri.
foto: Brilio.net/Irsandy Dwi
"Bulan Juni awal itu saya minta dicarikan temen ke juragan saya, Mas. Soalnya jujur dari April sampe Juni itu saya agak kewalahan. Nah, baru Juli kemarin ini Mbak Uwik masuk. Jadi saya ada temannya," ujar Rita mengisahkan.
Selama empat bulan bekerja menemani Rita, kehadiran Uwik begitu meringankan beban kerja Rita. Seiring moncernya bisnis makanan beku kemasan di toko mereka bekerja, pelayanan penjualan bukan hanya sebatas jual-beli di toko. Mengingat adanya protokol kesehatan demi memutus rantai penularan virus corona, sementara pembeli banyak berdatangan ke toko dan ditakutkan satu sama lain tidak bisa menjaga jarak, pembelian makanan beku akhirnya diperluas lewat telepon. Calon pembeli atau pelanggan bisa memesan makanan beku lewat telepon, kemudian diantarkan. Urusan pengiriman makanan beku yang sudah dipesan, Uwik lah yang mengemban tugas mengantar.
"Biar nggak kewalahan, pemesanan via telepon dibatasi sejauh lima kilometer. Jika sudah lebih dari itu, pembeli harus bayar biaya antar sebesar Rp 2.000 per kilometer," terang Rita.
Sejauh ini, para pemesan makanan beku yang melakukan pemesanan lewat telepon adalah mereka yang memiliki warung jajanan untuk anak-anak, misalnya tempura goreng dan minuman dingin.
"Minimal pembelian 150 ribu (rupiah)," kata Rita menerangkan syarat pembeli atau pelanggan yang memesan via telepon dan ingin diantarkan pesanannya.
Hingga berita ini dibuat, Rita dan Uwik mengaku bahwa jumlah penjualan makanan beku dalam kemasan di tempat mereka bekerja terus meningkat.
"Sempat mencapai angka penjualan 181 bungkus dalam sehari," tambah Rita.
Diserbunya makanan beku kemasan di tempat Rita dan Uwik bekerja bukan tanpa alasan. Harganya terjangkau untuk kantong masyarakat, baik ibu rumah tangga maupun pedagang warung jajanan. Kedua penjaga toko makanan beku ini membocorkan harga produk yang dijual berkisar Rp 7.000 hingga Rp 60.000.
Makanan beku semakin diburuberkatbonus tiap pembelian.
Tak dipungkiri, makanan beku semakin diminati masyarakat. Salah satu pembeli di bisnis makanan beku tempat Rita dan Uwik bekerja ini juga mengakui, makanan beku olahan adalah pilihan paling tepat untuk masa pandemi dibandingkan harus makan mi setiap hari. Makanan beku ini juga dinilai pembeli sangat cocok karena tak mudah basi, dan cukup ditaruh kulkas. Jadi, jika seseorang terpaksa menunda memasaknya, makanan tidak akan cepat basi.
foto: Brilio.net/Irsandy Dwi
"Saya memang stok, Mas. Apalagi saya ada dua anak kecil, daripada makan mi terus, ya mending makan nugget. Awalnya sih karena takut ke pasar, takut berkerumun gitu, eh malah keterusan sampai sekarang. Ditambah, anak juga suka," tutur pelanggan bernama Kitri.
foto: Brilio.net/Irsandy Dwi
Selain itu, promosi yang disuguhkan toko makanan beku ini juga menjadi salah satu daya tarik bagi ibu-ibu rumah tangga. Pada November ini, minyak goreng, saus, atau juga kecap masuk deretan bahan makanan yang dipromosikan sebagai bonus. Pemberian bonus menyesuaikan dengan jenis dan atau harga makanan beku yang dibeli.
"Saya senengnya beli di sini tuh kalau beli nugget yang kebetulan anak saya juga suka, bisa dapet minyak (kemasan) gelas itu lho, Mas," lanjut Kitri menceritakan bonus yang dia dapatkan saat membeli makanan beku di kisaran harga kurang dari Rp 10.000.
Setiap bulannya, promosi berubah. Seperti Oktober lalu, pelanggan yang membeli smoke beef untuk burger dengan jumlah total belanja RP 100 ribu bisa mendapatkan roti burger isi 10.
Sementara itu, pembeli lain mengungkapkan bahwa makanan beku menjadi alternatif agar anak tak jajan di luar rumah. Dengan menyediakan berbagai makanan termasuk yang biasanya dibeli di luar, diharapkan anak semakin betah di rumah.
"Kalau saya emang beli untuk stok, Mas. Selain buat lauk, biasanya ini buat ngemil adik di rumah. Dulu sebelum pendemi adik kan sering jajan di luar. Nah, selama pandemi kan nggak boleh tuh jajan di luar, jadi disediain aja di rumah. Soalnya stres juga, Mas, udah nggak bisa keluar, nggak bisa jajan lagi. Ya, jadi diakalin aja dengan stok makanan di rumah," ujar pelanggan bernama Giselle.
Adanya makanan beku telah menjadi penolong ibu-ibu rumah tangga atau siapa pun yang ingin memenuhi stok pangan sekali waktu agar tidak harus sering keluar rumah belanja. Orang juga bisa berkreasi memasak sendiri aneka makanan beku yang disukai keluarga. Dengan memasak sendiri di rumah, selain bisa mengontrol kualitas dan kebersihan makanan, bisa juga menekan pengeluaran jajan di luar.
Bisnis makanan beku terbukti membawa berkah tersendiri, baik bagi pelaku bisnis yang telah lama berkecimpung dalam jual-beli makanan ini maupun pemain baru. Celah pasarnya masih bisa diisi untuk yang ingin menekuni bisnis ini. Dengan kreativitas dan kejelian melihat peluang, bisnis apa pun akan bertahan bahkan berpotensi berkembang sekalipun di tengah hantaman kesulitan.
Recommended By Editor
- Kisah anak bekerja demi keluarga & lunasi kredit motor mendiang ayah
- Mraen Mimpi menjaga semangat belajar di tengah pandemi
- Sembako gantung Desa Rendeng Kudus, aksi kepedulian warga bantu sesama
- Bercocok tanam di rumah jadi tren, penjual paket berkebun panen laba
- 10 Potret Nancy, guru yang mengajar dengan berbagai pakaian adat