Brilio.net - Puasa Ramadhan merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat Islam yang dilakukan selama sebulan penuh di bulan Ramadhan. Puasa Ramadhan memiliki banyak hikmah dan keutamaan, seperti menghapus dosa, meningkatkan taqwa, maupun melatih kesabaran. Namun, untuk memperoleh pahala dan keberkahan di puasa Ramadhan, kamu harus menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar.

Salah satu hal yang penting dalam menjalankan puasa Ramadhan adalah niat. Niat ialah kehendak atau tekad yang ada di dalam hati untuk melakukan sesuatu karena Allah SWT. Niat menjadi syarat sahnya puasa, tanpa niat puasa tidak akan diterima oleh Allah SWT di mana niat harus dilakukan setiap hari sebelum terbit fajar, dan disunnahkan untuk dilafalkan.

Selain niat, ada juga hal yang dianjurkan dalam menjalankan puasa Ramadhan, yaitu sahur. Sahur merupakan makan dan minum yang dilakukan sebelum terbit fajar, sebagai bekal untuk berpuasa di siang hari. Sahur bukanlah rukun atau syarat sah puasa, tetapi merupakan sunnah yang memiliki banyak keutamaan dan keberkahan.

Lantas, bagaimana hukum puasa Ramadhan tanpa sahur dan niat? Apakah puasanya sah atau tidak? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini! Dilansir brilio.net dari berbagai sumber pada Selasa (27/2)



Pengertian sahur serta niat puasa Ramadhan

Apakah sah puasa ramadhan tanpa sahur dan niat © 2024 brilio.net

foto: freepik.com

Sahur menjadi aktivitas yang dilakukan umat Muslim saat bulan Ramadhan tiba. Bisa dibilang, sahur sebagai bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam agama Islam di mana Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk melakukan sahur agar mendapatkan barakah dalam berpuasa. Hukum sahur dalam Islam adalah sunnah muakkadah, yang artinya dianjurkan dengan sangat kuat untuk dilakukan.

Sahur dilakukan menjelang fajar untuk mempersiapkan diri dalam menjalani puasa seharian penuh. Anjuran tersebut bukan tanpa alasan, sebab dengan sahur memiliki banyak manfaat, antara lain membantu menjaga kesehatan tubuh, memberikan energi untuk beraktivitas, serta meningkatkan kekuatan spiritual. Adapun tata cara sahur pun sangat sederhana, umat Muslim hanya perlu makan dan minum secukupnya sebelum waktu imsak.

Selain sahur, niat puasa Ramadhan merupakan tekad dan kesungguhan hati yang sangat penting dalam menjalani ibadah puasa. Niat puasa dapat dilakukan sejak malam sebelumnya atau saat sahur. Menurut pada ulama, sebuah niat puasa Ramadhan sebaiknya diucapkan dengan penuh keyakinan maupun kesungguhan di dalam hati. Sementara itu, hukum niat puasa Ramadhan sendiri ialah wajib. Tanpa niat, puasa yang dilakukan tidak sah dan tidak akan diterima oleh Allah SWT.

Oleh karena itu, seorang Muslim perlu menjaga hati maupun pikirannya agar tetap khusyuk saat mengucapkan niat puasa. Dengan niat yang tulus, puasa yang dilakukan akan menjadi lebih bermakna serta mendapatkan pahala yang berlipat.

Hukum sahur dalam Islam

Apakah sah puasa ramadhan tanpa sahur dan niat © 2024 brilio.net

foto: freepik.com

Hukum sahur dalam Islam adalah suatu perintah yang sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya. Seperti dijelaskan sebelumnya, sahur merupakan waktu makan dan minum sebelum fajar yang dilakukan menjelang waktu imsak. Pasalnya sahur memiliki banyak keutamaan di sisi agama, karena di dalamnya terdapat berkat dan rahmat dari Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, “Sahurlah kamu, karena sesungguhnya dalam sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa sahur memiliki berkah dan keutamaan yang sangat besar dalam agama Islam. Oleh karena itu, umat muslim dianjurkan untuk melakukan sahur sebelum memulai puasa di bulan Ramadan maupun di hari-hari lain.

Selain itu, Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk memperbanyak makanan sahur agar tubuh terjaga dan kuat dalam menjalani ibadah puasa. Tapi ingat jangan sahur sampai berlebihan ya.

Rasulullah bersabda, “Sungguh Allah dan para malaikat-Nya memberikan rahmat kepada orang yang makan sahur.” (HR. Ahmad). Dari hadis ini kamu bisa melihat betapa pentingnya sahur dalam menjaga kesehatan tubuh serta memperoleh rahmat dari Allah SWT.

