Brilio.net - Sebuah cerita unik yang menarik perhatian global belakangan ini adalah keputusan tidak biasa dari seorang remaja asal Jerman bernama Lasse Stolley. Remaja tersebut memilih untuk tinggal, hidup, dan bekerja di dalam gerbong kereta yang sedang beroperasi. Baru berusia 17 tahun, ia memutuskan menjalani kehidupan sebagai pengembara modern, meninggalkan rumah orang tuanya dan bepergian ke seluruh penjuru negaranya.
Walaupun sebagian besar remaja berusia 17 tahun baru mulai mempertimbangkan ide untuk meninggalkan rumah orang tua mereka, Lasse Stolley telah menjalani kehidupan mandiri selama lebih dari satu setengah tahun. Yakin bahwa pendidikan formalnya telah selesai, ia berhasil meyakinkan orang tuanya untuk membiarkannya meninggalkan rumah mereka di Fockbek, Schleswig-Holstein, dan memulai petualangan uniknya dengan naik kereta pada usia 16 tahun.
Bukan hal mudah bagi Stolley untuk meyakinkan orang tuanya di awal, banyak upaya untuk meyakinkan. Sehingga mereka akhirnya setuju, dan selama satu setengah tahun terakhir, remaja Jerman ini tinggal di kereta api, bepergian ke seluruh negara asalnya, bekerja sebagai coder di siang hari, dan tidur di kereta malam di malam hari.
foto: Instagram/@lassestolley
Stolley yang mengidentifikasi dirinya sebagai digital nomad, menjelaskan bahwa meskipun privasi sangat terbatas dalam tempat tinggalnya yang tidak konvensional ini, ia sangat menikmati kebebasan dan fleksibilitas yang diberikannya. Namun, ia harus mengeluarkan jumlah uang yang besar untuk hidup di kereta berjalan, kurang lebih Stolley menghabiskan uang 10.000 euro atau Rp 170 juta dalam setahun.
“Saya telah hidup di kereta sebagai digital nomad selama satu setengah tahun,” kata Stolley kepada Business Insider.
“Pada malam hari saya tidur di kereta Intercity Express (ICE) yang bergerak dan pada siang hari saya duduk di kursi, di meja dan bekerja sebagai programmer, dikelilingi oleh banyak penumpang dan penumpang lainnya. Saya bepergian dari satu ujung negara ke ujung lainnya. Saya menjelajahi seluruh Jerman,” imbuhnya.
Apa itu digital nomad?
Seperti yang telah dikatakan oleh Stolley, ia mengklaim dirinya sebagai digital nomad. Namun apa itu digital nomad? Apa yang membedakan dengan orang yang terus berpindah tempat untuk terus bertahan hidup? Untuk menjawab rasa penasaranmu tentang digital nomad yang dijalani oleh Lasse Stolley, kali ini brilio.net telah merangkum dari berbagai sumber untuk membuatmu lebih mengerti apa itu digital nomad, Jumat (15/3).
Di era globalisasi dan teknologi digital yang berkembang pesat, semakin banyak orang memilih gaya hidup yang tidak konvensional. Mereka disebut sebagai "digital nomad", para pekerja yang memanfaatkan teknologi untuk bekerja dari mana saja di dunia ini. Dari kafe yang ramai hingga tepi pantai yang tenang, digital nomad mengubah lokasi menjadi kantor mereka. Fenomena ini tidak hanya mengubah cara orang bekerja, tetapi juga membuka pintu bagi petualangan dan kebebasan yang tak terbayangkan sebelumnya.
Jadi bisa disimpulkan bahwa digital nomad adalah seseorang yang menggunakan teknologi digital untuk bekerja secara fleksibel dan independen, sering kali melakukan pekerjaan jarak jauh (remote) dari lokasi-lokasi yang berbeda di seluruh dunia. Gaya hidup digital nomad ini memungkinkan mereka untuk bekerja dari mana saja dengan koneksi internet, biasanya menggunakan laptop atau perangkat mobile lainnya, seperti yang dilakukan oleh Lasse Stolley.
Lasse Stolley mengungkapkan tinggal di kereta api juga memiliki keuntungan tersendiri, karena memungkinkan kaum muda nomaden untuk mengunjungi hampir seluruh wilayah Jerman, mulai dari laut di utara hingga Pegunungan Alpen untuk mendaki, serta kota-kota yang ramai seperti Berlin dan Munich. Semuanya hanya berjarak satu perjalanan kereta api, dan dia sudah terbiasa melakukan perjalanan sekitar 600 mil per hari. Dia memperkirakan dia telah melakukan perjalanan lebih dari 300.000 mil dengan kereta api sejak meninggalkan rumah orang tuanya.
foto: Instagram/@lassestolley
Namun, tentunya menjadi seorang digital nomad bukanlah hal yang semata-mata menyenangkan untuk dilakukan meskipun bisa berkeliling ke daerah manapun. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tetap bisa hidup layak, mulai dari kebersihan, manajemen keuangan yang bagus agar tidak boncos, dan perencanaan jadwal yang matang di tengah melakukan digital nomad.
“Bulan-bulan awal sangat sulit dan saya harus belajar banyak tentang cara kerjanya. Segalanya berbeda dari yang saya bayangkan,” kata Stolley.
“Setiap malam saya harus memastikan bahwa saya naik kereta malam dan terkadang saya harus menjadwal ulang dengan sangat cepat karena tiba-tiba tidak tiba.” imbuhnya.
Stolley sering nongkrong di gerbong kelas satu ketika dia tidak sedang mengerjakan laptopnya dan kebanyakan makan di lounge Deutsche Bahn di stasiun kereta api di seluruh negeri. Kebersihan pribadi sedikit lebih rumit, karena ia harus mandi di kolam renang umum dan pusat rekreasi. Karena tinggal di kereta api bukanlah hal yang ideal, dan Lasse Stolley yang berusia 17 tahun tidak merasa akan melakukan hal tersebut seumur hidupnya.
Recommended By Editor
- Punya apartemen Rp 30 M, 9 potret kamar Uya Kuya ini pakai lampu berteknologi canggih, auto nyala
- Tetap tarawih meski dilanda banjir, perjuangan warga Jambi naik sampan demi ke masjid ini tuai sorotan
- Dulu tinggal di kos 2x2 meter kini di kompleks elit, 9 potret rumah Tom Liwafa kamarnya bak bangsawan
- 15 Resep lauk dari tahu untuk buka puasa, enak, sederhana, dan bikin nagih
- Tanpa serum penuaan, dokter ini tunjukkan cara cegah kerutan di wajah pakai 1 bahan makanan