Cara Prancis juara Piala Dunia 2018, turunkan ego untuk gelar kedua
Brilio.net - Piala Dunia 2018 menjadi simbol kejayaan timnas Prancis. 20 Tahun sejak Zinedine Zidane, Didier Deschamps, Laurent Blanc, dan lainnya membawa Les Bleus meraih kejayaan Piala Dunia, mereka mampu menambah gelar juara dunia di Rusia.
Selalu ada keraguan di sekitar Prancis, terutama mengingat bahwa delapan tahun sebelumnya pencapaian mereka selalu naik turun. Baik dalam hasil di turnamen internasional besar dan perubahan skuat. Komposisi mereka kini sangat mewah. Prancis memiliki setidaknya dua pemain bagus di hampir setiap posisi.
Siklus sepak bola Prancis terjadi sejak 2010 sampai 2018. Mereka mengalami perubahan drastis. Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, mereka mengalami satu momen paling aneh di sepak bola Prancis. Pelatih mereka saat itu, Reymond Domenech tidak disukai oleh pasukannya. Akibat keputusannya yang semena-mena, membuat para pemainnya memberontak. Hasilnya, Prancis anjlok dengan tersingkir di babak penyisihan grup.
Dua tahun kemudian, mereka memiliki beberapa penampilan yang menggembirakan di bawah pelatih baru, Laurent Blanc. Dirinya telah mengangkat performa baik dalam ajang kualifikasi. Tetapi Prancis masih membutuhkan lebih banyak lagi modal seperti kedalaman skuat dan pemain yang mampu menjadi pembeda dalam pertandingan.
foto:givemesport.com
Namun ini yang menarik dari Prancis. Dua tahun selanjutnya, susunan pemain muda meningkat, pemain berbakat datang, dan kehadiran kapten pemenang Piala Dunia sebagai pelatih kepala baru mereka, Didier Deschamps.
Pada tahun 2014, ada tampilan lain yang menjanjikan. Prancis mencapai perempat final Piala Dunia, kalah dari Jerman yang akhirnya menjadi juara. Di Euro 2016, turnamen yang diselenggarakan di kandang sendiri, mereka tampil mengesankan dan berhasil menembus final.
Mengalahkan juara dunia Jerman adalah pertanda baik lainnya. Menjelang final melawan Portugal, sebenarnya banyak faktor yang menguntungkan mereka untuk juara. Tetapi penampilan merek cenderung lesu di Stade de France yang akhirnya membuat mereka kalah. Sebuah gol perpanjangan waktu pemain pengganti Portugal, Eder memaksa mereka untuk pupus.
Deschamps secara mengejutkan tidak membawa Karim Benzema di Piala Dunia 2018
Bagi Federasi Sepak Bola Prancis, Piala Dunia 2018 adalah kesempatan terakhir bagi Deschamps. Pasukannya yang sudah tiga tahun ini ia bentuk, diharapkan mampu membuktikan prestasinya. Bagi Deschamps, dirinya populer di antara para pemain karena membangun persatuan dalam tim dan menjaga keharmonisannya. Termasuk ketika ia membuat beberapa keputusan yang berani.
Deschamps secara mengejutkan tidak membawa Karim Benzema. Padahal bomber Real Madrid itu adalah pemain nomor sembilan terbaik Prancis saat itu. Dirinya dikeluarkan dari skuat karena kontroversinya di luar lapangan. Sebagai gantinya, Deschamps memanggil Olivier Giroud.
Personel lain juga bertambah. Antoine Griezmann yang sudah membuktikan kualitasnya pada tahun 2016, ditetapkan untuk punya peran integral di Rusia. Begitu pula dengan Paul Pogba yang menjadi Pemain Muda Terbaik pada Piala Dunia 2014 kini dipercaya menjadi jantung lini tengah Prancis pada 2018.
Hugo Lloris masih dipercaya sebagai kapten, Raphael Varane sempat menjadi pemimpin di lini belakang, dan Ada dua nama yang sedang naik daun belakangan ini yang akan diintegrasikan ke dalam tim serta Prancis yang mengincar kejayaan Piala Dunia.
N'Golo Kante mengalami peningkatan pesat sejak direkrut Leicester City pada 2015. Dirinya memenangkan gelar liga bersama The Foxes dan kemudian Chelsea pada 2017. Kante sekarang berada di level yang setara dengan gelandang terbaik dunia.
foto:givemesport.com
Prancis juga punya Kylian Mbappe. Seorang bocah yang sedang naik daun. Setelah memiliki peran utama untuk Monaco ke semifinal Liga Champions pada 2017, dirinya kemudian direkrut oleh untuk bergabung dengan Paris Saint-Germain. Sejak saat itu, Mbappe menjadi paling mahal di dunia.
