Brilio.net - Pernah dengar istilah "tertawa itu obat terbaik"? Nah, dalam dunia sastra, ada satu jenis teks yang bisa bikin kita tertawa sekaligus berpikir, namanya teks anekdot. Teks anekdot ini unik lho, karena tidak hanya menghibur tapi juga menyisipkan kritik atau sindiran dengan cara yang cerdas.

Salah satu bentuk teks anekdot yang sering kita jumpai adalah dalam bentuk percakapan atau dialog. Contoh percakapan teks anekdot ini biasanya pendek tapi mengena, dan sering kali mengangkat tema-tema sehari-hari atau isu-isu sosial yang sedang hangat. Menariknya, meski singkat, percakapan dalam teks anekdot ini bisa membuat kita tersenyum, tertawa, bahkan merenung.

Tapi, jangan salah! Membuat contoh percakapan teks anekdot yang bagus itu tidak semudah kelihatannya. Perlu kejelian dalam memilih tema, kecerdasan dalam menyusun dialog, dan tentunya sense of humor yang tajam. Biasanya, percakapan dalam teks anekdot ini melibatkan dua atau lebih karakter yang saling melempar komentar, dengan satu karakter yang memberikan "pukulan" atau twist di akhir percakapan.

Nah, buat kamu yang penasaran atau mungkin lagi butuh referensi untuk tugas sekolah, tenang aja! Di artikel ini, akan dibahas 15 contoh percakapan teks anekdot yang dijamin bikin kamu ngakak sekaligus mikir. Mulai dari yang ringan tentang kehidupan sehari-hari, sampai yang nyindir soal politik atau birokrasi.

Jadi, siap-siap ya! Kamu akan menjelajahi dunia teks anekdot yang seru melalui 15 contoh percakapan teks anekdot yang kocak abis. Selain bisa ketawa-ketawa, kamu juga bakal belajar cara menyampaikan pesan dengan cerdas dan menghibur. Yuk, langsung aja kita simak!

1. Di Kantor Pajak.

Petugas: "Pak, kenapa laporan pajaknya kosong semua?"
Wajib Pajak: "Lho, bukannya pajak itu untuk membangun negara?"
Petugas: "Iya, benar. Tapi apa hubungannya dengan laporan kosong ini?"
Wajib Pajak: "Saya sudah kosongkan semuanya biar pemerintah bisa isi sesuka hati. Kan katanya pemerintah yang paling tahu kebutuhan rakyat."
Petugas: (Menghela napas panjang) "Pak, bukan begitu cara kerjanya..."

2. Rapat Anggaran Daerah.

Kepala Dinas: "Jadi, berapa anggaran yang kita butuhkan tahun ini?"
Staf: "Berdasarkan perhitungan kami, sekitar 10 miliar, Pak."
Kepala Dinas: "Hmm... Oke, kita ajukan 20 miliar saja."
Staf: "Maaf, Pak. Kok bisa dobel begitu?"
Kepala Dinas: "Ah, kamu ini bagaimana. Namanya juga anggaran, pasti ada yang 'bocor' di jalan. Lebih baik kita siapkan dari awal."
Staf: "Tapi Pak, bukannya itu namanya korupsi?"
Kepala Dinas: "Ssst! Jangan keras-keras. Kita sebut saja 'dana taktis'."

3. Di Kelas Matematika.

Guru: "Joko, jika kamu punya 10 apel dan adikmu minta 2, berapa sisa apelmu?"
Joko: "10 apel, Bu."
Guru: "Kok bisa? Kan adikmu minta 2?"
Joko: "Iya, Bu. Tapi dia cuma minta, bukan ngambil. Lagipula, saya kan tidak bilang iya."
Guru: "Astaga, Joko. Kamu ini pelit sekali sama adik sendiri."
Joko: "Bukan pelit, Bu. Ini namanya pelajaran wirausaha. Tidak ada yang gratis di dunia ini."

4. Konsultasi Dokter.

Pasien: "Dok, saya sering lupa nih. Ada obatnya tidak?"
Dokter: "Oh, itu gejala umum kok. Ada obatnya, tapi..."
Pasien: "Tapi apa, Dok?"
Dokter: "Tapi jangan lupa meminumnya ya."
Pasien: "Lah, gimana saya bisa ingat minum obat kalau penyakit saya pelupa?"
Dokter: "Nah, itu dia. Makanya saya sarankan sekalian beli alat pengingat obat. Harganya cuma 5 juta."
Pasien: "Wah, mahal sekali, Dok!"
Dokter: "Tenang, bisa dicicil kok. Asal jangan lupa bayarnya saja."

