8 Mitos meludah setelah berziarah, agar tak diikuti makhluk halus

Brilio.net - Tradisi ziarah makam sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat di Indonesia. Ziarah ke makam kerabat biasanya dilakukan untuk mendoakan sekaligus mengenang sosok yang berarti dalam hidupmu. Nah, momen saat berziarah ini pun tak lepas dari berbagai mitos yang melatarbelakanginya.

Salah satunya mitos soal meludah di area pemakaman setelah selesai berziarah. Kebiasaan ini dipercaya sebagai cara untuk mencegah makhluk halus mengikuti pulang. Pasalnya area pekuburan erat kaitannya dengan hal-hal mistis.

Nggak heran bila kerap jadi sasaran berbagai mitos di masyarakat termasuk soal wajib meludah usai berziarah. Alasannya, banyak yang meyakini bahwa area makam jadi tempat berkumpulnya berbagai energi gaib. Meludah dipercaya sebagai simbol penolakan terhadap energi-energi tersebut agar tidak ikut mengganggu kehidupan sehari-hari.

Meski terdengar nggak masuk akal, namun anggapan ini masih tetap dipegang oleh sebagian orang. Nah, artikel ini akan mengupas berbagai mitos meludah setelah berziarah, brilio.net rangkum dari berbagai sumber, Kamis (5/12)

Mitos meludah setelah berziarah.

foto: freepik.com/freepik

1. Agar tidak diikuti makhluk halus.

Meludah setelah berziarah sering kali dianggap sebagai tindakan untuk menjaga diri dari makhluk halus yang mungkin mengikuti pulang. Menurut mitos, area makam dipenuhi energi tak kasatmata yang bisa melekat pada pengunjung. Meludah dipercaya sebagai simbol membersihkan diri dari energi tersebut sehingga tidak terbawa ke rumah lalu mengganggu kehidupan sehari-hari.

2. Mengusir aura negatif dari makam.

Makam diyakini menjadi tempat yang penuh dengan aura negatif. Meludah setelah meninggalkan area makam dipercaya sebagai cara untuk melepaskan diri dari aura tersebut. Dengan begitu, tubuh dan pikiran dianggap kembali bersih sebelum kembali ke lingkungan sehari-hari.

foto: freepik.com/freepik

3. Menghormati batas antara dunia nyata dan gaib.

Beberapa orang percaya bahwa meludah jadi bentuk penghormatan kepada makhluk gaib yang berdiam di area makam. Tindakan ini dianggap sebagai tanda bahwa seseorang tidak ingin melewati batas-batas dunia nyata dan gaib. Bisa dibilang, meludah menjadi simbol perpisahan dengan dunia makam sebelum melanjutkan perjalanan.

4. Menghindari rasa lemas setelah ziarah.

Mitos lain mengatakan meludah membantu mencegah rasa berat, lelah, atau lemas setelah berziarah. Energi dari makam diyakini dapat memengaruhi fisik seseorang. Dengan meludah, energi tersebut dianggap terbuang lalu tubuh bisa kembali segar.

foto: freepik.com/freepik

5. Mencegah mimpi buruk tentang arwah.

Meludah setelah berziarah juga dikaitkan dengan upaya untuk mencegah mimpi buruk. Ada anggapan bahwa energi dari makam dapat masuk ke alam bawah sadar sekaligus menyebabkan seseorang bermimpi tentang arwah atau suasana angker. Ketika meludah usai berziarah dipercaya membantu menutup pintu agar energi tersebut tidak memengaruhi mimpi.

6. Simbol penolakan terhadap gangguan gaib.

Meludah sering dilihat sebagai bentuk pernyataan tegas bahwa seseorang tidak ingin diganggu oleh makhluk gaib. Tindakan ini dianggap sebagai penolakan terhadap segala bentuk gangguan yang mungkin datang setelah ziarah. Dengan begitu, makhluk halus diharapkan memahami pesan tersebut lalu tidak mengikuti.

foto: freepik.com/rawpixel.com

7. Memutus jejak kehadiran di makam.

Mitos lain menyebutkan kalau meludah membantu memutus jejak kehadiran seseorang di makam. Beberapa kepercayaan meyakini bahwa makhluk gaib dapat mengikuti jejak pengunjung yang meninggalkan makam. Meludah dianggap sebagai cara untuk menghapus jejak tersebut agar makhluk gaib tidak dapat menemukannya.

8. Membuat arwah tenang di tempatnya.

Terakhir, meludah juga dipercaya memiliki dampak pada arwah yang dikunjungi saat ziarah. Tindakan ini dianggap sebagai simbol kalau seseorang telah mengakhiri kunjungan lalu ingin arwah tetap tenang di tempat peristirahatannya. Dengan begitu, arwah tidak merasa perlu mengikuti pengunjung pulang maupun mencari perhatian lebih lanjut.

Mitos-mitos ini mencerminkan kepercayaan tradisional yang diwariskan turun-temurun dan masih diyakini oleh sebagian masyarakat hingga saat ini. Meski tidak memiliki dasar ilmiah, banyak orang tetap melakukannya sebagai bagian dari tradisi.