Di fase grup, penampilan mereka dikritik oleh pendukung mereka sendiri.
Di fase grup, penampilan mereka dikritik oleh pendukung mereka sendiri. Penampilan mereka di babak grup kurang greget, cenderung main aman, dan tidak klinis di depan gawang. Meski berhasil menjadi pemuncak grup, mereka sempat diragukan untuk melangkah lebih jauh.
Apalagi lawannya di 16 besar adalah Argentina. Meski tim tango diketahui susah payah untuk lolos dari fase grup, Mereka punya pemain macam Messi yang bisa tiba-tiba mengeluarkan kemampuan "super" untuk mengacak-acak pertahanan Prancis.
Pertandingan tersebut menyajikan aksi saling balas gol. Prancis sempat unggul namun berhasil dibalikkan keadaan menjadi 2-1 oleh Argentina. Namun gol Benjamin Pavard berhasil mengangkat motivasi Prancis.
Benjamin Pavard's strike against Argentina in the 2018 World Cup doesn't get old. pic.twitter.com/4HWkNKEeEm
TEAMtalk (@TEAMtalk) March 28, 2020
Adalah Mbappe yang kemudian tampil jadi anak ajaib. Dirinya berhasil menceploskan dua gol untuk keunggulan Prancis menjadi 4-2 atas Argentina. Meski, sempat membalas satu gol, Prancis tetap lolos dengan skor akhir 4-3.
Perempat final, Prancis bertemu dengan Uruguay yang baru saja perkasa menaklukkan Portugal-nya Ronaldo. Mereka menang dengan skor 2-0 atas Selecao Das Quinas. Prancis harus hati-hati terhadap ketajaman Edinson Cavani dan Luis Suarez bagi Uruguay.
foto: givemesport.com
Namun Antoine Griezmann berhasil menjadi pembeda pada pertandingan tersebut. Satu gol dan gol tambahan lainnya dari Varane, membuat Uruguay lesu dan tak bisa membalas. Prancis melenggang ke semifinal.
Belgia sudah menunggu dengan modal gemilang mereka menghancurkan Brasil dengan skor 2-1. Prancis harus menghadapi deretan pemain generasi emas Belgia yang merupakan bintang-bintang yang kala itu banyak bermain di Premier League.
Namun berkat kesabaran dan fokus tingkat tinggi, Prancis berhasil menaklukkannya meski dengan skor tipis 1-0.
Sampailah Les Bleus ke partai final. Ada Kroasia, kuda hitam yang berhasil mengejutkan dunia lewat pemain-pemain andalan mereka yang tak kenal lelah. Mereka berhasil memupuskan mimpi Inggris untuk tampil di final Piala Dunia.
Prancis pun tahu apa yang harus mereka lakukan. Kesempatan ini tidak akan datang lagi dengan cepat. Kesempatan partai final ini tak akan mereka sia-sia kan. Kroasia dengan kolektivitasnya bisa saja akan menghancurkan mimpi Paul Pogba dan kawan-kawan.
Maka, Prancis pun melakukan refleksi. Lewat sebuah orasi yang diteriakkan oleh Paul Pogba, pemain ini berbicara di hadapan teman-temannya untuk meminta sekali ini saja mengenyampingkan ego mereka sebagai bintang.
Paul Pogbas speech before the World Cup final.
Football Factly (@FootballFactly) July 20, 2018
What a leader. pic.twitter.com/wbbB3uVakq
Pogba mengajak koleganya sadar, ia dan yang lain telah banyak memainkan pertandingan baik di klub maupun timnas. Namun, kesempatan final Piala Dunia ini adalah sebuah peluang emas yang tak akan datang dua kali. Bintang Juventus ini meminta teman-temannya untuk tampil habis-habisan sekali ini saja. Tak ada yang boleh mementingkan apapun kecuali kepentingan tim.
foto:givemesport.com
Hasilnya, Prancis menang telak 4-2 atas Kroasia. Mereka berjaya dan mengukir sejarah sekali lagi untuk Prancis memenangkan supremasi tertinggi dari sepak bola. Didier Deschamps pun jadi orang ketiga yang mampu menang Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih sesudah Mario Zagallo dan Franz Beckenbauer.
foto:givemesport.com
RECOMMENDED ARTICLE
- Penuh bintang, ini skuad Brasil yang dipanggil ke Piala Dunia 2022
- Cetak gol kemenangan, nostalgia Mario Gotze di final Piala Dunia 2014
- Laga paling sengit, 5 pertandingan Piala Dunia diakhiri adu penalti
- 9 Skor adu penalti terbanyak di Piala Dunia, kejutan Korsel vs Spanyol
- Kisah Maradona: Anak jalanan, teman mafia, hingga juara Piala Dunia