5. Di Kantor Polisi.

Polisi: "Jadi, Anda mencuri TV karena lapar?"
Pencuri: "Iya, Pak. Saya sudah tiga hari tidak makan."
Polisi: "Lalu kenapa tidak mencuri makanan saja?"
Pencuri: "Ah, Bapak ini bagaimana. TV kan bisa dijual buat beli makanan, Pak. Saya juga mikir jangka panjang."
Polisi: "Tapi itu tetap illegal!"
Pencuri: "Lebih illegal mana, Pak? Saya mencuri TV atau pejabat yang korupsi miliaran?"
Polisi: (Terdiam sejenak) "Sudahlah, ayo kita proses saja kasusmu."

6. Wawancara Kerja.

Pewawancara: "Baik, sebutkan apa kelebihan Anda?"
Pelamar: "Saya sangat jujur, Pak."
Pewawancara: "Bagus. Lalu apa kelemahan Anda?"
Pelamar: "Saya suka bohong, Pak."
Pewawancara: (Bingung) "Lho, tadi katanya jujur?"
Pelamar: "Nah, itu dia kelemahan saya. Saya jujur kalau saya suka bohong."
Pewawancara: "Jadi, yang mana yang benar?"
Pelamar: "Pak, kalau saya bisa menjawab itu, artinya saya tidak punya kelemahan dong?"

7. Di Toko Baju.

Pelanggan: "Mbak, ada baju yang bisa bikin saya kelihatan lebih langsing?"
Penjaga Toko: "Wah, kebetulan nih Pak. Coba Bapak ke toko sebelah."
Pelanggan: "Lho, kok malah nyuruh ke toko lain? Bukannya di sini juga jual baju?"
Penjaga Toko: "Iya sih, Pak. Tapi di sebelah jual baju warna hitam semua. Katanya sih bisa bikin kelihatan lebih langsing."
Pelanggan: "Oh gitu... Tapi saya kan ke sini mau beli baju, bukan warna."
Penjaga Toko: "Ya sudah, Pak. Di sini juga ada kok baju yang bikin langsing."
Pelanggan: "Nah, gitu dong dari tadi. Mana bajunya?"
Penjaga Toko: "Ini Pak, baju olahraga. Dijamin langsing kalau dipakai rutin."

8. Rapat Desa.

Kepala Desa: "Baik, ada usul untuk pembangunan desa kita?"
Warga 1: "Bagaimana kalau kita bangun jembatan, Pak?"
Kepala Desa: "Hmm, ide bagus. Tapi di desa kita kan tidak ada sungai?"
Warga 2: "Nah, itu dia Pak. Kita gali sungai dulu, baru bangun jembatan."
Kepala Desa: "Lalu untuk apa kita bangun jembatan kalau bisa lewat jalan biasa?"
Warga 1: "Ya buat wisata lah, Pak. Kan lagi tren tuh foto-foto di jembatan."
Kepala Desa: (Menggeleng-gelengkan kepala) "Aduh, ini rapat pembangunan atau rapat bikin spot selfie?"

9. Di Bengkel.

Pelanggan: "Mas, mobil saya kenapa ya? Kalau belok kanan bunyi 'krek-krek', kalau belok kiri bunyi 'ngik-ngik'."
Montir: "Oh, itu sih gampang Pak. Tinggal putar radio lebih keras aja."
Pelanggan: "Lho, kok malah nyuruh naikin volume radio?"
Montir: "Ya biar suara 'krek-krek' sama 'ngik-ngik' nya nggak kedengeran, Pak."
Pelanggan: "Mas, saya ke sini mau benerin mobil, bukan belajar nyembunyiin masalah."
Montir: "Wah, maaf Pak. Saya kira bapak pejabat. Biasanya mereka suka solusi yang gitu."

10. Konsultasi Psikolog.

Pasien: "Dok, saya merasa tidak ada yang mengerti saya."
Psikolog: "Bisa tolong jelaskan lebih detail?"
Pasien: "Tuh kan, Dokter juga tidak mengerti!"
Psikolog: "Saya sedang berusaha memahami Anda dengan meminta penjelasan lebih lanjut."
Pasien: "Kalau Dokter memang mengerti, harusnya tahu dong apa yang saya maksud tanpa saya jelaskan."
Psikolog: "Baik, bagaimana kalau kita coba pendekatan lain? Anda ingin saya mengerti Anda tanpa Anda harus menjelaskan, begitu?"
Pasien: "Nah, akhirnya Dokter mengerti juga!"
Psikolog: (Menghela napas) "Sepertinya saya yang butuh konsultasi setelah ini."

