Brilio.net - Dunia hiburan Korea Selatan kembali berduka. Aktor Park Min Jae yang dikenal melalui drama My Damn Business (2024), meninggal dunia pada 29 November 2024 di China. Menyadur dari Xports News, penyebab kematiannya yakni henti jantung.

Berita ini pertama kali disampaikan oleh adik Park Min Jae melalui media sosial. Ia mengungkapkan harapannya agar sosok kakaknya tetap dikenang oleh semua orang yang mengenalnya. Selain itu, agensi sang aktor, Big Title, juga mengonfirmasi kabar duka ini. Disebutkan bahwa Park Min Jae terakhir kali berpamitan untuk perjalanan ke China selama sebulan sebelum kabar duka ini tiba.

Diketahui jenazah sang aktor akan disemayamkan di Pemakaman Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul, Korea Selatan. Upacara pemakaman dijadwalkan berlangsung pada Rabu, 4 Desember 2024 pukul 09.30 waktu setempat. Hingga kini, lokasi peristirahatan terakhirnya belum diputuskan.

Menilik dari peristiwa tersebut, tentu banyak yang bertanya-tanya apa yang menyebabkan seseorang bisa mengalami henti jantung, gelaja hingga langkah pencegahan agar kualitas jantung lebih sehat. Nah, supaya lebih memahami apa itu henti jantung, yuk simak ulasan lengkap di bawah ini yang disadur brilio.net dari berbagai sumber, Selasa (3/12).

Apa itu henti jantung?

Aktor Park Min-jae meninggal dunia karena henti jantung © 2024 freepik.com

foto: freepik.com

Henti jantung (cardiac arrest) adalah kondisi medis serius di mana jantung tiba-tiba berhenti memompa darah ke seluruh tubuh. Henti jantung terjadi ketika aktivitas listrik jantung secara mendadak terhenti, menyebabkan pemberhentian fungsi pemompaan darah.

Berbeda dengan serangan jantung yang disebabkan oleh sumbatan aliran darah, henti jantung adalah gangguan sistem kelistrikan jantung yang menyebabkan detak jantung berhenti total. Dalam kondisi ini, pasokan oksigen ke organ-organ vital terputus secara langsung.

Saat henti jantung terjadi, jantung mengalami aritmia atau gangguan irama yang parah, biasanya berbentuk fibrilasi ventrikel. Sel-sel otot jantung kehilangan kemampuan untuk berkontraksi secara terkoordinasi, mengakibatkan detak jantung tidak teratur lalu akhirnya berhenti sama sekali. Tanpa penanganan cepat, sel-sel otak akan mulai mengalami kerusakan dalam waktu 4-6 menit karena kekurangan oksigen.

Penyebab henti jantung

Aktor Park Min-jae meninggal dunia karena henti jantung © 2024 freepik.com

foto: freepik.com/stockking

Henti jantung dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi fungsi jantung dan sistem peredaran darah. Penyebab utama dari henti jantung yakni gangguan irama jantung (aritmia), yang terjadi ketika impuls listrik yang mengatur detak jantung terganggu. Adapun beberapa penyebab henti jantung yang paling umum:

1. Gangguan irama jantung (aritmia).

Salah satu penyebab utama henti jantung adalah gangguan irama jantung, seperti fibrilasi ventrikel dan takikardia ventrikel. Fibrilasi ventrikel ialah kondisi di mana ventrikel jantung (ruang bawah jantung) bergetar secara tidak teratur lalu tidak dapat memompa darah secara efektif.

Takikardia ventrikel yakni detak jantung yang sangat cepat, yang juga dapat mengganggu kemampuan jantung untuk memompa darah dengan baik. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan jantung berhenti berdetak atau berdetak dengan ritme yang tidak cukup kuat untuk menjaga aliran darah ke organ tubuh. Menurut American Heart Association (AHA), aritmia menjadi penyebab paling umum dari henti jantung mendadak.

2. Serangan jantung.

Serangan jantung yang terjadi ketika aliran darah ke otot jantung terhambat akibat penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat memicu henti jantung. Ketika otot jantung kekurangan oksigen, otot tersebut bisa mengalami kerusakan yang menyebabkan gangguan pada fungsi listrik jantung.

