Brilio.net - Gerhana bulan memiliki banyak mitos yang hingga kini masih dipercaya orang. Banyak yang percaya bahwa gerhana bulan membawa hal-hal mistis, salah satunya ialah kedatangan Batara Kala, sosok mitologi Bali yang menyerupai raksasa dalam cerita rakyat.
Selain Batara Kala, beberapa orang percaya bahwa gerhana bulan dapat membawa nasib buruk. Nggak heran kalau masyarakat bahkan memiliki tradisi khusus, seperti memukul panci atau membunyikan kentongan untuk mengusir roh jahat. Mitos-mitos ini menarik karena masih dipercaya oleh sebagian orang, meski tak memiliki dasar ilmiah.
Kepercayaan terhadap mitos gerhana bulan sering kali diwariskan turun-temurun, sehingga sulit untuk dihilangkan. Meski ilmu pengetahuan sudah menjelaskan proses terjadinya gerhana bulan, kepercayaan lama ini tetap bertahan. Dengan mengenal lebih dalam mitos-mitos tersebut, kamu bisa memahami dari sudut pandang lain, seperti sisi budaya yang unik serta menarik dari fenomena ini.
Tanpa menunggu lama lagi, berikut ini ulasan lengkap 8 mitos perihal gerhana bulan, disadur brilio.net dari berbagai sumber pada Rabu (13/11).
foto: freepik.com/wirestock
1. Batara Kala menelan bulan.
Dalam banyak cerita rakyat, terutama di Indonesia, gerhana bulan sering dianggap sebagai peristiwa ketika Batara Kala, sosok raksasa yang haus akan darah berusaha menelan bulan. Kepercayaan ini membuat banyak orang merasa perlu membuat kebisingan, seperti memukul kentongan untuk mengusir Batara Kala agar bulan tidak tertelan sepenuhnya. Mitos ini berkembang dari kisah-kisah kuno yang ingin menjelaskan fenomena langit secara menakutkan, sebelum adanya pengetahuan ilmiah tentang gerhana.
2. Gerhana bulan membawa nasib buruk.
Beberapa budaya percaya bahwa gerhana bulan merupakan tanda datangnya bencana. Dalam tradisi masyarakat kuno, hilangnya cahaya bulan dianggap sebagai pertanda marabahaya, sehingga saat gerhana terjadi, banyak orang akan berdoa atau mengadakan ritual khusus untuk menolak bala. Kepercayaan ini masih ditemukan di beberapa tempat, meskipun secara ilmiah tidak ada bukti yang mendukung kaitan antara gerhana bulan dan peristiwa buruk.
3. Ibu hamil harus berlindung selama gerhana.
Mitos ini cukup populer di kalangan masyarakat Asia, termasuk Indonesia. Ada yang percaya bahwa ibu hamil sebaiknya tidak keluar rumah selama gerhana bulan karena dikhawatirkan bayi mereka akan lahir dengan cacat. Ibu hamil bahkan diminta menggunakan peniti di perut mereka sebagai perlindungan terhadap efek negatif gerhana. Secara medis, tidak ada bukti yang mendukung kepercayaan ini, dan gerhana tidak memiliki pengaruh langsung terhadap janin atau kehamilan.
foto: freepik.com/vladimircech
4. Hewan liar menjadi lebih agresif.
Ada kepercayaan bahwa selama gerhana bulan, hewan liar seperti anjing atau serigala menjadi lebih agresif dan berbahaya. Mitos ini mungkin berkembang dari pengamatan masyarakat yang melihat perubahan perilaku hewan saat terjadi perubahan cahaya. Meski ada beberapa hewan yang mungkin kebingungan saat lingkungan mendadak menjadi gelap, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa gerhana membuat hewan menjadi agresif.
5. Gerhana memengaruhi kesehatan mental.
Sebagian orang percaya bahwa gerhana bulan dapat memengaruhi kesehatan mental atau emosional manusia, sehingga membuat orang merasa lebih mudah cemas. Mitos ini mungkin muncul karena gerhana sering dianggap sebagai peristiwa aneh yang memengaruhi energi alam sekitar.
Meski demikian, tidak ada bukti ilmiah bahwa gerhana bulan memiliki efek psikologis langsung terhadap manusia, serta perubahan suasana hati yang mungkin dirasakan lebih cenderung bersifat sugesti.
6. Air berubah lebih kotor saat gerhana.
Mitos ini berkembang di kalangan masyarakat yang percaya bahwa air terkontaminasi selama gerhana bulan. Dalam beberapa budaya, orang-orang bahkan akan menghindari mandi maupun minum air dari sumber tertentu saat gerhana berlangsung. Padahal, secara ilmiah tidak ada hubungan antara gerhana bulan dan kualitas air. Mitos ini kemungkinan muncul dari ketakutan terhadap hal-hal yang tampak misterius serta tidak lazim.
foto: freepik.com/wirestock
7. Pertanda buruk bagi panen dan hasil bumi.
Di kalangan petani, gerhana bulan kadang-kadang dianggap sebagai pertanda buruk bagi panen. Sebagian orang percaya bahwa bulan yang menghilang dapat membuat tanah jadi tidak subur. Kepercayaan ini mungkin berkaitan dengan keyakinan bahwa cahaya bulan memengaruhi kesuburan tanaman, sehingga hilangnya bulan dianggap sebagai tanda negatif. Namun, tidak ada bukti ilmiah bahwa gerhana bulan memengaruhi kesuburan tanah atau hasil panen.
8. Gerhana adalah pertempuran antara baik dan buruk.
Terakhir, mitos gerhana bulan diyakini sebagai simbol pertempuran antara kekuatan baik dan jahat. Gerhana dianggap sebagai saat di mana kegelapan mencoba “mengalahkan” cahaya bulan. Lalu ketika gerhana berakhir, itu dilihat sebagai kemenangan cahaya atas kegelapan.
Mitos ini lahir dari pandangan kuno yang menganggap peristiwa alam sebagai representasi simbolis dari kehidupan spiritual manusia. Fenomena alam seperti gerhana memang memiliki daya tarik tersendiri, tetapi dari segi ilmiah, gerhana bulan hanyalah peristiwa orbit bulan yang alami dan teratur.
Recommended By Editor
- 7 Ide menu makan siang ala rumahan, lezat, tidak bikin bosan dan mudah dibuat
- Apa benar membawa keberuntungan? Ini 5 mitos tentang menemukan uang di jalan
- 9 Resep makanan tradisional Indonesia, enak, sederhana, dan mudah dibuat di rumah
- Konon bisa membawa keberuntungan, ini 7 mitos menyimpan uang di bawah bantal
- 10 Resep masakan Jepang yang enak dan mudah dibuat di rumah
- Mengenal kanker rektum, gejala, penyebab, dan cara mencegahnya
- 9 Arti mitos larangan suami menggunting sesuatu saat istri hamil, disebut sebabkan bayi lahir cacat
- 8 Mitos membuang air panas di selokan, bisa bangkitkan energi negatif yang merusak suasana rumah
- 8 Penyakit ini sering muncul di musim hujan, lengkap dengan cara menjaga daya tahan tubuh
- Inovasi pengobatan kanker rektum bisa dilakukan tanpa angkat anus, kenali penyebab & gejalanya
- 12 Kejadian random yang mitosnya bawa hoki, kepala kena kotoran burung auto kaya?