Brilio.net - Kurikulum Merdeka adalah salah satu inovasi dalam dunia pendidikan Indonesia yang dirancang untuk menjawab kebutuhan zaman. Perubahan ini bertujuan memberikan keleluasaan bagi sekolah dan siswa untuk lebih bebas dalam menentukan metode belajar yang sesuai.
Kurikulum ini diharapkan mampu mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Perubahan menuju Kurikulum Merdeka terjadi karena adanya kebutuhan akan sistem pendidikan yang lebih fleksibel dan adaptif.
Pasalnya, model pembelajaran yang kaku dinilai kurang mampu mengakomodasi perkembangan teknologi maupun informasi yang pesat. Dengan memberikan ruang kebebasan bagi siswa untuk mengembangkan potensinya, kurikulum ini menekankan pada prinsip pembelajaran yang relevan.
Meski begitu, penerapan Kurikulum Merdeka tidak hanya sebatas perubahan materi, tetapi juga menyentuh aspek pengajaran hingga evaluasi. Pada hakikatnya prinsip yang mendasari kurikulum ini menekankan kolaborasi, kreativitas, hingga kemandirian.
Selain itu, komponen utamanya juga melibatkan keterlibatan aktif guru dan siswa dalam menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal serta kontekstual. Berikut ini ulasan lengkap tentang kurikulum Merdeka lengkap dengan pengertian, prinsip, dan komponen utamanya, yang disadur brilio.net dari berbagai sumber, Senin (9/9).
Latar belakang lahirnya Kurikulum Merdeka.
foto: kemendikbud
Berbagai penelitian baik di tingkat nasional maupun internasional menunjukkan bahwa Indonesia telah lama mengalami masalah signifikan dalam pembelajaran dan ketimpangan edukasi. Berbagai faktor dan kondisi lainnya berkontribusi terhadap masalah ini.
Krisis pembelajaran di Indonesia semakin memburuk akibat pandemi COVID-19 yang berlangsung selama dua tahun, yang memperlebar jurang kesenjangan pendidikan. Banyak anak-anak Indonesia mengalami keterlambatan belajar (learning loss) sehingga kesulitan dalam mencapai kompetensi dasar yang diharapkan.
Dalam situasi khusus pandemi ini, Pemerintah Indonesia menerbitkan Keputusan Menteri Nomor 719/P/2020 mengenai Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus. Di bawah pedoman ini, pembelajaran bisa mengikuti Kurikulum 2013, menggunakan Kurikulum Darurat yang merupakan versi disederhanakan dari Kurikulum 2013, atau menyederhanakan Kurikulum 2013 secara mandiri. Kurikulum Darurat disebut juga sebagai Kurikulum pada Kondisi Khusus dalam keputusan tersebut.
Data dari implementasi menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan Kurikulum Darurat mencapai hasil belajar yang lebih baik, dibandingkan siswa yang mengikuti Kurikulum 2013 secara lengkap, terlepas dari latar belakang sosio-ekonomi mereka. Survei terhadap 18.370 siswa kelas 1-3 SD di 612 sekolah di 20 kabupaten/kota dari 8 provinsi pada April-Mei 2021, menunjukkan perbedaan hasil belajar yang signifikan antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat.
Perbedaan skor dalam literasi dan numerasi setara dengan sekitar 4 bulan pembelajaran. Untuk numerasi, siswa yang mengikuti Kurikulum 2013 memperoleh skor 482 sementara siswa yang menggunakan Kurikulum Darurat mendapatkan skor 517. Dalam hal literasi, skor siswa dengan Kurikulum 2013 adalah 532, sedangkan siswa dengan Kurikulum Darurat mencapai skor 570.
Pada 2022, Kemendikbudristek memperkenalkan kebijakan kurikulum sebagai langkah untuk mengatasi ketertinggalan pembelajaran dan pemulihan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Pedoman Penerapan Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran.
Alhasil, Kemendikbudristek pun memberikan tiga pilihan kurikulum kepada satuan pendidikan untuk dipilih berdasarkan kebutuhan dan konteks masing-masing. Pilihan tersebut meliputi:
1. Kurikulum 2013 secara penuh
2. Kurikulum Darurat
3. Kurikulum Merdeka
Apa itu Kurikulum Merdeka?
foto: freepik.com/jcomp
Kurikulum Merdeka adalah model kurikulum yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Indonesia sebagai bagian dari upaya reformasi pendidikan.
Kurikulum ini dirancang untuk memberikan lebih banyak kebebasan dan fleksibilitas kepada sekolah, guru, hinga siswa dalam mengelola proses pembelajaran. Dalam Kurikulum Merdeka, fokus utamanya adalah pada pengembangan potensi siswa secara optimal, dengan pendekatan yang lebih personal, kontekstual, serta sesuai dengan kebutuhan setiap siswa.
