Brilio.net - Kalimat We are family here emang terdengar hangat, tapi nggak selalu kayak gitu kenyataannya. Banyak perusahaan yang pakai konsep 'keluarga' buat nutup-nutupin budaya kerja yang sebenarnya toxic. Alih-alih bikin nyaman, karyawan malah jadi sering ngerasa nggak sehat secara mental.
Kadang budaya kerja yang toxic susah kelihatan karena dibungkus kata-kata manis. Kalimat kayak kita di sini satu keluarga bisa dijadiin alasan buat nuntut loyalitas berlebihan, sampai-sampai waktu pribadi jadi nggak dihargai. Kalau udah kayak gini, karyawan sering ngerasa terbebani lalu kehilangan batasan antara kerjaan sama kehidupan pribadi.
Budaya kekeluargaan di kantor bisa bahaya kalau jadi alasan buat hal-hal yang nggak sehat. Karyawan jadi susah buat nolak kerjaan atau minta waktu istirahat karena takut dibilang nggak setia sama keluarga. Lama-lama, tekanan kayak gini bisa bikin stres yang ujungnya bikin mental jadi nggak sehat.
Nah, inilah 10 tanda company culture toxic yang dibungkus kata-kata 'We are family here', awas bikin mental nggak sehat! brilio.net sadur dari berbagai sumber, Sabtu (2/10)
Tanda company culture toxic yang dibungkus kata 'We are family here'
foto: freepik.com/freepik
1. Ekspektasi kerja lembur tanpa kompensasi
'Karena kita keluarga', karyawan diharapkan bekerja melewati jam kerja normal tanpa dibayar lembur. Kebanyakan company kerap gunain sentimen keluarga yang maksain karyawan lembur atau bahkan ngerjain tugas di akhir pekan.
Paling parahnya atasan sering kali beri hubungin karyawan diluar jam kerja, nggak mau tau deh kondisi karyawan yang penting kerjaan beres. Ada juga atasan yang selalu ngomong 'dalam keluarga kita harus saling membantu' padahal cara itu untuk eksploitasi waktu karyawan tanpa imbalan yang sepadan.
2. Urusan pribadi direcoki mulu
Bos atau HR-nya hobi banget ngurusin kehidupan pribadi karyawan. Mulai dari nanyain "Kapan nikah?", "Kok belum punya anak?", sampe ngingetin "Jangan hamil dulu ya, project masih banyak." WhatsApp diread aja harus, soalnya "Kita kan keluarga, masa chat keluarga dicuekin?" Duh!
3. Nggak boleh ngeluh sedikitpun
Kalo ada yang protes ataupun kasih kritik, langsung dicap "Gak loyal nih sama keluarga!" Semua orang dipaksa senyum terus kayak di iklan pasta gigi, padahal dalem hati pengen teriak. Motto mereka: "Good vibes only, guys!" tapi aslinya toxic vibes everywhere.
4. Job desc ngembang kemana-mana
Kamu direkrut jadi desainer, eh disuruh handling social media, sekalian ngurusin IT support, terus dipaksa jadi MC acara kantor. Protes? Langsung kena ceramah "Masa sama keluarga sendiri pilih-pilih kerjaan?" Waduh! Company kayak gini auto bikin mental break down.
5. Gaji kecil tapi tuntutan gede
Gaji UMR tapi ekspektasi kerja setara CEO. Kalo minta naik gaji, jawabnya "Yang penting kita happy-happy bareng ya! Tuh kan tiap Jumat ada pizza bareng." Sorry ya, pizza nggak bisa bayar cicilan motor boss!
6. Jabatan naik berdasarkan kedekatan
Promosi bukan karena prestasi tapi karena rajin nemenin bos karaoke atau jago ngopi-ngopi. Yang kerja keras bertahun-tahun kalah sama yang jago marketing pribadi. Alesan klasiknya: "Kita butuh orang yang bisa nyatu sama keluarga." Nah, lingkungan kerja kayak gini wajib banget dihindari.
7. Gosip everywhere
Kantor jadi kayak warung kopi, semua orang tau urusan pribadi kamu. Mulai dari masalah rumah tangga sampe cicilan KPR jadi bahan obrolan. "Sharing dong sama keluarga!" katanya. Padahal mah bergosip, dari pada berlarut-larut dalam lingkungan kerja yang begini mending ambil ancang-ancang untuk resign deh.
8. Drama queen kalo ada yang resign
Ngundur diri dari kerjaan aja dramanya lebih heboh dari sinetron. Dibilang pengkhianat lah, gak tau terima kasih lah. "Masa tega ninggalin keluarga sendiri?" Padahal, ketika ada karyawan yang resign sepatutnya didukung sebab menjadi salah satu cara mengembangkan karier kedepannya.
9. Aturan nggak jelas
SOP? Apaan tuh? Semua kebijakan based on mood bos. Kenaikan gaji? Tergantung zodiak. Masalah konflik? Diselesaikan ala "musyawarah keluarga" yang ujung-ujungnya yang pangkat tinggi yang menang.
Kerjaan yang nggak punya standar operasional emang bikin gedek. Bagaimana tidak, semua tugas bakal dilimpahin ke kamu yang punya jobdesk berbeda. Ujungnya jadi burnout bahkan bisa picu depresi di tempat kerja.
10. Work-life balance? Sorry nggak kenal
Weekend tetep harus standby, chat grup rame 24/7, cuti ditanyain mulu "Masa iya perlu liburan? Kan di kantor udah kayak rumah sendiri." Bruh, rumah sendiri aja gak segitunya!
Yup, kadang banyak banget perusahaan yang nggak peduli sama kesejahteraan karyawannya. Padahal, ketika karyawan merasa aman sekaligus nyaman di tempat kerjanya, otomatis bakal ningkatin produktivitas.
Tiap kerjaan punya tantangannya sendiri tapi kalau udah nunjukkin tanda toxic kayak gini mending susun strategi buat undur diri. Percaya deh bakal ada tempat yang lebih baik, yang lebih memanusiakan para pekerja.
Recommended By Editor
- 10 Culture shock anak start-up yang pindah ke corporate, dress code aja ada standarnya
- Jika kamu alami 7 tanda ini saat jalani rutinitas, artinya kamu harus beranjak ke tempat kerja baru
- 9 Ciri karyawan ghosting, aktif di sosmed tapi invisible di meeting
- Bukan cuma work-life balance, 9 company culture yang ditawarin perusahaan untuk gaet gen Z
- Nggak cuma 'noted', 11 bahasa kantor yang bikin kamu kedenger professional padahal sebenernya bingung