Brilio.net - Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang telah berperan penting dalam membentuk karakter dan pengetahuan para santri. Dengan perkembangan zaman, pesantren pun mengalami transformasi yang signifikan. Saat ini, kita mengenal dua jenis pesantren yang cukup populer, yaitu pesantren salaf dan pesantren modern.
Keduanya memiliki ciri khas dan pendekatan yang berbeda dalam mendidik santri. Namun, apa sebenarnya perbedaan antara pesantren salaf dan modern? Artikel ini akan membahas deretan perbedaan tersebut secara mendetail.
foto: X/@pojokNU
Bagi kamu yang mungkin belum familiar, pesantren salaf adalah jenis pesantren yang masih mempertahankan metode pengajaran tradisional. Sementara itu, pesantren modern mengadopsi metode pengajaran yang lebih kontemporer dan seringkali menggabungkan kurikulum umum dengan kurikulum agama.
Kedua jenis pesantren ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, yang tentunya dapat mempengaruhi pilihan orang tua dan santri dalam menentukan tempat belajar yang tepat. Menariknya, perbedaan antara pesantren salaf dan modern tidak hanya terletak pada metode pengajaran, tetapi juga pada aspek-aspek lain seperti fasilitas, kurikulum, dan interaksi sosial.
Dengan memahami perbedaan ini, kamu bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana kedua jenis pesantren ini beroperasi dan apa yang bisa diharapkan dari masing-masing. Berikut ulasan lengkapnya, dilansir brilio.net dari berbagai sumber pada Selasa (15/10).
Sejarah pesantren di Indonesia.
foto: Instagram/@komplek_el
Sejarah pesantren di Indonesia dimulai jauh sebelum masa kolonial. Pesantren pertama kali muncul sebagai pusat pendidikan Islam yang berfokus pada pengajaran kitab kuning, yaitu kitab-kitab klasik berbahasa Arab yang membahas berbagai aspek agama Islam. Pesantren pada masa itu berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang mandiri, di mana para santri tinggal dan belajar di bawah bimbingan seorang kiai.
Menurut beberapa sumber, pesantren tertua di Indonesia adalah Pesantren Tegalsari di Ponorogo, yang didirikan pada abad ke-18. Pada masa penjajahan Belanda, pesantren menjadi salah satu benteng pertahanan budaya dan agama Islam. Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai pusat pergerakan sosial dan politik.
Para santri dan kiai sering kali terlibat dalam perjuangan melawan penjajah, menjadikan pesantren sebagai simbol perlawanan dan kebangkitan nasional. Hari Santri yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober adalah salah satu bentuk penghargaan terhadap peran santri dan pesantren dalam sejarah perjuangan bangsa. Memasuki era kemerdekaan, pesantren mulai mengalami transformasi.
Banyak pesantren yang mulai mengadopsi kurikulum pendidikan umum untuk menyesuaikan dengan kebutuhan zaman. Hal ini menandai lahirnya pesantren modern yang menggabungkan pendidikan agama dan umum. Transformasi ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga mempersiapkan santri agar lebih siap menghadapi tantangan global.
Perbedaan pesantren salaf dan modern.
foto: Instagram/@ma_alimaksum
Pesantren salaf dikenal dengan pendekatan tradisionalnya dalam mendidik santri. Fokus utama dari pesantren salaf adalah pengajaran kitab kuning dan pendalaman ilmu agama. Metode pengajaran yang digunakan biasanya bersifat sorogan dan bandongan, di mana santri belajar langsung dari kiai dengan cara membaca dan mengkaji kitab-kitab klasik.
Pesantren salaf cenderung mempertahankan tradisi dan nilai-nilai lama, sehingga suasana belajar di pesantren ini sangat kental dengan nuansa keislaman yang mendalam. Santri di pesantren salaf biasanya lebih fokus pada pengembangan spiritual dan pemahaman agama yang mendalam.
Secara spesifik, berikut adalah lima perbedaan antara pesantren salaf dan pesantren modern:
1. Kurikulum pendidikan.
- Pesantren salaf: Fokus pada pengajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning) yang berisi ilmu-ilmu agama seperti fiqh, tafsir, hadits, dan tasawuf. Pendidikan lebih menekankan pada pemahaman teks-teks tradisional.
- Pesantren modern: Selain mengajarkan kitab-kitab klasik, juga mengintegrasikan kurikulum pendidikan formal seperti matematika, sains, dan bahasa asing. Pendekatan ini bertujuan untuk mempersiapkan santri menghadapi tantangan dunia modern.
2. Metode pengajaran.
- Pesantren salaf: Menggunakan metode pengajaran tradisional seperti sorogan (satu-satu) dan bandongan (kelompok), di mana santri mendengarkan dan mencatat penjelasan dari sang kiai.
- Pesantren modern: Mengadopsi metode pengajaran yang lebih variatif, termasuk diskusi, presentasi, dan penggunaan teknologi dalam proses belajar mengajar.
3. Fasilitas dan infrastruktur.
- Pesantren salaf: Biasanya memiliki fasilitas yang lebih sederhana dan tradisional, dengan fokus utama pada masjid dan ruang belajar.
- Pesantren modern: Memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan modern, seperti laboratorium, perpustakaan digital, dan akses internet untuk mendukung pembelajaran.
4. Tujuan pendidikan.
- Pesantren salaf: Bertujuan untuk mencetak ulama dan ahli agama yang mendalami ilmu-ilmu Islam secara mendalam.
- Pesantren modern: Bertujuan untuk mencetak lulusan yang tidak hanya memahami ilmu agama tetapi juga siap bersaing di dunia kerja dan pendidikan tinggi.
5. Kegiatan ekstrakurikuler.
- Pesantren salaf: Kegiatan ekstrakurikuler lebih terbatas dan biasanya berfokus pada kegiatan keagamaan seperti pengajian dan hafalan Al-Quran.
- Pesantren modern: Menawarkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang lebih beragam, termasuk olahraga, seni, dan organisasi siswa, untuk mengembangkan bakat dan minat santri di berbagai bidang.
Recommended By Editor
- Resolusi jihad Hari Santri, sejarah, faktor, dan dampak setelahnya
- Peran santri di Indonesia, dari era kemerdekaan sampai kemajuan digital
- Begini penjelasan tema Hari Santri 2024 lengkap dengan link download logo
- Faktor penyebab bullying di pesantren, bukan hanya karena salah pergaulan
- Kisah pesantren tunarungu, mendidik santri menjadi penghapal Alquran dengan bahasa isyarat
- Cara menjaga es batu agar tak mencair ala anak pesantren ini nggak kepikiran, idenya bikin ngakak