Brilio.net - Wakil Sekjen (Wasekjen) Partai Demokrat, Andi Arief kembali melancarkan manuver politiknya. Manuver ini masih seputar 'pengkhianatan' yang dilakukan oleh kubu Partai Gerindra pada Demokrat dalam memilih cawapres untuk Prabowo Subianto.

Sehari sebelum penutupan pendaftaran capres dan cawapres ke KPU pada Jumat (10/8) lalu, atmosfer politik Indonesia berubah sangat dinamis. Kubu Demokrat yang memilih bergabung dengan Partai Gerindra merasa yakin jika Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)bakal dipilih menjadi cawapres Prabowo Subianto.

Sayangnya harapan Demokrat itu gagal menjadi kenyataan saat Prabowo lebih memilih Sandiaga Uno sebagai wakilnya untuk bertarung melawan Jokowi-Ma'ruf Amin dalam Pilpres 2019. Andi Ariefwaktu itu menyebut Prabowo sebagai jenderal kardus. Menurut Andi Arief, Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden telah menyetor mahar senilai Rp 500 miliar.

Sakit hati dari Demokrat ternyata masih membekas. Walaupun secara tegas, partai berlambang mercy ini setia kepada kubu Gerindra. Berangkat dari kesetiaan itu lah, Demokrat kembali memberikan komentar menohok kepada Gerindra.

Kali ini, mantan staf khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini mengibaratkan kesetiaannya itu seperti seorang istri yang setia dalam membangun bahtera rumah tangga. Menurutnya istri itu tetap setia meski diselingkuhi suami yang memilih wanita lain karena bergelimang uang.

"Meneruskan koalisi dengan Prabowo ini bagi Demokrat Ibarat Istri setia meneruskan bahtera rumah tangga dimana suami yang baru menikah tertangkap selingkuh dan diam-diam punya istri muda yg mata duitan, " begitu cuitnya dalam akun @AndiArief.

Dia menambahkan, taktik dua istri muda di balik gerakan Ganti Presiden. "Gerakan #2019GantiPresiden bukan untuk mengganti Ptesiden, tapi itu hanya taktik dua istri muda untuk menaikkan uang belanja. Rakyat dimobilisasi, elitenya bagi-bagi uang," cuitnya.

Politisi Demokrat ini juga memberikan komentarnya tentang kegagalan Mahfud MD menjadi cawapres Jokowi. Ia membandingkannya dengan kegagalan AHY menjadi cawapres Prabowo Subianto.

"Saya menyaksikan Penjelasan Pak Prof @mohmahfudmd semalam kesimpulan saya murni pertarungan kegagalannya. Ada tekanan politik yg serius dan tidak bisa ditukar dengan uang. Beda dengan Tekanan politik ditukar Mahar dalam kasus Sandi Uno, " begitu tulisnya.