Brilio.net - Anekdot seringkali digunakan sebagai media untuk menyampaikan sindiran atau kritik dengan cara yang ringan dan jenaka. Dalam kehidupan sehari-hari, kamu tentu pernah bertemu dengan seseorang yang bermuka dua, yaitu mereka yang di depan bersikap baik, tetapi di belakang bersikap sebaliknya. Orang-orang seperti ini kadang membuat bingung dan kesal, namun bisa menyikapi mereka dengan cara yang lebih cerdas, salah satunya melalui bahasa satire dalam bentuk anekdot.

Anekdot berfungsi sebagai refleksi sosial yang menyentuh sisi humor, tanpa harus terlalu frontal dalam menyampaikan pesan. Dengan gaya bahasa yang menggelitik, kamu bisa menyampaikan sindiran kepada teman yang bermuka dua secara lebih halus dan tidak menimbulkan konflik. Bahkan, anekdot seperti ini bisa menjadi pengingat bagi kamu dan orang lain untuk lebih berhati-hati dalam bersikap dan berbicara.

Berikut ini adalah 20 contoh teks anekdot menyindir teman bermuka dua, yang brilio.net himpun dari berbagai sumber pada Kamis (5/9).

teks anekdot menyindir teman muka dua © 2024 Freepik.com

teks anekdot menyindir teman muka dua
© 2024 Freepik.com/Berbagai Sumber

1. “Rina itu sahabat yang serba bisa. Di depan A, dia bisa jadi A. Di depan B, dia bisa jadi B. Multi-talenta, ya!”

2. “Roni selalu mendukung aku di depan. Tapi anehnya, setiap aku butuh bantuan, dia sibuk mendukung orang lain di belakang.”

3. “Si Maya itu paling baik kalau di depan kita. Kayaknya, topeng kebaikannya memang dibuat khusus untuk kita lihat.”

4. “Setiap kali Anton tersenyum ke aku, aku langsung bingung. Senyum itu buat aku, atau buat orang di belakangku?”

5. “Rina itu kayak konsultan sejati. Di depanku, dia kasih solusi. Di belakangku, dia bahas semua masalahku.”

6. “Kamu gak akan pernah tahu sisi lain dari Roni. Kalau di depan kamu, dia selalu baik. Tapi di belakang, jangan kaget kalau ternyata dia sudah jadi ‘sutradara’.”

7. “Mira itu selalu jadi pemain utama dalam hidup orang lain. Tapi anehnya, perannya selalu berubah tiap kali ada ‘penonton’ baru.”

8. “Kalau soal pencitraan, Dito itu jagonya. Di depan kita, dia penuh perhatian. Di belakang kita, dia juga penuh cerita... tentang kita.”

9. “Setiap kali ada konflik, Nia selalu muncul sebagai juru damai. Sayangnya, dia juga yang menyalakan api di belakang.”

10. “Adrian itu kayak bunglon. Berubah-ubah tergantung siapa yang ada di depannya. Kalau bunglon berubah warna, Adrian berubah sikap.”

teks anekdot menyindir teman muka dua © 2024 Freepik.com

teks anekdot menyindir teman muka dua
© 2024 Freepik.com/Berbagai Sumber

11. “Lina selalu bilang aku sahabatnya. Tapi anehnya, setiap ada gosip baru, aku malah jadi tamu tak diundang di pembicaraannya.”

12. “Di depan kita, dia terang benderang. Di belakang kita, dia sembunyi dalam kegelapan sambil bawa obor gosip.”

13. “Roni bilang dia selalu mendukung. Ternyata dia mendukung sambil mengamati, menunggu waktu yang pas buat cerita di belakang.”

14. “Kalau Fina bicara, hati-hati. Di depanmu dia setuju, di belakangmu dia punya versi lain dari cerita yang sama.”

15. “Temanku selalu bilang dia gak suka drama. Tapi anehnya, setiap kali ada masalah, dia kayak pengasuh yang menjaga dramanya tetap hidup.”

16. “Budi selalu menyesuaikan diri dengan baik. Di depan aku, dia teman sejati. Di belakang, dia beradaptasi jadi teman sejati orang lain.”

17. “Indra selalu tersenyum manis di depanku. Tapi begitu aku berpaling, senyumnya berubah jadi sesuatu yang lain. Kayaknya aku gak tahu apa artinya.”

18. “Setiap kali ada masalah, Rina selalu muncul jadi penyelamat. Tapi entah kenapa, dia juga yang selalu menjelajahi rumor tentang masalah itu.”

19. “Bagas itu kayak penulis cerita. Setiap kali ada cerita baru, dia yang jadi pengarangnya. Tapi, ceritanya selalu beda tergantung siapa pendengarnya.”

20. “Di depanku, Lina selalu fokus mendengarkan. Tapi di belakang, dia lebih fokus mengalihkan topik, dari mendengarkan jadi menceritakan.”