11. Di Salon.

Pelanggan: "Mbak, potong rambutnya yang bagus ya. Saya mau kelihatan lebih muda."
Penata Rambut: "Siap, Bu. Tapi rambutnya tetap yang lama ya, tidak bisa diganti jadi rambut bayi."
Pelanggan: "Maksud saya, modelnya yang bikin awet muda."
Penata Rambut: "Oh, kalau itu sih gampang. Tinggal kita botak semua, pasti kelihatan seperti bayi baru lahir."
Pelanggan: "Aduh Mbak, masa iya saya dibotak?"
Penata Rambut: "Lho, katanya mau kelihatan lebih muda? Bayi kan botak, Bu."
Pelanggan: (Facepalm) "Ya sudah, potong biasa saja deh."

12. Rapat Partai Politik.

Ketua: "Kita butuh slogan yang menarik untuk kampanye nanti."
Anggota 1: "Bagaimana kalau 'Kami Bekerja untuk Rakyat'?"
Ketua: "Terlalu umum. Ada usul lain?"
Anggota 2: "Bagaimana kalau 'Kami Bohong, tapi Tidak Sering-sering'?"
Ketua: "Hei, itu terlalu jujur! Kita bisa kehilangan pemilih."
Anggota 3: "Saya ada ide, Pak. 'Pilih Kami, Dijamin Tidak Lebih Buruk dari yang Lain'."
Ketua: "Hmm... menarik. Tapi rasanya masih kurang greget."
Anggota 1: "Bagaimana kalau kita tambahkan 'Kalau Lebih Buruk, Anda Boleh Protes. Tapi Kami Tidak Janji Mendengarkan'."
Ketua: "Nah, ini baru namanya slogan politik!"

13. Di Perpustakaan.

Pengunjung: "Mbak, ada buku tentang 'Cara Menghilangkan Kebiasaan Menunda Pekerjaan' tidak?"
Pustakawan: "Ada, tapi sedang dipinjam. Mau pesan?"
Pengunjung: "Boleh deh, Mbak. Tapi jangan hari ini ya, besok saja saya pesannya."
Pustakawan: "Lho, bukannya Anda butuh buku itu untuk menghilangkan kebiasaan menunda?"
Pengunjung: "Iya sih, Mbak. Tapi kan saya belum baca bukunya, jadi masih boleh menunda kan?"
Pustakawan: "Aduh, Pak. Kalau begini terus, kapan mau berubahnya?"
Pengunjung: "Tenang, Mbak. Pasti berubah kok... besok."
Pustakawan: (Menepuk jidat) "Ya ampun..."

14. Belajar Bahasa Asing.

Guru: "Dalam bahasa Inggris, 'I' artinya 'saya'. Jadi kalau mau bilang 'saya lapar', bahasa Inggrisnya apa?"
Murid: "I hungry!"
Guru: "Hampir benar. Yang tepat 'I am hungry'. Nah, kalau 'saya bodoh' bagaimana?"
Murid: "You stupid!"
Guru: "Hei, kok malah menghina guru?"
Murid: "Lho, bukannya 'you' itu artinya 'saya' ya, Bu?"
Guru: "Bukan, 'you' itu artinya 'kamu'."
Murid: "Oh... Berarti kalau 'saya pintar' bahasa Inggrisnya 'You smart' ya, Bu?"
Guru: (Menghela napas panjang) "Sepertinya ibu harus mulai dari awal lagi..."

15. Di Kantor Imigrasi.

Petugas: "Maaf Pak, foto di paspor Anda tidak mirip."
Pemohon: "Ya iyalah, Mbak. Itu kan foto 10 tahun yang lalu."
Petugas: "Tapi Pak, ini fotonya masih basah."
Pemohon: "Oh, itu... Saya baru saja mengelapnya dengan air."
Petugas: "Mengelap foto dengan air? Untuk apa?"
Pemohon: "Ya biar kelihatan lebih muda, Mbak. Kan 10 tahun yang lalu."
Petugas: "Pak, ini kantor imigrasi, bukan salon kecantikan."
Pemohon: "Jadi tidak bisa ya, Mbak?"
Petugas: "Tidak bisa, Pak. Silakan ambil nomor antrian lagi untuk foto ulang."
Pemohon: "Aduh, antri lagi? Tidak bisa pakai yang ini saja? Saya janji tidak akan menua lagi deh."
Petugas: (Memutar bola mata) "Pak, kalau bisa stop waktu, saya juga mau..."