Brilio.net - Pendidikan di Indonesia terus berkembang mengikuti dinamika sosial, politik, dan budaya yang terjadi di masyarakat. Sepanjang sejarah, pemerintah telah beberapa kali mengubah dan menyesuaikan kurikulum pendidikan demi menciptakan sistem pembelajaran yang lebih baik. Setiap kurikulum memiliki karakteristik dan tujuan tersendiri yang disesuaikan dengan tantangan dan kebutuhan di zamannya. Kurikulum Merdeka yang diterapkan saat ini merupakan pembaruan terbaru dalam sistem pendidikan Indonesia.

Perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia mencerminkan upaya pemerintah untuk terus memperbaiki sistem pembelajaran agar sesuai dengan perkembangan zaman. Dari Rencana Pelajaran 1947 hingga Kurikulum Merdeka, setiap kurikulum memiliki karakteristik dan tujuan yang disesuaikan dengan tantangan dan kebutuhan pendidikan pada masanya.

Brilio.net merangkum dari berbagai sumber, berikut adalah 10 kurikulum pendidikan yang pernah diterapkan di Indonesia, termasuk Kurikulum Merdeka sebagai yang terbaru.

pendidikan dan media sosial  pixabay.com

foto: freepik.com

1. Rencana Pelajaran 1947

Kurikulum pertama yang diterapkan di Indonesia setelah kemerdekaan adalah Rencana Pelajaran 1947. Kurikulum ini bertujuan untuk menggantikan sistem pendidikan kolonial Belanda yang masih digunakan pada saat itu. Fokus utama kurikulum ini adalah menanamkan rasa kebangsaan dan semangat nasionalisme kepada para siswa. Materi-materi pendidikan lebih banyak diisi dengan ajaran moral, nasionalisme, dan pembangunan karakter bangsa.

Kurikulum ini menjadi pondasi awal pendidikan di Indonesia, meskipun belum berbentuk kurikulum yang terstruktur secara detail seperti yang dikenal sekarang.

2. Rencana Pendidikan 1952

Pada tahun 1952, Indonesia memperkenalkan Rencana Pendidikan 1952, yang merupakan kelanjutan dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini lebih terstruktur dan mulai memberikan ruang bagi pengembangan pengetahuan dasar. Salah satu ciri khas dari kurikulum ini adalah pendekatan yang menekankan pentingnya pengajaran yang terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Rencana Pendidikan 1952 mengutamakan pendidikan karakter, dengan memperkenalkan mata pelajaran seperti kewarganegaraan, budi pekerti, dan sejarah perjuangan bangsa. Selain itu, metode pengajaran lebih mengarah pada pendekatan kontekstual, yang menekankan pentingnya relevansi antara materi ajar dan kehidupan siswa.

3. Kurikulum 1964

Kurikulum 1964 diterapkan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Pada kurikulum ini, pendidikan di Indonesia berfokus pada Pancawardhana, yaitu pengembangan lima aspek utama, yaitu moral, kecerdasan, keterampilan, emosional/artistik, dan jasmani. Kurikulum ini menekankan pentingnya pembentukan karakter yang kuat pada siswa serta pengembangan keterampilan yang berguna untuk kehidupan sehari-hari.

Pancawardhana bertujuan agar siswa memiliki kemampuan menyeluruh, tidak hanya di bidang akademik, tetapi juga dalam hal keterampilan dan karakter. Fokus pada pendidikan moral dan karakter masih menjadi bagian penting dalam kurikulum ini.

siasat mahasiswa jurusan pendidikan freepik.com

foto: freepik.com

4. Kurikulum 1968

Setelah pergantian kepemimpinan nasional, Kurikulum 1968 diluncurkan untuk menggantikan kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini lebih berfokus pada tujuan pembangunan nasional, di mana pendidikan diarahkan untuk mencetak generasi yang setia kepada Pancasila dan UUD 1945.

Kurikulum 1968 masih menerapkan pendekatan holistik, namun lebih menekankan aspek akademis dan patriotisme. Sistem ini disesuaikan dengan kondisi politik saat itu, di mana pemerintah Orde Baru berupaya menanamkan loyalitas terhadap negara melalui pendidikan.

5. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 diperkenalkan dengan pendekatan yang lebih sistematis dan terstruktur. Kurikulum ini mengedepankan efisiensi dalam proses belajar mengajar, dengan menggunakan satuan pelajaran sebagai dasar pengajaran. Pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini adalah pendekatan tujuan, di mana setiap materi pelajaran dirumuskan berdasarkan tujuan yang jelas dan terukur.

Sistem evaluasi dalam Kurikulum 1975 juga lebih ketat, dengan penekanan pada kemampuan siswa dalam mencapai target-target pembelajaran yang telah ditetapkan. Kurikulum ini mencerminkan semangat modernisasi pendidikan yang berkembang pada masa itu.

6. Kurikulum 1984

Selanjutnya, pada tahun 1984, pemerintah memperkenalkan Kurikulum 1984 yang dikenal sebagai Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Konsep CBSA bertujuan untuk mendorong siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi pusat informasi, melainkan fasilitator yang membimbing siswa untuk menemukan pengetahuan secara mandiri.

Kurikulum 1984 mencoba untuk memodernisasi metode pembelajaran dengan memberikan lebih banyak ruang bagi siswa untuk berpikir kritis dan aktif berpartisipasi. Meski demikian, implementasi CBSA sering kali menemui kendala, terutama dalam hal kesiapan guru dan fasilitas sekolah.

7. Kurikulum 1994

Pada tahun 1994, Kurikulum 1994 diluncurkan sebagai upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan yang ada sebelumnya. Salah satu ciri khas dari kurikulum ini adalah penerapan sistem caturwulan, di mana tahun ajaran dibagi menjadi tiga periode (caturwulan). Kurikulum ini juga menggabungkan pendekatan tradisional dengan beberapa unsur pembelajaran aktif.

Namun, Kurikulum 1994 mendapat kritik karena beban belajar siswa yang terlalu berat. Materi yang terlalu padat dalam kurikulum ini membuat siswa kesulitan untuk mendalami setiap mata pelajaran secara optimal.

8. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi - KBK)

Kurikulum 2004, atau yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), menandai perubahan besar dalam sistem pendidikan Indonesia. Kurikulum ini menekankan pada pengembangan kompetensi yang harus dimiliki siswa, baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

Dalam KBK, proses pembelajaran lebih berfokus pada pengembangan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah dan menerapkan pengetahuan yang mereka pelajari dalam situasi kehidupan nyata. Guru diberi kebebasan lebih besar dalam memilih metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

35 Contoh saran untuk sekolah, bantu tingkatkan kemajuan fasilitas pendidikan  2024 brilio.net

foto: freepik.com

9. Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan - KTSP)

Kurikulum 2006, atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), memberikan kebebasan lebih besar kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Setiap sekolah diizinkan untuk menyusun kurikulum yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan lingkungan sekolah.

KTSP tetap mempertahankan prinsip-prinsip dasar dari KBK, namun memberikan fleksibilitas lebih dalam hal implementasi. Dengan demikian, setiap sekolah dapat lebih kreatif dalam menentukan metode pengajaran yang paling efektif.

10. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013, yang mulai diterapkan secara bertahap pada tahun 2013, merupakan pengembangan lebih lanjut dari KTSP. Kurikulum ini menekankan pada pendekatan tematik integratif, di mana materi pelajaran disusun secara tematik dan mengintegrasikan berbagai mata pelajaran. Tujuannya adalah untuk menciptakan pembelajaran yang lebih holistik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam Kurikulum 2013, siswa diajak untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, dengan menekankan pengembangan keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas.

Kurikulum Merdeka (2021 - Sekarang)

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum terbaru yang diterapkan di Indonesia sejak 2021. Kurikulum ini menekankan fleksibilitas dalam pembelajaran, di mana sekolah dan guru diberi kebebasan untuk menyesuaikan materi ajar sesuai dengan kondisi dan minat siswa. Kurikulum Merdeka juga fokus pada pengembangan karakter dan keterampilan abad 21, seperti kreativitas, berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi.

Kurikulum ini juga memperkenalkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila pada siswa melalui pembelajaran berbasis proyek. Fleksibilitas yang ditawarkan Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan kecepatan mereka masing-masing, dengan bimbingan guru sebagai fasilitator.