Brilio.net - Menjelang Hari Raya Idul Adha, umat Islam dianjurkan untuk mengamalkan amalan-amalan kebaikan. Terutama melaksanakan puasa sunnah Idul Adha yakni puasa Dzulhijjah, Tarwiyah maupun puasa Arafah. Biasanya puasa Tarwiyah dilaksanakan pada setiap tanggal 8 Dzulhijjah.
Menyadur dari laman Baznas, puasa Tarwiyah menjadi awal rangkaian ibadah haji dimana para jamaah mulai mempersiapkan diri melaksanakan wukuf di Arafah. Ketika melaksanakan amalan puasa Tarwiyah maka memiliki banyak manfaat misalnya lebih sabar, punya empati kepada sesama dan sebagainya.
Selain itu, bagi kamu yang menjalani ibadah puasa sunnah Tarwiyah akan mendapat pahala sebagaimana pahala yang diperoleh Nabi Ayub. Menyadur dari riwayat Abu Hurairah dalam kitab Nuzhah Al-Majalis wa Muntakhab Al-Nafais berbunyi:
"Barangsiapa berpuasa pada hari Tarwiyah, maka Allah akan memberikan pahala seperti pahala kesabaran Nabi Ayub Alaihissalam atas musibahnya. Barang siapa berpuasa pada hari Arafah, maka Allah akan memberikan pahala kepadanya seperti pahala Nabi Isa Alaihissalam."
Usai mengetahui apa itu puasa Tarwiyah, yuk menelisik lebih dalam tentang niat, hukum, dan manfaat berpuasa menjelang Idul Adha, seperti dilansir brilio.net dari berbagai sumber pada Jumat (7/6)
Niat puasa Tarwiyah.
foto: freepik.com
Melansir dari laman NU Online, puasa Tarwiyah sebaiknya dilaksanakan dengan membaca niat sebagai berikut:
"Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillâhi ta'âlâ."
Artinya: Saya niat puasa sunah Tarwiyah karena Allah ta'âlâ.
Tata cara melaksanakan puasa Tarwiyah.
Ketika melaksanakan puasa Tarwiyah memang tidak ada bedanya dengan puasa Ramadhan lainnya. Adapun tata caranya sebagai berikut:
- Membaca niat puasa
- Bangun dan laksanakan sahur
- Menjaga diri dari hawa nafsu, tidak makan, minum, atau bahkan berkata kasar.
- Perbanyak amalan ibadah seperti zikir maupun sedekah.
- Berbuka puasa tepat waktu.
Hukum puasa Tarwiyah.
foto: freepik.com
Sebenarnya menelisik hukum pasti anjuran puasa Tarwiyah memang tidak ada. Hanya saja yang beredar di masyarakat bunyi hadis berikut yang sering kali dikaitkan dengan puasa Tarwiyah maupun puasa Arafah, yakni:
“Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu. Sedangkan puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah) akan mengampuni dosa dua tahun.”
Padahal, hadis tersebut tidak memiliki perawinya. Artinya ketika tidak memiliki perawinya maka tidak boleh dijadikan landasan suatu amalan. Perlu diketahui, hadits tersebut diriwayatkan dari Ibnu An Najjar dan Abusy Syaikh dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhu. Namun, Asy Syaukani dan Ibnul Jauzi menyatakan bila hadits itu adalah dusta atau tidak shahih, sebab dalam riwayatnya terdapat perawi pendusta.
Sementara, menurut Syeikh Al-Albani menuturkan hadirs tersbeut dhoif atau lemah sehingga tidak boleh diamalkan secara sendiri. Walau hadis tersebut dinyatakan doif namun para ulama mengingatkan untuk bisa berpuasa pada 8 Dzulhijjah namun bukan berdasarkan pada hadis tersebut.
Para ulama menegaskan bahwa keutamaan amalan pada awal bulan Dzulhijjah dan puasa lainnya sebaik-baiknya amalan yang bisa dilakukan. Riwayat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (SAW) dan para sahabatnya melakukan puasa pada awal bulan Dzulhijjah hingga tanggal 9 Dzulhijjah.
