Brilio.net - Larangan menekuk dua kaki ke atas saat berbaring sudah lama beredar di masyarakat. Konon, kebiasaan ini dianggap bisa membawa kesialan, bahkan dipercaya dapat menyebabkan orang tua meninggal.

Meski terdengar nggak logis, mitos semacam ini sering kali bertujuan untuk menyampaikan pesan tertentu, terutama terkait nilai kesopanan. Nggak heran kalau mitos ini bisa menjadi peringatan untuk selalu menjaga sikap, terutama saat berada di lingkungan keluarga.

Walaupun belum ada bukti ilmiah yang mendukung, larangan seperti ini sering kali dikaitkan dengan norma sosial. Terlebih di Indonesia yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dan kesopanan sehingga larangan ini selalu dilestarikan.

Nah, brilio.net akan mengulas lebih dalam tentang 8 makna di balik mitos larangan menekuk 2 kaki ke atas saat berbaring, Minggu (24/11)

Makna mitos menekuk 2 kaki ke atas saat berbaring

Makna mitos menekuk 2 kaki ke atas saat berbaring © 2024 freepik.com

foto: freepik.com/freepik

1. Menghormati orang tua

Salah satu penjelasan utama tentang mitos ini yakni pentingnya menunjukkan rasa hormat kepada orang tua atau yang lebih tua. Dalam banyak budaya, tindakan tubuh seperti menekuk kaki dianggap sebagai bentuk ketidakadaban bahkan penghinaan terhadap orang yang lebih tua. Mitos ini mengajarkan generasi muda untuk selalu menjaga sikap, terlebih ketika berada di dekat orang yang lebih tua.

2. Mengenalkan nilai kesopanan

Mitos ini juga dapat dianggap sebagai cara untuk mengajarkan anak-anak dan remaja mengenai tata krama. Dalam budaya tertentu, cara duduk maupun berbaring bisa mencerminkan sikap seseorang terhadap keluarga serta masyarakat. Menekuk kaki ke atas saat berbaring bisa dianggap tidak sopan, sekaligus mitos ini menjadi pengingat agar seseorang selalu menjaga sopan santun dalam berbagai situasi.

3. Mengundang energi negatif

Posisi kaki terangkat dipercaya bisa mengundang makhluk halus yang tidak diinginkan. Masyarakat percaya bahwa posisi ini membuka pintu bagi hal-hal gaib untuk mengganggu. Larangan ini juga dikaitkan dengan konsep arah kaki yang sebaiknya tidak mengarah ke atas atau ke arah yang dianggap sakral.

Makna mitos menekuk 2 kaki ke atas saat berbaring © 2024 freepik.com

foto: freepik.com/katemangostar

4. Membawa kesialan

Kebiasaan menekuk kaki ke atas konon bisa mendatangkan kesialan maupun nasib buruk. Posisi yang dianggap tidak sopan ini dipercaya bisa mempengaruhi peruntungan seseorang di masa depan. Masyarakat menggunakan kepercayaan ini untuk mendidik anak-anak agar selalu menjaga sikap dan posisi tubuh dengan baik.

5. Simbolisme kehormatan

Menekuk kaki saat berbaring sering kali dianggap sebagai simbol yang kurang terhormat dalam beberapa tradisi. Mitos ini mengajarkan bahwa tubuh kita harus berada dalam posisi yang penuh penghormatan, terutama ketika berinteraksi dengan orang yang lebih tua. Hal ini berkaitan dengan konsep menghormati serta menghargai orang yang sudah lebih dulu hidup.

6. Menghambat rezeki

Kebiasaan menekuk kaki ke atas dipercaya dapat menghambat sekaligus membuang rezeki yang seharusnya datang. Posisi kaki yang mengarah ke atas dianggap seperti menolak berkah yang turun dari langit. Nggak heran kalau masyarakat percaya sikap tubuh ini bisa mempengaruhi kelancaran rezeki dalam berbagai bentuk, baik pekerjaan, usaha, maupun kesejahteraan.

Makna mitos menekuk 2 kaki ke atas saat berbaring © 2024 freepik.com

foto: freepik.com/DC Studio

7. Mengajarkan disiplin diri

Mitos ini juga bisa menjadi cara untuk mengajarkan disiplin diri kepada generasi muda. Dengan mengikuti aturan-aturan sederhana seperti ini, seseorang dilatih untuk bisa menahan keinginan pribadi demi kepentingan yang lebih besar, seperti rasa hormat terhadap orang tua atau anggota keluarga lainnya.

8. Keterkaitan dengan takdir atau nasib

Posisi tubuh maupun tindakan sehari-hari diyakini dapat memengaruhi nasib seseorang. Mitos ini mungkin berakar pada keyakinan bahwa tindakan yang dianggap tidak sopan dapat membawa akibat buruk, bahkan menciptakan takdir yang tidak diinginkan. Sehingga, dengan mengikuti mitos ini, seseorang berharap dapat menghindari nasib buruk yang bisa terjadi jika mereka melanggar norma yang ada.