Brilio.net - Belakangan ini, kamu pasti sering melihat berita tentang masyarakat yang turun ke jalan untuk menyuarakan pendapat mereka. Salah satu yang paling hangat adalah reaksi terhadap aksi DPR yang menganulir putusan MK terkait aturan Pilkada 2024. Berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga pekerja, ikut serta dalam gerakan ini untuk menyampaikan aspirasi mereka.

Bagi kamu yang masih muda dan baru pertama kali ikut turun ke jalan, mungkin kamu merasa bingung dengan istilah-istilah yang sering digunakan. Demonstrasi, unjuk rasa, dan aksi massa - apa sih bedanya? Sekilas, ketiga istilah ini memang terdengar mirip dan sering digunakan secara bergantian. Tapi tahukah kamu bahwa sebenarnya ada perbedaan di antara ketiganya?

Penting bagi kamu untuk memahami perbedaan ini, terutama jika kamu berencana untuk ikut serta dalam kegiatan semacam ini. Pengetahuan ini tidak hanya akan membantu kamu memahami konteks situasi dengan lebih baik, tapi juga memastikan kamu bisa berpartisipasi dengan aman dan bertanggung jawab. Dirangkum brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (22/8), yuk kita bahas satu per satu perbedaan antara demonstrasi, unjuk rasa, dan aksi massa, serta sejarahnya di Indonesia.

Perbedaan penyebutan demonstrasi, unjuk rasa dan aksi massa.

Apa bedanya demonstrasi unjuk rasa dan aksi massa Berbagai sumber

foto: liputan6.com

1. Demonstrasi

Demonstrasi, atau yang sering disingkat demo, adalah istilah yang paling umum digunakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demonstrasi didefinisikan sebagai "pernyataan protes yang dikemukakan secara massal". Demonstrasi biasanya melibatkan sekelompok orang yang berkumpul di tempat umum untuk menyampaikan pendapat atau tuntutan mereka kepada pihak berwenang atau publik umum.

2. Unjuk rasa

Unjuk rasa adalah terjemahan langsung dari istilah "protest" dalam bahasa Inggris, yang lebih fokus pada tindakan menunjukkan ketidaksetujuan atau ketidakpuasan terhadap suatu kebijakan atau tindakan tertentu. Istilah ini sering digunakan media massa untuk menggambarkan protes yang dilakukan dengan cara damai, seperti berkumpul di suatu tempat untuk menyampaikan aspirasi. Perbedaan utama antara unjuk rasa dan demonstrasi terletak pada intensitas dan skala aksinya. Unjuk rasa biasanya lebih kecil dan tidak selalu melibatkan pergerakan massa yang besar, namun lebih mengedepankan penyampaian pesan secara simbolis.

3. Aksi massa

Aksi massa adalah istilah yang lebih umum dan bisa mencakup berbagai bentuk kegiatan protes atau perlawanan publik. Istilah ini sering digunakan para aktivis untuk menggambarkan situasi di mana sejumlah besar orang berkumpul untuk menunjukkan kekuatan atau menekan pihak tertentu agar memenuhi tuntutan mereka. Aksi massa bisa berbentuk demonstrasi, unjuk rasa, atau kegiatan lainnya seperti karnaval, pawai, panggung musik, atau teatrikal yang melibatkan partisipasi luas dari masyarakat. Aksi massa seringkali terjadi dalam situasi krisis atau ketika isu yang dihadapi sangat penting bagi masyarakat luas, sehingga mereka merasa perlu turun ke jalan untuk mengekspresikan pendapat mereka.

Sejarah aksi massa di Indonesia.

Apa bedanya demonstrasi unjuk rasa dan aksi massa Berbagai sumber

foto: brilio/Ikhlas Alfaridzi

1. Era kolonial

Sejarah aksi massa di Indonesia dapat ditelusuri kembali ke era kolonial, ketika rakyat Indonesia mulai menyuarakan penentangan terhadap penjajahan Belanda. Pada awal abad ke-20, aksi-aksi massa seringkali diorganisir oleh gerakan nasionalis seperti Sarekat Islam dan Budi Utomo. Demonstrasi pada masa ini bertujuan untuk menuntut hak-hak politik dan sosial, serta kemerdekaan dari penjajahan. Salah satu aksi massa terbesar pada masa itu adalah demonstrasi anti-penjajahan yang terjadi pada tahun 1926, yang kemudian menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia.

2. Era Orde Lama

Pada era Orde Lama, aksi massa menjadi alat utama bagi Presiden Sukarno untuk menggerakkan massa dalam mendukung kebijakan-kebijakannya, terutama dalam hal politik luar negeri dan ekonomi. Aksi massa yang terkenal pada masa ini adalah aksi "Ganyang Malaysia" pada tahun 1963, di mana ribuan rakyat Indonesia turun ke jalan untuk menentang pembentukan Federasi Malaysia. Aksi ini menunjukkan bagaimana aksi massa digunakan sebagai alat mobilisasi politik yang kuat oleh pemerintah.

3. Era reformasi

Era reformasi yang dimulai pada akhir 1990-an ditandai oleh aksi massa besar-besaran yang akhirnya menggulingkan rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Demonstrasi mahasiswa yang dimulai pada tahun 1998 adalah salah satu contoh paling signifikan dari aksi massa di Indonesia, di mana ribuan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia turun ke jalan untuk menuntut reformasi politik, ekonomi, dan hukum. Aksi ini akhirnya berhasil memaksa Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, menandai berakhirnya Orde Baru dan awal dari era Reformasi di Indonesia.

4. Pasca-Reformasi

Setelah era Reformasi, aksi massa tetap menjadi bagian penting dari dinamika politik di Indonesia. Aksi-aksi ini sering kali terkait dengan isu-isu sosial, politik, dan ekonomi, seperti demonstrasi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) atau protes menentang undang-undang yang dianggap merugikan rakyat. Salah satu contoh aksi massa pasca-reformasi yang terkenal adalah demonstrasi menentang Undang-Undang Cipta Kerja pada tahun 2020, di mana ribuan orang turun ke jalan untuk menuntut pencabutan undang-undang tersebut yang dianggap merugikan buruh dan pekerja.

4. Era teknologi digital

Dalam beberapa tahun terakhir, aksi massa di Indonesia telah berkembang dengan bantuan teknologi dan media sosial. Teknologi memungkinkan mobilisasi massa menjadi lebih cepat dan efisien, serta memperluas jangkauan pesan protes. Contohnya adalah gerakan "Save KPK" pada tahun 2015, di mana media sosial digunakan secara efektif untuk menggalang dukungan dan mengorganisir aksi massa dalam rangka mendukung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melawan upaya pelemahan dari pihak-pihak tertentu. Aksi massa yang terorganisir dengan bantuan teknologi ini menunjukkan bagaimana evolusi metode protes di Indonesia.