Serangan jantung seringkali mengarah pada arrhythmia berbahaya, seperti fibrilasi ventrikel yang dapat menyebabkan henti jantung. Penelitian yang diterbitkan dalam Circulation: Arrhythmia and Electrophysiology mengungkapkan bahwa henti jantung seringkali mengikuti serangan jantung yang tidak ditangani dengan cepat.

3. Penyakit jantung bawaan.

Penyakit jantung bawaan, yaitu kelainan jantung yang ada sejak lahir juga dapat meningkatkan risiko henti jantung. Beberapa kondisi, seperti kelainan katup jantung maupun gangguan pada pembuluh darah utama dapat mengganggu fungsi jantung.

Sebagai contoh, pada kelainan arteri koroner bawaan, pembuluh darah yang menyuplai darah ke jantung tidak berkembang dengan baik, menyebabkan kekurangan oksigen pada jantung sekaligus memicu aritmia yang dapat berujung pada henti jantung.

Penelitian yang dipublikasikan di Journal of the American College of Cardiology, menunjukkan bahwa individu dengan penyakit jantung bawaan lebih rentan mengalami henti jantung mendadak pada usia muda.

4. Gangguan elektrolit.

Gangguan kadar elektrolit dalam tubuh, seperti kalium, magnesium, hingga natrium juga dapat mengganggu fungsi listrik jantung lalu menyebabkan henti jantung. Elektrolit berperan penting dalam menjaga keseimbangan listrik sel-sel jantung dan ketidakseimbangan dalam elektrolit ini bisa mengarah pada gangguan irama jantung.

Misalnya, kadar kalium yang sangat rendah atau tinggi dapat menyebabkan jantung berdetak tidak teratur, meningkatkan risiko henti jantung. Dalam studi yang diterbitkan oleh American Journal of Medicine, ditemukan bahwa gangguan elektrolit yang tidak diobati bisa berkontribusi pada kejadian henti jantung mendadak.

5. Trauma atau kecelakaan.

Trauma fisik, seperti kecelakaan kendaraan atau cedera akibat olahraga juga bisa menjadi penyebab henti jantung. Cedera yang parah pada dada dapat merusak jantung secara langsung, sehinngga menyebabkan gangguan irama bahkan henti jantung.

Trauma fisik yang mempengaruhi dada maupun kepala juga dapat memicu reaksi saraf yang mengganggu irama jantung. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Trauma and Acute Care Surgery melaporkan bahwa trauma fisik jadi salah satu penyebab utama henti jantung pada pasien yang mengalami kecelakaan serius.

6. Pengaruh obat-obatan dan zat berbahaya.

Penggunaan obat-obatan tertentu, termasuk obat jantung, obat penenang, hingga obat-obatan terlarang, dapat menyebabkan gangguan irama jantung yang berisiko menimbulkan henti jantung. Misalnya, penggunaan obat terlarang seperti kokain dapat meningkatkan tekanan darah sekaligus detak jantung secara ekstrem yang dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel atau henti jantung.

7. Kondisi medis lain.

Beberapa kondisi medis lain seperti hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, hingga obesitas dapat meningkatkan risiko henti jantung. Hipertensi yang tidak terkendali dapat menyebabkan pembesaran jantung, yang mengarah pada masalah irama jantung.

Diabetes, yang dapat merusak pembuluh darah dan saraf, juga meningkatkan risiko terjadinya gangguan jantung maupun henti jantung. Obesitas, terutama jika disertai dengan sindrom metabolik, dapat memperburuk kondisi jantung serta meningkatkan risiko terjadinya henti jantung mendadak.

Henti jantung kondisi yang disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari gangguan irama jantung, serangan jantung, hingga kondisi medis lainnya. Penanganan cepat sangat penting untuk meningkatkan peluang bertahan hidup bagi penderita henti jantung.

Oleh karena itu, menjaga gaya hidup sehat, melakukan pemeriksaan jantung rutin, hingga mengelola faktor risiko dengan baik merupakan langkah yang sangat penting untuk mencegah terjadinya henti jantung.