Dari hukum sahur ini dapat diambil pelajaran tentang pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan mendapatkan berkah dalam menjalani ibadah. Oleh karena itu, marilah menjalankan sunnah sahur dengan penuh kesadaran serta keikhlasan, agar mendapatkan keberkahan maupun rahmat dari Allah SWT. Sehingga kamu selalu diberikan kekuatan untuk melaksanakan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya.

Hukum niat puasa Ramadhan

Apakah sah puasa ramadhan tanpa sahur dan niat © 2024 brilio.net

foto: freepik.com

Hukum niat puasa Ramadhan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam menjalankan ibadah puasa. Niat puasa adalah keinginan maupun kesungguhan dalam berpuasa yang harus dimiliki oleh setiap muslim yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Hukum niat puasa Ramadhan adalah wajib dan merupakan salah satu rukun puasa. Tanpa niat, puasa seseorang tidak sah. Niat puasa dapat dilakukan sebelum waktu subuh tiba lalu harus tulus dan ikhlas dari hati. Hal ini juga diperkuat dengan hadits Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa "Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya."

Sebagai umat Muslim, kamu perlu memahami pentingnya hukum niat puasa Ramadhan. Dengan memiliki niat yang tulus, kamu dapat menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan sehingga memperoleh pahala yang maksimal. Selain itu, dengan niat puasa yang benar, kamu bisa memperkuat rasa kesetiaan hingga kecintaanmu kepada Allah SWT.

Oleh karena itu, marilah tingkatkan kesungguhan maupunkeikhlasan dalam berpuasa dengan memperhatikan hukum niat puasa Ramadhan. Dengan demikian, ibadah puasa kita akan lebih diterima di sisi Allah SWT sehingga setiap orang dapat meraih berkah serta rahmat dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

 

 

Apakah sah puasa Ramadhan tanpa sahur dan niat.

Apakah sah puasa ramadhan tanpa sahur dan niat © 2024 brilio.net

foto: freepik.com

Setelah memahami kedua sahur dan niat puasa Ramadhan, lantas sahkan puasa Ramadhan tanpa sahur dan niat?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kamu perlu memahami empat madzhab yang menjadi rujukan bagi umat muslim dalam memahami suatu hukum Islam, yaitu.

- Menurut Madzhab Asy-Syafi'i

Merujuk pada madzhab Asy-Syafi'i niat dalam puasa ramadhan merupakan suatu rukun puasa, bukan sekadar syarat sah atau syarat wajib saja. Sementara sahur tidak masuk rukun dan syarat sah puasa.

Pada madzhab Syafi'i setiap orang yang melakukan puasa harus disertai niat yang diperbaharui setiap hari. Tak hanya itu, sebuah niat harus ditanamkan dalam hati dengan mengucapkan "Saya berniat untuk berpuasa Ramadan esok hari karena Allah Ta'ala'' atau bisa juga "Saya berniat untuk berpuasa nadzar esok hari..."

Lebih jauh dijelaskan bahwa niat sahur tidak bisa diwakilkan dengan hanya memakan sesuatu di waktu sahur saja, termasuk pada puasa apapun, kecuali jika saat makan itu terbersit di pikirannya akan berpuasa di esok hari lalu meniatkannya dengan niat puasa maka puasanya sah dilakukan.

Begitu juga apabila sudah tiba waktu fajar sehingga menyingsing fajar seperti waktu imsak atau waktu subuh sementara ia belum makan sahur, maka pada saat ia terbangun ingin hendak sahur dengan niat berpuasa maka itu sudah dianggap sebagai niat berpuasa.

- Menurut madzhab Hanafi

Tak jauh berbeda, pada madzhab Nanafi juga berpendapat bahwa niat puasa Ramadhan merupakan sebuah syarat sah puasa sehingga perlu dilakukan. Karena itu, tidak sah hukumnya puasa yang dilakukan tanpa berniat terlebih dahulu. Sebab, untuk membedakan antara puasa yang masuk dalam wilayah ibadah dengan puasa yang hanya menjadi kebiasaan seperti diet, intermittent fasting dan sejenisnya.

Menurut madzhab Hanafi niat sudah cukup bila ia tanamkan dalam hati bahwa ia berpuasa Ramadhan. Namun, disunnahkan untuk melafalkan niat tersebut. Sementara sahur tidak termasuk syarat sah puasa. Meski sahur tidak termasuk syarat sah puasa namun sangat dianjurkan untuk dilaksanakan sebab memberikan barokah selama ibadah puasa. Selain itu, dapat menjaga stamina tubuh selama menjalani puasa Ramadhan.

- Menurut madzhab Maliki

Apabila merujuk pada madzhab Maliki menerangkan bahwa niat bukanlah termasuk rukun puasa, melainkan syarat sahnya puasa. Bisa dibilang, niat dalam pandangan madzhab Maliki bahwa tidak sah puasa tanpa berniat, baik itu puasa wajib di bulan Ramadhan maupun puasa sunnah. Sedangkan sahur tidak termasuk syarat sah puasa.