Salah satu alasan utama diperkenalkannya Kurikulum Merdeka adalah untuk merespons tantangan global yang semakin kompleks, seperti perkembangan teknologi, perubahan pola kerja, dan kebutuhan akan keterampilan abad ke-21.
Kurikulum ini diharapkan mampu mempersiapkan siswa menghadapi dunia yang terus berubah, dengan menekankan pada pengembangan keterampilan seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.
Kurikulum Merdeka memiliki beberapa prinsip utama yaitu fleksibilitas dalam proses pembelajaran, pengembangan karakter siswa melalui Profil Pelajar Pancasila, serta pembelajaran berbasis proyek atau project-based learning (PBL).
Komponen utama dari kurikulum ini mencakup struktur pembelajaran yang lebih sederhana, asesmen yang lebih fleksibel, serta penguatan peran guru sebagai fasilitator. Melalui pendekatan ini, siswa diharapkan tidak hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga mampu menerapkan keterampilan dalam kehidupan nyata.
Bisa dikatakan bahwa filosofi utama dari Kurikulum Merdeka ialah konsep "Merdeka Belajar," di mana siswa didorong untuk menekuni minat dan bakat mereka masing-masing. Setiap siswa dipandang unik, sehingga tolok ukur dalam menilai kemajuan mereka disesuaikan dengan potensi individu.
Dengan demikian, Kurikulum Merdeka memberikan otonomi bagi siswa dan sekolah untuk menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Penerapan kurikulum ini berlaku di semua jenjang pendidikan, mulai dari PAUD hingga SMA, serta di sekolah khusus dan pendidikan kesetaraan.
Lebih jauh dipahami, Kurikulum Merdeka memiliki tujuan dan prinsip yang wajib diketahui, diantaranya:
- Tujuan:
1. Mengembangkan potensi peserta didik secara holistik
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran
3. Mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan abad ke-21
4. Memperkuat pendidikan karakter
- Prinsip-prinsip:
1. Fleksibilitas
Memberikan kebebasan kepada sekolah dan guru untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan lokal.
2. Fokus pada kompetensi
Menekankan pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan pemecahan masalah.
3. Pembelajaran aktif
Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar.
4. Penilaian formatif
Menggunakan penilaian sebagai alat untuk meningkatkan pembelajaran, bukan hanya mengukur hasil akhir.
5. Kolaborasi
Mendorong kerja sama antara siswa, guru, dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya.
6. Teknologi
Mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran.
Perbedaan Kurikulum Merdeka dan Kurikulum sebelumnya.
foto: freepik.com
1. Filosofi dasar.
Kurikulum Merdeka mengedepankan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pengembangan potensi individu siswa, memberikan kebebasan untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan minat mereka.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, seperti Kurikulum 2013, yang lebih bersifat terstruktur dan berorientasi pada pencapaian standar kompetensi tertentu, Kurikulum Merdeka bertujuan untuk memberikan lebih banyak fleksibilitas serta kemandirian dalam proses pembelajaran.
2. Pendekatan pembelajaran.
Kurikulum Merdeka mempromosikan pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa terlibat dalam kegiatan praktis dan penelitian yang mendorong eksplorasi maupun kreativitas.
Sementara itu, Kurikulum 2013 lebih banyak menggunakan pendekatan berbasis kompetensi dengan penekanan pada pengetahuan maupun keterampilan yang terukur melalui ujian serta penilaian yang terstandarisasi.
3. Penilaian.
Dalam Kurikulum Merdeka, penilaian dilakukan secara holistik, menilai berbagai aspek perkembangan siswa, termasuk sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian ini lebih bersifat formatif, dengan umpan balik yang berkelanjutan untuk membantu siswa berkembang.
Kurikulum 2013, di sisi lain, cenderung lebih fokus pada penilaian hasil akhir, seperti ujian akhir semester dan ujian nasional yang menilai pencapaian kompetensi secara kuantitatif.
4. Struktur kurikulum.
Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menyesuaikan materi ajar maupun metodologi sesuai dengan konteks lokal serta kebutuhan siswa.
Hal ini termasuk kebebasan untuk mengintegrasikan konten lokal maupun proyek berbasis komunitas. Kurikulum sebelumnya, seperti Kurikulum 2013, memiliki struktur yang lebih baku, dengan silabus yang ditetapkan secara nasional dan harus diikuti secara ketat oleh semua satuan pendidikan.