Rasulullah SAW:
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar (berangkat) jihad dengan jiwa dan hartanya lalu tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Daud No. 2438, Ibnu Majah No. 1727, Ahmad No. 1968, dan At-Tirmidzi No. 757, riwayat dari Ibnu ‘Abbas. Syeikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih)
Selain itu, ada pula keutamaan puasa awal bulan Dzulhijjah juga tercantum dalam hadist dari Hunaidah bin Kholid, yakni beberapa istri Rasulullah SAW, ia mengatakan:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari pada awal Dzulhijjah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, ….” (HR. Abu Daud No. 2437. Syaikhul Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dengan demikian perlu dipahami bahwa puasa Tarwiyah memang tidak memiliki landasan khususnya. Namun melaksanakan amalan puasa di awal bulan Dzulhijjah bisa dipanaskan. Tujuannya ikhlas beribadah kepada Allah SWT.
Menelisik manfaat puasa sebelum Idul Adha.
foto: freepik.com
Melansir dari NU Online, terdapat beberapa manfaat amalan puasa sebelum Hari Raya Idul Adha, diantaranya:
1. Menghapus dosa.
Ketika melaksanakan amalan sholeh terutama di bulan pertama Dzulhijjah dapat menghapus dosa-dosa kecil hingga besar, sebagaimana dalam hadis berikut:
"Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Lalu puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR Muslim).
2. Mendapat pahala berlipat ganda.
Diriwayatkan Abu Hurairah RA, manfaat puasa 10 hari pertama bulan Dzulhijjah bisa melipatgandakan pahala yang mengamalkannya.
"Tidak ada hari yang amal sholeh, lebih dicintai oleh Allah SWT daripada hari-hari yang sepuluh ini (10 hari pertama bulan Dzulhijjah). Sesungguhnya berpuasa satu hari di dalamnya membandingi berpuasa satu tahun. Melakukan sholat malam di dalamnya membandingi sholat malam pada malam Lailatul Qadar. Salah seorang sahabat bertanya 'Apakah lebih baik daripada jihad fisabilillah?' Beliau bersabda, 'Iya. Lebih baik daripada jihad fisabilillah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwa raganya kemudian dia tidak pernah kembali lagi (mati syahid)'." (HR At Tirmidzi dan Ibnu Majah).
3. Terbebas dari api neraka.
Terakhir, manfaat puasa sebelum Hari Raya Idul Adha yakni dibebaskan dari siksa api neraka. Sebagaimana dijelaskan dalam suatu riwayat yang berbunyi:
"Tidak ada hari di mana Allah SWT membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada Hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para Malaikat dan berkata: Apa yang mereka inginkan?" (HR Muslim)
Amalan saat Hari Raya Idul Adha.
foto: freepik.com
1. Memperbanyak takbir yang bisa dilaksanakan secara sendiri-sendiri. Umat Islam disunnahkan untuk mengumandangkan takbir yaitu mulai dari tenggelamnya matahari atau 9 Dzulhijjah, hingga ketika akan dilaksanakannya sholat Idul Adha, yang kemudian berakhir pada hari Tasyrik, yakni 13 Zulhijjah.
2. Mandi Idul Adha, yakni menyucikan diri sebelum melaksanakan sholat.
3. Tampil dengan pakaian yang rapi baik untuk pria maupun wanita.
4. Berjalan kaki menuju masjid, tujuannya supaya ketika di jalan saling bertegur sapa. Namun bila jarak rumah dan masjid jauh sah-sah saja pakai kendaran.
5. Jalin silaturahmi kepada sesama.
Recommended By Editor
- Tata cara menyembelih hewan kurban, doa, keutamaan, dan sejarahnya
- 40 Pantun ucapan sambut Idul Adha unik dan seru, cocok untuk dibagikan ke grup WhatsApp
- Tata cara sholat Idul Adha, niat, hukum beserta panduannya
- 16 Resep rendang kambing ala rumahan, enak, empuk, dan menggugah selera
- 17 Resep tongseng sederhana, enak, empuk, dan menggugah selera
- Rukun aqiqah, pengertian, tata cara, syarat dan hukumnya dalam Islam
- 17 Resep empal daging enak, empuk, sederhana, dan mudah dibuat