Brilio.net - Meski perhelatan Pilgub Jawa Barat (Jabar) baru akan digelar tahun depan, banyak pihak yang menginginkan agar Ridwan Kamil maju dalam Pilgub Jabar. Akhirnya pada Minggu (19/3) partai NasDem sudah 'mencuri start' dengan mendeklarasikan pencalonan Ridwan Kamil sebagai calon gubernur Jawa Barat yang akan dihelat pada Juni 2018.

Akhirnya sisi gelap politik pun harus dirasakan oleh wali kota Bandung ini. Berbagai tudingan negatif mulai diserangkan pada pria yang kerap disapa Kang Emil ini.

Berikut 5 tudingan negatif yang menyerang Ridwan Kamil terima usai putuskan maju Pilgub Jabar lewat Partai NasDem, seperti dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Rabu (22/3):



1. Dianggap pengikut aliran Syiah.

Ridwan Pilgub  2017Ridwan Pilgub

foto: instagram.com/ridwankamil

Ini adalah tudingan pertama usai Ridwan Kamil mendeklarasikan diri untuk maju dalam Pilgub Jawa Barat, lewat dukungan partai Nasional Demokrat (NasDem). Sebuah akun dengan nama detik.co pada Senin (20/3) melalui jejaring Instagram menganggap bahwa Ridwan Kamil maju melalui partai yang berbasis non-islam sebagai bukti keanggotaannya dalam aliran syiah.

Ridwan Kamil pun langsung melaporkan akun ini ke polisi sebagai fitnah dan pencemaran nama baik.


2. Istri dianggap sejamaah sama Emilia Remita.

Ridwan Pilgub  2017Ridwan Pilgub

foto: instagram.com/ridwankamil

Tudingan negatif yang sama juga dilancarkan kepada istri Ridwan Kamil yaitu Atalia Praratya. Akun dengan nama Heru Batavia ini juga menganggap jika istri Ridwan Kamil merupakan golongan dari syiah.

Pada Senin (20/3) itu pula, Ridwan Kamil mengaku fitnah itu dilancarkan karena majunya di ajang Pilgub Jabar.

"Contoh akun2 yang mulai memfitnah sana-sini tentang saya dan istri. siap2 jaman sekarang berhadapan dengan hukum. Hatur Nuhun. *sisi gelap politik," ujar pria yang kerap disapa Kang Emil ini melalui akun Instagramnya.


3. Meninggalkan pendukungnya saat maju walkot Bandung.

Ridwan Pilgub  2017Ridwan Pilgub
foto: twitter.com/maspiyuuu

Ridwan Kamil resmi menjadi wali kota Bandung pada Pemilihan Umum Kota Bandung pada 28 Juni 2013. Pasangan ini unggul telak dari tujuh pasangan lainnya dengan meraih 45,24% suara, sehingga pasangan Ridwan Kamil dan Oded Muhammad Danial sebagai wakil wali kota Bandung ditetapkan menjadi pemenang dalam Pemilihan umum Wali Kota Bandung 2013.

Saat itu Ridwan Kamil maju pilkada Bandung dengan dukungan PKS dan Partai Gerindra. Kini saat Ridwan Kamil Maju Pilgub Jabar dengan diusung NasDem, warga Bandung yang merupakan simpatisan atau kader PKS atau Gerindra kecewa karena merasa dulu sudah 'babak belur' berjuang bersama PKS-Gerindra untuk memenangkannya jadi wali kota.


4. Dukungan NasDem tanpa mahar dan bukan kader NasDem dianggap penuh motif.

Ridwan Pilgub  2017Ridwan Pilgub

foto: twitter.com/indototo88

Sebuah akun dengan nama @roninpribumi mengunggah kultwit dengan judul kultwit "MENGUPAS MOTIF PARTAI NasDem CALONKAN @ridwankamil DALAM PILGUB JABAR 2018". Ridwan Kamil yang pada Minggu (19/3) mendeklarasikan dukungan NasDem bagi Ridwan Kamil untuk maju Cagub Jabar 2018-2023 yang diklaim 'tanpa mahar' ini sebagai trik untuk memojokkan partai berbasis Islam yang memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam berpolitik.

Selain itu, akun @roninpribumi juga melihat dukungan NasDem yang dini ini sebagai langkah NasDem yang jelas bakal kembali mendukung Presiden Jokowi dalam Pilpres 2019. Artinya secara tak langsung minta @ridwankamil untuk jadi 'vote getter' bagi pemilih Jokowi nantinya.


5. Majunya Ridwan Kamil lewat NasDem berarti tidak mendukung Prabowo maju Pilpres 2019.

Ridwan Pilgub  2017Ridwan Pilgub

foto: merdeka.com

Partai Gerindra ogah mengusung Ridwan Kamil di Pilgub Jawa Barat karena salah satu alasannya lantaran kontrak politik antara Ridwan Kamil tersebut dengan NasDem. Saat Emil diusung Partai NasDem, salah satu kesepakatan tertulis yaitu mendukung Joko Widodo kembali menjadi Presiden tahun 2019.

Hal itu dinilai menjadi catatan Partai Gerindra. Sebab bukan tidak mungkin Prabowo akan kembali ikut Pilpres dua tahun mendatang.

"Kami tidak mungkin mengusungnya lagi. Kalau yang pertama dan kedua kami tidak persoalkan. Sementara kami harga mati (presiden) untuk Pak Prabowo. Oleh karena itu kami sangat menyesal kami tidak akan mengusung dia," kata Ketua Badan Pemenangan Pemilihan Umum Daerah Partai Gerindra Jabar Sunatra di Bandung seperti dikutip dari merdeka.com, Rabu (23/3).