5. Penggunaan teknologi.
Kurikulum Merdeka mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi secara lebih mendalam dalam proses pembelajaran. Teknologi digunakan sebagai alat untuk mendukung eksplorasi hingga kolaborasi, serta untuk meningkatkan keterampilan digital siswa.
Kurikulum 2013 juga mencakup penggunaan teknologi, tetapi integrasinya sering kali dianggap kurang mendalam maupun lebih terbatas pada penggunaan alat bantu pembelajaran tradisional.
6. Keterlibatan orang tua.
Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan, memberikan mereka peran yang lebih aktif dalam mendukung maupun memantau perkembangan anak.
Keterlibatan ini mencakup komunikasi yang lebih terbuka serta kolaborasi antara sekolah dan keluarga. Sebelumnya, keterlibatan orang tua dalam Kurikulum 2013 sering kali dianggap kurang terstruktur dan kurang diperhatikan dalam proses pembelajaran.
7. Kurikulum lokal dan adaptasi.
Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk mengadaptasi kurikulum dengan memasukkan konten lokal dan budaya yang relevan dengan komunitas sekitar.
Hal ini bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih relevan maupun bermakna bagi siswa. Sebaliknya, Kurikulum 2013 cenderung lebih seragam di seluruh wilayah Indonesia, dengan fokus pada standar nasional yang harus diterapkan di semua sekolah.
Komponen utama Kurikulum Merdeka.
foto: freepik.com
1. Profil pelajar pancasila: Landasan utama Kurikulum Merdeka yang menggambarkan karakter dan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh setiap lulusan.
Profil ini mencakup enam dimensi:
- Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
- Berkebinekaan global
- Bergotong royong
- Mandiri
- Bernalar kritis
- Kreatif
2. Capaian pembelajaran: yakni standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap jenjang pendidikan. Capaian pembelajaran ini disusun berdasarkan fase, bukan kelas, untuk memberikan fleksibilitas dalam proses pembelajaran.
3. Struktur Kurikulum: Terdiri dari mata pelajaran wajib, mata pelajaran pilihan, dan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Struktur ini dirancang untuk memberikan keseimbangan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
4. Pembelajaran: Menekankan pada pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, seperti:
- Pembelajaran berbasis projek
- Pembelajaran berbasis masalah
- Pembelajaran berbasis inkuiri
- Pembelajaran kolaboratif
5. Asesmen: Menggunakan berbagai metode penilaian yang komprehensif, termasuk:
- Asesmen formatif
- Asesmen sumatif
- Asesmen diagnostik
- Asesmen sebagai pembelajaran (assessment as learning)
6. Perangkat ajar: Meliputi berbagai sumber belajar dan alat bantu pembelajaran, seperti:
- Modul ajar
- Buku teks
- Media digital
- Alat peraga
7. Guru penggerak: Program pengembangan profesional untuk guru yang bertujuan meningkatkan kompetensi mereka dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.
8. Projek penguatan profil pelajar pancasila: Kegiatan pembelajaran lintas mata pelajaran yang dirancang untuk memperkuat karakter dan kompetensi sesuai Profil Pelajar Pancasila.
9. Sekolah Penggerak: Program percontohan untuk sekolah-sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka secara menyeluruh dan menjadi model bagi sekolah lain.
10. Rapor: Sistem pelaporan hasil belajar yang lebih komprehensif, tidak hanya fokus pada nilai akademis tetapi juga perkembangan karakter dan keterampilan siswa.
11. Platform Merdeka Mengajar: Sumber daya digital yang menyediakan berbagai materi, panduan, dan alat bantu untuk guru dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.
12. Pembelajaran diferensiasi: Pendekatan yang memungkinkan guru untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan individu siswa.
Semua komponen ini dirancang untuk saling mendukung dan terintegrasi, dengan tujuan menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih adaptif, relevan, serta berorientasi pada pengembangan potensi peserta didik secara holistik.
Recommended By Editor
- 7 Ide menu makan siang ala rumahan, lezat, tidak bikin bosan dan mudah dibuat
- 120 Contoh pertanyaan menarik untuk pacar, bangun ikatan kuat
- 9 Resep makanan tradisional Indonesia, enak, sederhana, dan mudah dibuat di rumah
- 50 Contoh kalimat saran untuk teman, saling mendukung dan menguatkan
- 10 Resep masakan Jepang yang enak dan mudah dibuat di rumah
- Ciri-ciri lagu daerah beserta fungsinya, penting dilestarikan
- 50 Contoh kalimat majemuk setara, beserta ciri dan jenisnya
- 50 Contoh kalimat transitif, pahami pengertian dan cirinya