Gejala henti jantung

Aktor Park Min-jae meninggal dunia karena henti jantung © 2024 freepik.com

foto: freepik.com/8photo

Henti jantung mendadak adalah kondisi yang terjadi secara tiba-tiba. Gejala utama yang biasanya muncul adalah kehilangan kesadaran atau pingsan. Meski begitu, beberapa orang yang mengalami henti jantung mendadak mungkin menunjukkan gejala awal, seperti:

- Pusing

- Lemas

- Nyeri dada

- Sesak napas

- Jantung berdebar

Cara mengatasi henti jantung

Mengatasi henti jantung memerlukan tindakan cepat dan tepat. Tanpa penanganan yang segera, henti jantung dapat berakibat fatal dalam waktu yang sangat singkat. Adapun langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi henti jantung:

1. Melakukan resusitasi jantung paru (rjp).

Resusitasi jantung paru (RJP) jadi langkah pertama yang harus dilakukan saat menghadapi henti jantung. RJP bertujuan untuk membantu memompa darah ke organ tubuh vital, terutama otak yang sangat membutuhkan oksigen. Menurut American Heart Association (AHA), RJP yang dilakukan dalam dua menit pertama dapat meningkatkan peluang bertahan hidup hingga dua kali lipat.

Langkah RJP dimulai dengan memberikan kompresi dada yang kuat dan cepat, sekitar 100 hingga 120 kali per menit. Pastikan dada ditekan sedalam 5 hingga 6 cm pada orang dewasa dengan memastikan bahwa tekanan yang diberikan cukup kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

2. Penggunaan defibrillator eksternal otomatis (aed).

Jika tersedia, defibrillator eksternal otomatis (AED) dapat digunakan untuk memberikan kejut listrik pada jantung yang berhenti berdetak. AED membantu mengembalikan ritme jantung yang normal. Penggunaan AED dalam waktu cepat dapat meningkatkan peluang kelangsungan hidup pasien henti jantung.

Sebuah studi yang diterbitkan di The Lancet mengungkapkan bahwa penggunaan AED dalam waktu 3-5 menit setelah kejadian henti jantung mendadak dapat meningkatkan peluang selamat hingga 70%. AED sangat mudah digunakan karena memberikan petunjuk suara yang jelas, meskipun orang yang melakukan RJP tidak terlatih.

3. Memanggil bantuan medis.

Sementara menunggu tim medis tiba sangat penting untuk segera memanggil layanan darurat (misalnya 911 di AS atau 112 di Indonesia). Menurut penelitian yang diterbitkan oleh Journal of the American College of Cardiology, semakin cepat bantuan medis profesional tiba, semakin besar kemungkinan pasien henti jantung untuk bertahan hidup. Petugas medis dapat memberikan intervensi lebih lanjut, seperti pemberian obat-obatan untuk mengembalikan ritme jantung normal atau prosedur invasif seperti pemasangan alat pacu jantung.

4. Pengelolaan faktor risiko.

Setelah berhasil menangani kondisi akut, langkah selanjutnya ialah mengelola faktor risiko untuk mencegah henti jantung terulang kembali. Menjaga pola makan sehat, rutin berolahraga, serta mengelola tekanan darah hingga kadar kolesterol jadi kunci utama dalam mencegah penyakit jantung yang dapat menyebabkan henti jantung. Studi dari European Heart Journal menunjukkan bahwa orang yang memiliki tekanan darah tinggi, diabetes, maupun kolesterol tinggi memiliki risiko lebih besar untuk mengalami henti jantung mendadak.

5. Penggunaan alat pacu jantung.

Pada beberapa kasus, pasien yang selamat dari henti jantung mendadak perlu menggunakan alat pacu jantung (pacemaker) atau defibrillator internal (ICD) untuk mencegah aritmia berbahaya di masa depan. Alat ini dapat mendeteksi dan mengoreksi detak jantung yang tidak teratur. Penelitian dalam Circulation menunjukkan bahwa penggunaan ICD dapat mengurangi angka kematian pada pasien dengan riwayat henti jantung mendadak.