Berbeda dari kedua madzhab sebelumnya, menurut madzhab Maliki niat puasa juga cukup terwakilkan dengan niat secara hukum, yaitu dengan makan sahur, meskipun tidak terlintas sama sekali niat berpuasa di benaknya ketika sahur, maka masih dianggap sah puasanya. Pasalnya, dalam pandangan Maliki apabila seseorang sudah memakan sahur makan berarti berniat untuk berpuasa.

Dan apabila ada orang yang bertanya untuk apa makan pada jam seperti itu (jam sahur) lalu dijawab "Aku sudah bersahur untuk melakukan puasa di esok hari," itu sudah cukup sebagai niat puasa.

- Menurut madzhab Hambali

Berdasarkan pandangan madzhab Hambali, niat puasa menjadi syarat sah puasa, sementara sahur tidak masuk dalam syarat sah puasa. Ketika berniat puasa, madzhab Hambali menerangkan harus tentukan puasa apa yang akan dilakukan. Contohnya bila puasa Ramadhan maka niatkan untuk puasa Ramadhan. Bila puasa qadha atau puasa nazar maka perlu berniat puasa tersebut. Niat harus dilakukan setiap kali hendak berpuasa setiap harinya, baik dalam puasa ramadhan maupun puasa lainnya.

Berdasarkan mayoritas empat madzhab tersebut dapat dipahami bahwa setiap berpuasa baik puasa Ramadhan, puasa sunnah, dan sebagainya harus memiliki niat yang diyakini dan dilafalkan dalam hati. Sedangkan sahur, bukan merupakan syarat sahnya puasa sehingga bila kamu ketinggalan sahur namun telah berniat untuk puasa di esok hari maka puasa yang dilakukan sah. Namun, tetap dianjurkan untuk melaksanakan sahur.

Hikmah dan keutamaan dari sahur puasa Ramadhan.

Apakah sah puasa ramadhan tanpa sahur dan niat © 2024 brilio.net

foto: freepik.com

Sahur puasa Ramadhan adalah makan dan minum yang dilakukan sebelum terbit fajar, sebagai bekal untuk berpuasa di siang hari. Sahur bukanlah rukun atau syarat sah puasa, tetapi merupakan sunnah yang memiliki banyak keutamaan dan keberkahan. Berikut ini adalah beberapa hikmah dan keutamaan sahur puasa Ramadhan:

1. Menguatkan dan menambah semangat orang yang berpuasa.

Sahur bisa membantu kamu untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuh selama berpuasa. Dengan sahur, kamu bisa menahan lapar, haus, serta lemas agar bisa bertahan puasa lebih lama. Imam Nawawi rahimahullah berkata: "Barokah makan sahur amat jelas yaitu semakin menguatkan dan menambah semangat orang yang berpuasa.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 206)

2. Mendapatkan berkah dan doa dari Allah maupun malaikat.

Sahur adalah waktu yang diberkahi oleh Allah SWT, dan di waktu itu Allah SWT akan mengabulkan doa-doa hamba-Nya. Selain itu, malaikat juga akan bershalawat untuk orang-orang yang bersahur. Rasulullah SAW bersabda: "Sahur sepenuhnya mengandung berkah. Maka itu, jangan kalian meninggalkannya meskipun kalian hanya meminum seteguk air karena Allah dan malaikat bershalawat untuk mereka yang bersahur." (HR. Ahmad)

3. Menjadi pembeda antara puasa umat muslim dengan puasanya ahli kitab.

Selanjutnya dapat dikatakan bahwa sahur menjadi salah satu hal yang membedakan puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi dan Nasrani, yang tidak bersahur. Dengan sahur, kamu meneladani sunnah Rasulullah SAW serta mengikuti perintah Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: "Yang membedakan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab adalah niat makan sahur." (HR. Muslim)

4. Mendapatkan pahala yang sama dengan puasa.

Kemudian, sahur juga bisa menjadi sarana untuk mendapatkan pahala yang sama dengan puasa, jika kamu melakukan sahur dengan niat yang baik dan ikhlas. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang bersahur dengan sesuap kurma, maka ia mendapatkan pahala puasa sebulan penuh." (HR. Ath-Thabrani)

5. Meningkatkan rasa syukur maupun empati.

Pada prinsipnya sahur membuat kamu lebih bersyukur atas nikmat Allah SWT yang telah memberimu rezeki berupa makanan dan minuman. Dengan sahur, kamu juga bisa merasakan bagaimana rasanya lapar maupun haus, sehingga kamu bisa lebih peduli lalu tak lupa untuk berbagi dengan orang-orang yang membutuhkan, seperti fakir miskin, yatim piatu, dan pengungsi.